
Otomotif
Dukung Implementasi EBT Sejak Proses Manufaktur
PLN juga telah memberikan sejumlah usulan agar penerapan EV bisa terus dipercepat.
OLEH ERIC ISKANDARSJAH Z
Karbon merupakan salah satu elemen udara yang menjadi bagian dalam atmosfer. Meski memiliki fungsi bagi kehidupan, keberadaanya perlu ditekan agar tak berlebih dan menimbulkan persoalan bagi manusia dan alam.
Hal itu pun menjadi perhatian Toyota Indonesia dan membuat perusahaan otomotif itu memiliki komitmen untuk mendorong terwujudnya net-zero emission. Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto mengatakan, salah satu cara untuk mewujudkan net-zero emission adalah dengan mendukung pertumbuhan ekosistem energi baru terbarukan (EBT).
Dalam hal emisi, kami tidak hanya mengelola di hilirnya saja atau produk mobilnya saja, namun mulai dari proses pembuatan mobilnya juga.
"Carbon is our enemy. Karbon merupakan musuh kita bersama. Tanpa kolaborasi semua sektor, akan sangat sulit untuk mewujudkan target-target net-zero emission. EBT merupakan bagian integral dan kunci keberhasilan menuju energi bersih dan ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti sumber energi konvensional, seperti bahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi sumber energi utama," kata Nandi dalam seminar secara hibrida, beberapa waktu lalu.
Dia pun menekankan, industri otomotif saat ini tengah bertransisi menuju elektrifikasi dan teknologi ramah lingkungan. Toyota pun ingin berkontribusi dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan efisiensi bahan bakar.
"Dalam hal emisi, kami tidak hanya mengelola di hilirnya saja atau produk mobilnya saja, namun mulai dari proses pembuatan mobilnya juga. Dari sisi produk, kami mempersiapkan berbagai jenis teknologi, menyiapkan teknologi the day after tomorrow, seperti hidrogen, teknologi masa mendatang, termasuk battery electric vehicle, dan teknologi yang segera kita luncurkan dengan melibatkan SDM lokal melalui teknologi hybrid," ucapnya.
Toyota juga meyakini implementasi transisi penggunaan EBT memegang peranan penting akan transformasi energi yang ramah lingkungan. Hal ini untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan target netralitas karbon pada 2060.

Melalui transformasi industri otomotif, Toyota Indonesia hadir dengan pendekatan multi-pathway. Ini berupa sinergi ragam teknologi kendaraan elektrifikasi dan pemanfaatan energi rendah emisi, seperti biofuel, etanol, dan hidrogen. Kemudian, optimalisasi implementasi EBT dalam proses manufaktur yang lebih ramah lingkungan.
Direktur Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam mengatakan, transisi menuju EBT memegang peran penting dalam menjaga ketersediaan energi dan lingkungan yang lebih hijau untuk generasi yang akan datang. "Kami meyakini bahwa netralitas karbon merupakan suatu keniscayaan. Harapannya, kita bersama-sama bisa menyikapi perubahan yang tidak bisa dielakkan sebagai kesempatan yang baik untuk mengoptimalkan pertumbuhan bangsa Indonesia,” kata Bob Azam.
Agar bisa memberikan gambaran terkait elektrifikasi dalam industri otomotif, seminar ini pun menghadirkan pembicara dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, electric vehicle (EV) bisa berperan dalam menekan karbon karena hadir dalam emisi karbon yang jauh lebih sedikit dibandingkan kendaraan konvensional.
"Kendaraan bermesin bensin dan diesel menghasilkan emisi karbon dioksida sekitar 2,4 kilogram hingga 2,6 kilogram dalam jarak tempuh 10 kilometer. Sedangkan EV, dalam jarak tempuh yang sama, emisinya hanya 1,02 kilogram," kata Wiluyo.
Biaya energi per kilometer untuk EV adalah sekitar Rp 237 per kilometer dan mobil konvensional sekitar Rp 1.418 per kilometer.
Artinya, lanjut dia, penggunaan EV bisa menekan emisi hingga 57,5 persen. Oleh karena itu, PLN berkomitmen untuk mendorong penerapan EV sambil terus menghadirkan pembangkit listrik yang ramah lingkungan demi bisa mencapai tujuan carbon neutral.
Dia juga mengungkap bahwa EV memiliki keunggulan dari aspek biaya energi bulanan serta pemeliharaan. Untuk mobil yang berada dalam segmen yang setara, ia menyebut bahwa konsumsi energi untuk EV berbasis baterai adalah sekitar 7,9 kilometer/kWH.
Sedangkan, mobil konvensional yang satu level dengan EV tersebut memiliki konsumsi energi 10,47 kilometer/liter. "Sehingga, biaya energi per kilometer untuk EV adalah sekitar Rp 237 per kilometer dan mobil konvensional sekitar Rp 1.418 per kilometer," ujarnya.
Dari situ, terlihat bahwa biaya energi EV jauh lebih rendah dibandingkan dengan mobil konvensional. Apalagi, jika perhitungan itu dikalkulasikan dalam biaya energi rata-rata per bulan sesuai dengan jarak tempuh yang dilalui oleh kendaraan tersebut.

