Wisatawan berfoto di tugu sepeda di kawasan Desa Wisata Hijau Bilebante, Jalan Raya Bilebante, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (28/11/2022). | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Safari

Menelusuri Kekhasan Desa Wisata Bilebante

Desa Wisata Bilebante menyuguhkan pemandangan yang asli dan kekhasan budaya setempat yang unik.

OLEH UMI NUR FADHILAH

Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika memberi dampak positif pada daerah di sekitarnya, termasuk desa wisata hijau Bilebante, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa wisata Bilebante tengah menjadi daya tarik destinasi baru di mata wisatawan domestik ataupun asing karena memiliki keunikan dan keunggulan dari alamnya.

Bilebante cukup mudah dijangkau wisatawan dengan berbagai jenis moda transportasi. Di kawasan Bilebante, wisatawan disuguhi pemandangan hamparan sawah, pohon besar, dan suasana asri. Selain itu, desa ini terkenal dengan toleransi antarumat beragama yang erat. “Ada banyak hal yang bisa dinikmati wisatawan,” kata Direktur Desa Wisata Bilebante, Pahrul Azim, di Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Senin (28/11).

Di Bilebante, wisatawan dapat menikmati berbagai kuliner khas Lombok, seperti ares kedebong, ayam merangkat, urap-urap, tortila, sambal terasi, sate pusut, dan ikan nila bakar. Sayur ares merupakan makanan yang terbuat dari kedebong pisang dan santan. Ayam merangkat, yang memiliki rasa agak pedas, merupakan hidangan khusus yang biasanya disajikan saat ada pemuda yang akan menikah.

photo
Wisatawan memilih produk UMKM yang dijual di Desa Wisata Hijau Bilebante, Jalan Raya Bilebante, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (28/11/2022). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Pahrul mengatakan, Desa Bilebante juga terkenal dengan duren purba atau buah duren legit yang berasal dari pohon-pohon tua. Dengan kekhasan durian tersebut, Bilebante pun membuat paket wisata keliling bagi para wisatawan untuk mencari durian jatuh, mulai pukul 21.00 WITA sampai 24.00 WITA.

Selama ini, promosi desa wisata Bilebante paling masif melalui media sosial Facebook dan Instagram. Mereka banyak melibatkan pemuda setempat yang lebih melek teknologi. Mereka membuat paket wisata dan menyediakan sejumlah sarana, seperti kuliner khas, homestay, spa, sepeda, ATV, kebun herbal, cooking class, dan pasar pancing.

Kunjungan wisatawan ke sana mencapai 200 orang per pekan saat ini. Mereka umumnya dari Jakarta, Riau, Aceh, dan Kalimantan. Sebelum pandemi, jumlah kunjungan wisatawan bisa mencapai 800 orang per pekan. Geliat Desa Wisata Bilebante, kata Pahrul, berdampak positif bagi warga setempat. Pendapatan dari paket wisata dibagi rata untuk pengelola karena pengelolaannya melibatkan partisipasi masyarakat.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Desa Wisata Hijau Bilebante (dwhbilebante)

Tak hanya itu, keberadaan Desa Wisata Bilibante mengurangi keberangkatan tenaga kerja Indonesia (TKI) dari daerah ini. Pada 2007 hingga 2013, setidaknya 30 persen warga menjadi TKI. Kini, profesi TKI hanya menarik minat sekitar 15 persen warga setempat. Pengelola pun memberikan pelatihan agar siap menyambut wisatawan. “Awalnya (mereka) susah. Tapi, kita meyakinkan dan musyawarah ke warga,” ujar Pahrul.

Bilebante merupakan desa binaan BCA yang memberdayakan 60 tenaga kerja dari warga lokal. Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn mengatakan, Desa Bilebante menawarkan sekitar 17 kuliner produk UMKM yang terdiri atas ayam merangkat, bakso rumput laut, aneka olahan keripik, plecing, dan sebagainya.

Pendapatan rata-rata usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM) wanita di Bilebante tercatat sebesar Rp 4 juta per bulan, yang mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat desa setempat. Hera mengungkapkan, di desa wisata Bilebante, BCA menghadirkan berbagai pelatihan yang relevan dengan kebutuhan komunitas lokal yang mengelola desa wisata tersebut.

photo
Wisatawan berada di kebun herbal di kawasan Desa Wisata Hijau Bilebante, Jalan Raya Bilebante, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (28/11/2022). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

“Kami menyaksikan langsung dampak dari dukungan yang diberikan perseroan kepada desa wisata di Bilebante. Sama halnya dengan 12 desa binaan BCA lainnya, dampak langsung dari pendampingan yang kami berikan adalah menjamin pengelolaan desa wisata yang mampu berdaya saing dan sustain,” kata Hera.

