Dakwah kepada generasi milenial (Ilustrasi) | Republika

Khazanah

Islam Wasathiyah Harus Dibungkus dengan Gaul

Metode dakwah saat ini dinilai masih didominasi cara-cara lama.

JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Informasi dan Komunikasi, KH Masduki Baidlowi mengatakan, Islam wasathiyah harus dibungkus secara gaul. Artinya, produk dakwah harus sampai dan mudah diterima generasi muda.

Ia melihat, metode dakwah saat ini masih didominasi cara-cara lama dan hanya mampu dipahami oleh kalangan tua. Karena itu, MUI akan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada generasi muda.

“Kita itu bagaimana ya, gaya-gayanya adalah gaya tua. Gaya milenial kita banyak ketinggalan. Maka nanti kita ada pelatihan,” kata Masduki saat membuka focus group discussion (FGD) bertema ‘’Akhlak Bermedia Sosial" di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Jumat (11/11).

 
Gaya milenial kita banyak ketinggalan.
KH MASDUKI BAIDLOWI Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi
 

Pada forum yang dihadiri perwakilan ormas-ormas Islam dan para pengurus di lembaga MUI, baik pusat maupun daerah ini, Masduki juga menyampaikan, generasi Z alias Gen Z adalah pemilik konten dakwah di masa depan dan penentu.

“Kita buat panduan yang begitu mudah akrab dengan kelompok milenial dan generasi Z dan bahkan X. Semua ini nanti ada di mereka, bukan kita,” kata Juru Bicara Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin ini.

Hal itu, lanjut Kiai Masduki, perlu diingatkan karena banyak organisasi masyarakat (ormas) ketika melakukan dakwah hanya melibatkan para generasi senior. “Acara tentang digital, tapi yang datang dari daerah itu sepuh-sepuh. Ini penting untuk kita ingatkan bersama-sama,” ujar dia.

photo
Strategi promo melalui media sosial (ilustrasi) - (Unsplash/Adem Ay)

Sejalan dengan hal itu, Wakil Menteri Agama  (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi juga memberikan perhatian khusus kepada generasi Z dan mengajak mereka untuk menguasai (melek) digital. Menurut Wamenag, hal itu penting sehingga bisa memberikan kontranarasi terhadap paham-paham yang berlawanan dengan ideologi.

Hal itu disampaikan Wamenag saat peluncuran dan bedah bukunya yang berjudul “Kontestasi Ideologi Politik Gerakan Islam Indonesia di Ruang Publik Digital” di Jakarta, Kamis (10/11). Ia menjelaskan, era digital memberikan ruang gerak kepada siapapun untuk mengekspresikan pikiran atau gagasannya, termasuk gagasan di bidang keagamaan dan bidang ideologi kenegaraan. Karena itu, dalam buku ini Zainut melihat secara hati-hati dalam melakukan penelitian terkait kontestasi ideologi politik.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Zainut Tauhid Sa’adi (@zainuttauhidsaadi)

Ideologi politik tersebut ia batasi dengan ideologi negara oleh gerakan politik Islam. Sedangkan gerakan Islam ia batasi pada organisasi mainstream yang diwakili oleh Nahdlatul Ulama  dan Muhammadiyah dan yang non-mainstream gerakan Islamis yang diwakili oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI).

Dalam buku ini, Wamenag mengkaji bagaimana kontestasi ideologis antara organisasi arus utama dan gerakan Islamis tersebut, khususnya di ruang digital. “Ini penting karena memang tadi saya katakan bahwa di era digital itu sangat memungkinkan semua pihak berinteraksi dan tentunya perlu ada pemahaman-pemahaman terhadap paham-paham yang itu mengarah kepada paham yang menolak ideologi negara,” ujar Wamenag.

 
Perlu ada pemahaman-pemahaman terhadap paham-paham yang itu mengarah kepada paham yang menolak ideologi negara
ZAINUT TAUHID SA'ADI Wakil Menteri Agama
 

Karena itu, dia pun mengajak kepada seluruh masyarakat, khususnya generasi muda untuk menguasai dunia digital. Harapannya, mereka bisa memberikan kontranarasi terhadap paham yang bisa membahayakan ideologi negara Indonesia.

“Saya sebagai wakil menteri agama memiliki kewajiban untuk mengajak masyarakat utamanya generasi Z, generasi muda yang melek digital untuk lebih memahami dan menguasai dunia digital,” ujar dia.

Sementara, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti menyampaikan selamat atas peluncuran buku yang dikembangkan dari disertasi Wamenag ini. Menurut dia, buku ini sangat komprehensif dan menyajikan analisis yang mendalam.

“Ini sebuah buku yang sangat komprehensif dan sangat bagus, memberikan analisis yang mendalam dengan konstelasi dan kontestasi gerakan-gerakan Islam yang ada di Indonesia, khususnya yang terkait dengan kontestasi ideologi politik dari gerakan Islam,” kata Mu’ti.

Menurut dia, buku ini bisa menjadi referensi untuk penelitian dan kajian lebih lanjut, terutama dalam memetakan tren kontestasi gerakan di masa datang. “Terutama dalam waktu dekat terkait dengan kontestasi pemilihan presiden 2024,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jurus Dakwah Masa Kini Ala LD PBNU

NU harus bisa memanfaatkan media sosial dan internet untuk platform dakwah

SELENGKAPNYA

Kekuatan Dakwah dan Doa

Bahwa dakwah kepada Allah harus selalu dibarengi dengan doa.

SELENGKAPNYA

Dakwah Santri Harus Lebih Kreatif

Dengan masyarakat yang semakin terdigitalisasi, santri harus lebih kreatif berdakwah

SELENGKAPNYA