Dari segi pemeliharaan, lanjut dia, mobil listrik rata-rata memerlukan biaya perawatan sekitar Rp 2,4 juta per tahun untuk penggantian aki dan sejumlah komponen lainya. "Sedangkan, mobil konvensional perlu melakukan penggantian oli mesin, filter oli, air radiator, dan lain-lain sehingga memerlukan anggaran sekitar Rp 3,5 juta per tahun," ucap dia.
Tentu, hal ini membuat EV jadi makin memiliki nilai tambah karena tak hanya ramah lingkungan, tapi juga minim biaya operasional. Agar membuat EV makin dilirik, PLN juga telah memberikan sejumlah usulan agar penerapan EV bisa terus dipercepat.
Sejumlah usulan itu, antara lain, insentif pembebasan biaya parkir, tol, dan penyediaan parkir khusus EV. Selain itu, EV juga perlu ditunjang oleh pembebasan pajak kendaraan bermotor dan biaya balik nama di semua daerah.
Selain dari segmen kendaraan roda empat, dukungan penerapan EBT juga hadir pada segmen kendaraan roda dua. Mengingat, saat ini telah terdapat sejumlah pabrikan yang gencar memasarkan motor listrik.
Kami mulai memasarkan produk ini dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah terkait percepatan elektrifikasi.
Di Indonesia, salah satu pabrikan yang baru saja terjun dalam segmen motor listrik adalah BMW Motorrad. CEO BMW Motorrad Indonesia Sukimin Thio mengatakan, motor listrik yang disebut dengan BMW CE 04 telah resmi dipasarkan di Indonesia.
"BMW CE 04 merupakan skuter listrik dengan balutan desain futuristik. Kami mulai memasarkan produk ini dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah terkait percepatan elektrifikasi," kata Sukimin.
Skuter bernuansa city cruiser ini hadir dengan power train elektrik berkemampuan 42 daya kuda dan torsi 62 Nm. Oleh karena itu, motor tanpa emisi ini bisa dipacu hingga kecepatan 120 kilometer per jam dan menawarkan akselerasi yang spontan.
Motor ini hadir dengan baterai 60,6 Ah yang membuat BMW CE 04 mengantongi daya jelajah sekitar 130 kilometer. Baterai itu bisa terisi penuh dengan charging time sekitar 1 jam 40 menit hingga 4 jam 20 menit. Tergantung kapasitas charging yang digunakan.

Untuk menunjang keamanan dan kenyamanan, produk yang dipasarkan dengan harga Rp 380 juta off the road ini juga telah dibekali dengan sejumlah fitur mutakhir. Seperti automatic stability control (ASC), dynamic traction control (DTC), serta empat mode berkendara (Eco, Rain, Road, dan Dynamic).
Motor ini juga telah dibekali dengan panel instrumen yang terkoneksi dengan smartphone. Untuk urusan visibilitas, lampu depan LED pada motor ini juga telah menerapkan adaptive headlight pro. Menurutnya, motor ini memang dihadirkan untuk menyasar segmen menengah ke atas. "Saat ini, sudah terdapat pemesanan dari konsumen loyal BMW Motorrad," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Bank Muamalat Pacu Pembiayaan Haji Khusus
Muamalat juga tengah menggencarkan pembiayaan ritel KPR.
SELENGKAPNYAPenerbitan Obligasi Masih Tinggi
Hingga akhir tahun, tren penerbitan obligasi masih akan didukung sejumlah sentimen positif.
SELENGKAPNYA