Kabar Utama
BPS: Pemulihan Ekonomi Makin Kuat
Belanja masyarakat menengah atas menjadi pendorong pertumbuhan.
JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut laju pemulihan ekonomi makin menguat pada kuartal III 2022. Hampir seluruh komponen pembentuk produk domestik bruto (PDB) mengalami pertumbuhan pada periode Juli-September tahun ini.
Berdasarkan data BPS, ekonomi Indonesia kuartal III tahun ini tumbuh 5,72 persen daripada periode yang sama tahun lalu (yoy). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi konsisten berada di level 5 persen dalam empat kuartal terakhir.
Kendati demikian, laju pertumbuhan sedikit melambat secara kuartalan. Pertumbuhan kuartal III 2022 tercatat hanya sebesar 1,81 persen terhadap kuartal sebelumnya (q-to-q). Adapun pada kuartal II 2022, pertumbuhan sebesar 3,72 persen (q-to-q).

Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi tak lagi harus bertumpu pada belanja pemerintah seperti ketika kasus pandemi Covid-19 sedang tinggi. Sebab, meski konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pada kuartal III, konsumsi rumah tangga, investasi, hingga ekspor mengalami pertumbuhan.
Dari sisi lapangan usaha, BPS mencatat hanya sektor kesehatan yang mengalami kontraksi. Sisanya, seperti pertanian, pertambangan, perdagangan, dan transportasi, mencatatkan pertumbuhan.
Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan, tren pertumbuhan ekonomi secara tahunan meningkat dengan persisten selama empat kuartal berturut-turut. "Ekonomi tumbuh di atas 5 persen sejak kuartal IV 2021. Ini menandakan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan makin menguat," ujar Margo dalam konferensi pers, Senin (7/11).
View this post on Instagram
Menurut dia, capaian tersebut merupakan prestasi. Di tengah kondisi global yang makin tidak menentu, kata Margo, Indonesia masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi. "Bahkan, trennya makin menguat," kata dia.
Mengenai pertumbuhan secara kuartal yang melambat, Margo menyebut hal tersebut merupakan pola musiman. Pada kuartal II, ekonomi terdorong adanya momen Lebaran.
Margo menjelaskan, kinerja perekonomian nasional pada kuartal III dipengaruhi faktor domestik dan global. Dari sisi domestik, mobilitas yang makin pulih dan terjaganya daya beli masyarakat mendorong penguatan aktivitas produksi dan konsumsi masyarakat.
Aktivitas belanja kelompok masyarakat menengah atas mengalami peningkatan, khususnya untuk kebutuhan tersier. Hal itu mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,39 persen year on year (yoy) pada kuartal III 2022.
"Ini merupakan indikasi baik. Jika kelompok menengah atas terus meningkatkan konsumsi maka akan memberikan pengaruh besar kepada kelompok-kelompok lainnya," ujar Margo.

Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 50,38 persen terhadap perekonomian dan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,81 persen. Menurut dia, pertumbuhan konsumsi rumah tangga terjadi karena peningkatan mobilitas serta daya beli kelompok masyarakat bawah yang terbantu oleh bantuan sosial dan subsidi energi.
Kinerja pertumbuhan ekonomi turut dipengaruhi faktor global. Itu tecermin dari komponen ekspor dan impor masih mengalami pertumbuhan tinggi. Masing-masing 21,64 persen (yoy) dan 22,98 persen (yoy) dengan distribusi 26,23 persen dan minus 21,65 persen.
"Ekspor didorong oleh windfall komoditas unggulan, yaitu batu bara, hasil minyak, dan gas alam. Sementara itu, peningkatan impor didorong kenaikan impor barang modal dan bahan baku," ujar dia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai angka pertumbuhan ekonomi kuartal III terbilang impresif. Itu karena pertumbuhan tersebut terjadi ketika ekonomi global sedang memburuk.
“Ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja impresif. Pertumbuhan ekonomi telah melebihi pertumbuhan sebelum pandemi atau 2019,” kata Airlangga.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi didorong sektor konsumsi rumah tangga dan PMTB. Dari sisi sektoral, transportasi dan pergudangan menyumbangkan pertumbuhan tertinggi, begitu juga dengan akomodasi dan makanan-minuman. “Ini seiring pulihnya masyarakat dari pandemi Covid-19,” ucapnya.
Pertumbuhan ekonomi kuartal III di luar ekspektasi dan konsensus para ekonom. Ekonom yang juga co-founder dan Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto menyebutkan, pertumbuhan kuartal III diproyeksi hanya sebesar 5 persen (yoy) sebagai skenario optimistis. "Ternyata, realisasinya melampaui ekspektasi dan konsensus, di mana PDB tumbuh 5,72 persen (yoy)," kata Ryan.

Ryan mengatakan, terdapat beberapa catatan penting untuk dicermati. Salah satunya yaitu masih kuatnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh di atas 5 persen, tepatnya 5,39 persen.
"Yang menarik, kontribusi konsumsi rumah tangga, meskipun tetap dominan, tapi (kontribusinya) merosot dari biasanya berkisar 55-57 persen, sekarang hanya 50,38 persen," katanya.
Namun, penurunan kontribusi konsumsi rumah tangga tersebut karena kontribusi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) investasi langsung yang meningkat cukup signifikan.
Dia mengatakan, semua sektor ekonomi atau lapangan usaha tumbuh positif kecuali sektor kesehatan. Pertumbuhan itu berkat longgarnya pembatasan Covid-19 yang mendorong lonjakan mobilitas orang dan barang. "Ini mengonfirmasi indeks keyakinan konsumen dan dunia usaha serta indeks PMI manufaktur yang ada di zona ekspansi," katanya.