Wisata di Kaki Gunung Sasak

Kaki Gunung Sasak, Lombok, memiliki lahan yang kering sehingga tak ada pohon yang dapat hidup di sana. Namun, warga penyangga tak mengenal lelah. Mereka tekun melakukan penghijauan sejak 2012, yaitu menanam bibit kemiri. Sejak itu, masyarakat menuai hasil yang baik, yaitu pohon yang tumbuh dengan subur.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nusa Tenggara Barat (NTB) Julmansyah mengatakan, NTB bercita-cita menjadikan Gunung Sasak sebagai tempat wisata durian. “Kita berkomitmen menjadikan Gunung Sasak sebagai tempat wisata durian ke depannya. Jadi, kalau mau makan durian bisa ke sini,” kata Julmansyah dalam acara Penanaman 1.000 Pohon Durian di kaki Gunung Sasak, Kuripan, Lombok Barat, NTB, Selasa (29/11).

photo
Warga menanam pohon durian di kawasan Gunung Sasak, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (29/11/2022). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid mengatakan, daerah di Lombok Barat bagian utara memiliki ratusan ribu pohon durian sehingga potensi budidaya buah beraroma tajam itu tinggi. “Itu salah satu penarik wisatawan,” ujar dia. Wisata durian ini menjadi salah satu paket yang dikembangkan di sana. ”Sensasi menunggu durian jatuh itu harus melalui pendekatan ekoturisme karena seluruh aktornya masyarakat,” kata dia.

Selain itu, perjalanan wisatawan menuju Gunung Sasak sangat mudah dari bandara, yaitu butuh waktu sekitar 30 menit. Karena itu, menurut dia, durian bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata alternatif.

Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terus berkomitmen mewujudkan visi keberlanjutan dan dukungan terhadap pengelolaan desa-desa wisata sebagai destinasi pariwisata baru di Tanah Air. Salah satu aktivitas dukungannya, kata Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn, adalah menanam 1.000 pohon durian bersama kelompok tani Wana Sasak Lestari di lahan seluas 10 hektare (ha) di kaki Gunung Sasak.

BCA berharap beberapa tahun lagi kelompok tani itu dapat memanfaatkan buah durian untuk penunjang pendapatan sekaligus menghijaukan lahan di sana. “Kami juga menginisiasi penanaman pohon di wilayah Gunung Sasak dengan maksud mendukung konservasi kawasan pegunungan Sasak sebagai habitat pendukung utama kehidupan di wilayah sekitar yang dapat memberi dampak signifikan terhadap pengurangan emisi karbon, pemulihan alam, serta pengaturan iklim,” kata dia.

photo
Orang tua bersama anaknya bersiap menanam pohon durian di kawasan Gunung Sasak, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (29/11/2022). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

BCA melihat banyak potensi manfaat yang dapat timbul dari penanaman bibit pohon ini. Pertama, manfaat ekologis. Menurut sumber informasi dari Direktorat Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian, setiap pohon durian pada usia tanam 20 tahun berpotensi menyerap karbon hingga 1,42 ton CO2 ekuivalen per tahun. Dengan 1.000 pohon durian, diharapkan ada pengurangan emisi karbon sekitar 1.420 ton CO2 ekuivalen per tahun.

Kedua, manfaat ekonomis dari penanaman pohon durian pada usia delapan tahun sampai 20 tahun. Pada masa itu, pohon durian berbuah yang dapat menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat. Satu pohon durian dapat menghasilkan rata-rata Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per pohon.

Julmansyah mengatakan, masyarakat setempat mengelola wilayah seluas 499 ha menggunakan skema perhutanan sosial. LHK menyebut skema pengelolaan itu berhasil karena banyak sumber air muncul, dan air sumur stabil. Artinya, kondisi vegetasi di Gunung Sasak mulai bagus.

“Ini in line juga dengan target NTB diklaim net zero emission pada 2050, atau lebih cepat dari target nasional pada 2060. Penanaman durian ini sejalan dengan ambisi NTB itu.”

LHK memiliki beban menurunkan emosi deforestasi dua juta ton CO2 ekuivalen per tahun dan 1 juta ton CO2 ekuivalen per tahun untuk degradasi. “Karena itu, kontribusi 1.000 pohon ini akan sangat membantu kami untuk menurunkan emisi tersebut. Tiga hingga empat tahun ke depan, pohon-pohon ini sudah bisa dipanen,” ujar Julmansyah. 

Kisah Zulharial yang Selamat karena Terlambat

Dua orang lainnya selamat karena belum sempat masuk ke dalam lubang tambang.

SELENGKAPNYA

Jangan Bercerai, Bunda

Posisi wanita sebagai ibu merupakan benteng pertahanan terakhir.

SELENGKAPNYA

Xi Bertemu Pemimpin Negara-Negara Teluk

Xi menyebut hubungan Cina dengan dunia Arab sebagai

SELENGKAPNYA