Masjid Raja Saud atau King Saud Mosque di Jeddah, Arab Saudi. | DOK IIUM

Arsitektur

Selayang Pandang Masjid Raja Saud Jeddah

Tempat ibadah ini dibangun ketika Saudi menikmati awal kemakmuran dari oil boom.

Pada faktanya, Arab Saudi merupakan tempat awal tumbuh dan berkembangnya syiar agama Islam. Di sana, terdapat dua kota terpenting bagi kaum Muslimin sedunia, Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Hingga saat ini, penguasa setempat menyandang titel al-Khadim al-Haramain asy-Syarifain, ‘Pelayan Dua Tanah Suci.’

Pemerintah Arab Saudi tentunya tidak hanya berfokus pada perkembangan dua kota tersebut. Dinasti Ibnu Saud, yang memerintah kerajaan itu secara turun-temurun, juga membangun pelbagai infrastruktur penunjang dakwah di seluruh penjuru negeri. Di Jeddah, misalnya, otoritas setempat mendirikan berbagai masjid sebagai simpul utama dakwah.

Yang terbesar di antaranya adalah Masjid Raja Saud atau al-Masjid al-Malik Sa’ud. Kompleks tempat ibadah ini berlokasi di Distrik asy-Syarafiyyah, sekitar 6 km dari pusat kota Jeddah. Perancangnya adalah seorang arsitek yang bernama Abdul Wahid al-Wakil. Setelah beberapa tahun pengerjaan, masjid tersebut dibuka untuk umum sejak 1987.

 
Kompleks tempat ibadah ini berlokasi di Distrik asy-Syarafiyyah, sekitar 6 km dari pusat kota Jeddah.
 
 

Seperti tampak pada namanya, Masjid Raja Saud diinisiasi oleh kalangan Istana Arab Saudi. Proses pembangunannya bertepatan dengan periode kesuksesan negara tersebut dalam mengeksplorasi dan mengolah minyak bumi sebagai sumber utama pendapatan (oil boom).

Masa gemilang itu berlangsung dalam kurun tahun 1970-an hingga 1980-an. Adapun tahun 1938 adalah momen penemuan cadangan minyak bumi terbesar di dunia untuk pertama kalinya. Lokasi temuan itu berada di daerah Dammam, Arab Saudi timur.

Proyek Masjid Raja Saud ditangani Kementerian Haji dan Wakaf saat itu. Abdul Wahid, yang ditunjuk sebagai arsitektur, bertugas merancang bangunan masjid negara yang memadukan nilai-nilai tradisional dan modern. Pada akhirnya, sang perancang berhasil menjalankan tugasnya.

Masjid Raja Saud dibangun dengan bahan dasar batu bata. Luasnya mencakup area 9.700 meter persegi. Adapun bangunan utama yang difungsikan sebagai tempat shalat memiliki luas 2.464 m persegi. Bagian atasnya ditutup dengan banyak kubah. Yang terbesar di antaranya memiliki diameter hingga 20 meter. Tingginya mencapai 42 meter. Di dekatnya, terdapat menara dengan ketinggian 60 meter.

photo
Bagian dari Masjid Raja Saud, Jeddah, yang memiliki struktur menara. - (DOK ACADEMIC)

Kompleks masjid ini memiliki denah yang sejajar dengan sisi tiga jalan di sekitarnya. Adapun di sisi timur, terdapat penambahan area yang berbentuk segitiga sebagai kompensasi kesejajaran dengan jalan. Sebab, kiblat Masjid Raja Saud menghadap ke arah timur.

Di “area tambahan” itu pula, ada berbagai fasilitas penunjang, seperti tempat wudhu, gudang, ruang-ruang kantor, beberapa kelas, dan kamar-kamar penginapan. Adapun bangunan utama berbentuk persegi panjang. Ada empat lengkung gerbang-besar yang disebut sebagai iwan. Itu tidak seperti masjid-masjid yang seutuhnya menerapkan gaya Persia, seperti di Iran atau Asia tengah. Sebab, keempat iwan itu tidak tampak terpisah, tetapi melekat pada tembok di sisi-sisi kanan dan kirinya.

Iwan sisi utara dan selatan masing-masing terletak di depan aula yang atasnya ditutup kubah. Bagian itu memisahkan empat aula lainnya yang berpilar di sisi timur dan barat. Aula barat terbagi terdiri atas tiga bagian. Aula timur memiliki luas yang lebih besar. Bagian masjid itu terhubung dengan pelataran yang menuju aula dengan kubah terbesar.

Ruangan tempat shalat menyajikan kesan yang lapang walaupun berada di tengah-tengah bangunan masjid tersebut. Pada bagian langit-langit, terdapat beberapa bagian atap yang transparan sehingga cahaya matahari dapat menerangi seisi ruangan. Sirkulasi udara tidak menjadi masalah. Tidak hanya dilengkapi dengan pengondisi udara (air conditioner), seluruh ruangan di Masjid Raja Saud pun memiliki sistem ventilasi yang cukup baik.

Di sudut barat daya masjid ini, terdapat deretan menara. Yang paling menonjol di antaranya berada di atas struktur berlengkung iwan besar. Untuk sampai ke atas, seseorang dapat naik dengan menapaki anak-anak tangga. Dari ketinggian itulah, pengunjung dapat menyaksikan keindahan lanskap kota Jeddah. Bentuk menara tersebut menyerupai menara-menara di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi.

photo
Salah satu iwan yang menghubungkan antara aula dan ruangan tempat shalat di Masjid Raja Saud, Jeddah. - (DOK WIKIPEDIA )

Adapun bentuk kubah Masjid Raja Saud agaknya terinspirasi dari Masjid Ibnu Tulun, yang berlokasi di Kairo, Mesir. Tampilannya seperti kerucut yang langsing. Pada bagian bawahnya, terdapat birai-birai jendela.

Sumber lain menyatakan, bagian dari Masjid Raja Saud itu tampak seperti Kubah Hijau di kompleks Masjid Nabawi, Madinah. Bedanya, kubah yang menaungi makam Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat itu berwarna hijau. Adapun kubah di masjid terbesar se-Jeddah ini menampilkan putih, sebagaimana warna dominan bangunan setempat.

photo
Bagian langit-langit Masjid Raja Saud, Jeddah, dilengkapi sisi tembus pandang sehingga cahaya dari luas dapat merembes masuk. - (DOK WIKIPEDIA)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Erick, Mak Itam, dan Bangkitnya Wisata Lokal

Setelah kandungan batu bara diambil selama ratusan tahun, Sawahlunto kini justru ditinggal.

SELENGKAPNYA

Intensifkan Manasik Haji

Melalui manasik haji yang intensif, calon jamaah mengetahui tata cara beribadah.

SELENGKAPNYA

Menjemput Sedekah

Bersegeralah dengan sedekah karena musibah tidak dapat melangkahi sedekah

SELENGKAPNYA