Sejumlah pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) menunjukan sertifikat halal di Kantor Walikota Depok, Jawa Barat, Kamis (31/1/19).Penyerahan sertifikat halah sebanyak 300 sertifikat dari 27 kabupaten/Kota se-jawa Barat tersebut guna menjamin kelayakan | ANTARA FOTO

Khazanah

Indonesia Butuh Kebijakan Substantif Soal Halal

Target 10 juta produk tersertifikasi halal pada 2024 diharapkan tercapai.

JAKARTA -- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas optimistis Indonesia akan menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia pada 2024. Hal ini ia sampaikan saat memberikan arahan sekaligus membuka Festival Halal Indonesia (FHI) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

“Saya optimistis industri halal akan bergerak di Indonesia. Target 10 juta produk tersertifikasi halal tahun 2024 akan tercapai,” kata Menag melalui laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), Rabu (14/12).

Ia pun menyebut hal ini menjadi tantangan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk mewujudkannya. Dengan tercapainya target tersebut, menurut Menag, ekosistem industri halal juga akan berkembang baik untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

 
Halal itu menyangkut tiga hal yakni pemasok, demand, dan pendukung. Nah, dalam hal ini, salah satu pendukungnya adalah BPJPH.
YAQUT CHOLIL QOUMAS Menteri Agama
 

Menag juga menyampaikan, capaian yang sudah diraih BPJPH saat ini harus terus ditingkatkan dan didorong dengan transformasi digital. Hal ini akan membantu mencapai target 10 juta produk tersertifikasi halal pada 2024.

“Kepala BPJPH harus dapat melihat kendala-kendala apa yang menghambat untuk mencapai target itu. Halal itu menyangkut tiga hal yakni pemasok, demand (permintaan), dan pendukung. Nah, dalam hal ini, salah satu pendukungnya adalah BPJPH,” ujarnya.

Menag pun menyatakan akan terus menunggu inovasi-inovasi baru dari BPJPH. Dalam perayaan ulang tahun kelima BPJPH ini, Menag pun mengucapkan selamat dan berharap semua yang sudah dicapai BPJPH bisa menambah semangat untuk melahirkan terobosan-terobosan baru pada tahun-tahun mendatang.

photo
Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Muhammad Aqil Irham memberikan sambutan saat Festival Halal Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (14/12/2022). BPJPH menggelar Festival Halal Indonesia untuk mendukung dan berperan serta aktif dalam menumbuhkan ekosistem halal di Indonesia dalam rangka memperingati HUT ke-5 BPJPH. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Sementara, Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham menyampaikan, dalam kurun waktu 2019-2022, tercatat sebanyak 864.014 produk telah tersertifikasi halal. Atau jumlah rata-rata hampir 300 ribu produk tersertifikasi halal setiap tahunnya.

“Berbagai upaya kita kerahkan untuk meningkatkan capaian sertifikasi halal. Ini dilakukan untuk mencapai cita-cita agar Indonesia menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia pada 2024,” ujar Aqil.

Ia juga menyampaikan, Festival Halal Indonesia berlangsung pada 14-16 Desember 2022. Festival ini  diisi berbagai kegiatan, di antaranya pendaftaran sertifikasi halal gratis secara langsung di stan BPJPH, peluncuran konsorsium laboratorium halal, Halal Indonesia Award 2022, halal talkshow, pameran produk halal, dan lain-lain.

Terkait hal ini, Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyampaikan, pemerintah cukup agresif menghadirkan produk-produk bersertifikat halal. Namun, dia menilai, optimisme pemerintah soal industri halal Indonesia belum ditunjukkan melalui kebijakan yang substantif.

Menurut dia, industri halal tidak sekadar sertifikasi. "Kalau hanya sertifikasi, negara lain sudah lebih maju dibandingkan kita. Jadi, salah besar jika dengan sertifikasi kita sudah menjadi pemain utama dalam industri halal. Kebijakan yang substantifnya belum kelihatan," uja dia kepada Republika, Kamis (15/12).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BPJPH Kementerian Agama RI (@halal.indonesia)

Sertifikasi halal, kata dia, memang menjadi salah satu bagian penting untuk menjadi pemain industri halal dunia, tetapi ini bukan satu-satunya. Dia mengingatkan, ekosistem halal itu luas sehingga keliru jika menganggap industri halal hanya soal sertifikasi.

"Ekosistem halal itu dari hulu sampai hilir dan menyangkut daya saing industri secara keseluruhan. Melibatkan SDM (sumber daya manusia), pembiayaan, infrastruktur. Luas," ujar Yusuf.

Yusuf juga menilai, pemerintah belum memiliki kejelasan terkait sektor dalam industri halal yang ingin dikuasai. "Bercita-cita itu bagus, tetapi harus jelas mau jadi pemain industri halal yang mana. Industri halal kan banyak. Makanan halal, minuman halal, farmasi halal, wisata halal, fashion halal, keuangan perbankan syariah, atau yang mana," ujarnya.

Karena itu, menurut Yusuf, seharusnya pemerintah memperjelas sektor apa yang dikuasai dalam industri halal. Dia menyarankan kepada pemerintah untuk fokus dan tidak berkeinginan menguasai seluruh pasar industri halal. Sebab, dia berpendapat, tidak mungkin Indonesia bisa menguasai seluruh market tersebut.

"Tidak mungkin. Jadi, kalau ingin menjadi pemimpin dunia untuk industri halal, fokuslah yang dimaksud itu yang mana. Baru kita bicara secara lebih clear. Strateginya apa, time line-nya bagaimana, penyiapan yang harus dilakukan apa saja, dan seterusnya," katanya.

Selain itu, Yusuf melanjutkan, waktu yang ditargetkan untuk menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia pada 2024 itu juga terlalu singkat. Dia pun mempertanyakan, sektor industri halal apa dari Indonesia yang telah memimpin pasar internasional sehingga memungkinkan untuk menjadi produsen halal nomor satu di dunia.

Kementan Sebut Petani Milenial Capai 221 Ribu Orang

Anggaran ketahanan pangan perlu difokuskan kepada kebijakan pertanian berkelanjutan.

SELENGKAPNYA

AFPI dan Pefindo Mitigasi Risiko Kredit Tekfin

Untuk mengantisipasi kredit macet asosiasi saat ini sudah memiliki Fintech Data Center (FDC).

SELENGKAPNYA

UUS Minta Dilibatkan dalam Pengaturan Spin-off

Kewajiban spin-off UUS dari induk konvensional tidak dihapuskan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya