Polisi Israel mengusir warga Palestina dari Masjid al-Aqsha di Yerusalem pada Mei 2021 lalu. | AP Photo/Mahmoud Illean

Tajuk

Apresiasi Kebijakan Pemerintah Australia

Keputusan Pemerintah Australia terkait Palestina itu tentu patut mendapat apresiasi dunia, terutama negara-negara Islam.

 

Pemerintah Australia membuat kebijakan yang mengejutkan dunia. Negeri Kanguru itu menganulir pengakuannya terhadap Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel. Langkah terbaru Australia itu sekaligus membatalkan kebijakan pemerintahan sebelumnya, yang dibuat Scott Morrison saat menjabat perdana menteri pada 2018.

Keputusan Pemerintah Australia terkait Palestina itu tentu patut mendapat apresiasi dunia, terutama negara-negara Islam.  Menteri Luar Australia Penny Wong menegaskan, Canberra menginginkan agar masalah Palestina dan Israel diselesaikan melalui perundingan damai.  

“Australia berkomitmen pada solusi dua negara, yang mana Israel dan negara Palestina pada masa depan dapat hidup berdampingan, dalam damai dan aman, sesuai dengan perbatasan yang diakui secara internasional. Kami tidak akan mendukung pendekatan yang merusak prospek ini,” ujar Menteri Luar Negeri Penny Wong, Selasa (18/10).

Tentu kita berharap kebijakan Australia ini juga diikuti beberapa negara lain, yang sebelumnya juga telah memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Pemindahan kedutaan besar yang dilakukan sejumlah negara ke Yerusalem hanya akan melanggengkan konflik yang tak berkesudahan antara Palestina dan Israel.

 
Keputusan Pemerintah Australia terkait Palestina itu tentu patut mendapat apresiasi dunia, terutama negara-negara Islam.
 
 

Kebijakan presiden Amerika Serikat (AS) yang saat itu dipimpin Donald Trump, yang mengakui Yerusalem ibu kota Israel sekaligus memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 2018, telah diikuti sejumlah negara. Bahkan hingga kini, pemerintahan Joe Biden masih mempertahankan kebijakan sebelumnya yang menempatkan Kedutaan AS di Yerusalem.

Keputusan kontroversial Presiden Trump pada 14 Mei 2018 itu sebenarnya menuai hujatan dan kecaman dari komunitas internasional. Bahkan, sejumlah negara menentang kebijakan Negeri Paman Sam itu. Keputusan Gedung Putih yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina disebut sebagai pelanggaran atas hukum internasional serta merusak stabilitas dan status quo Yerusalem. Ya, Yerusalem merupakan masalah kunci dalam proses perdamaian Palestina-Israel.

Meski dikecam, Trump bergeming. Bahkan, seremoni pemindahan dan pembukaan kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem yang dilakukan Negeri Paman Sam itu justru mendapat dukungan dari 32 negara. Kebijakan Presiden Trump itu kemudian diikuti  Perdana Menteri  Scott Morison, yang juga mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel meski kedutaannya masih berada di Tel Aviv.

Kita tentu berharap Pemerintah Australia berkukuh dengan kebijakan terbaru yang telah ditetapkannya. Kekecewaan dan kemarahan Pemerintah Israel atas kebijakan Australia  yang menganulir pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota, tentu tak perlu ditanggapi. Kita justru berharap sikap Australia itu menjadi contoh bagi negara-negara lain.

 
Keputusan kontroversial Presiden Trump pada 14 Mei 2018 itu sebenarnya menuai hujatan dan kecaman dari komunitas internasional.
 
 

Inilah saatnya masyarakat dunia bersatu untuk menekan Israel agar menghentikan penjajahannya terhadap bangsa Palestina. Penderitaan rakyat Palestina harus segera diakhiri. Selama ini, rakyat Palestina terusir dari tanah kelahiran mereka. 

Rakyat Palestina yang tinggal di Gaza hidup penuh derita. Apalagi, dunia internasional seolah tutup mata dengan penderitaan yang dialami rakyat Palestina. Mereka seakan tak berdaya untuk menghentikan kesewenang-wenangan Israel. Tak pernah kita melihat dunia internasional menjatuhkan sanksi tegas terhadap Israel.

Kemerdekaan Palestina adalah sebuah keniscayaan. Rakyat Palestina berhak hidup dan merdeka di tanah leluhur mereka. Kita berharap faksi-faksi di Palestina mengakhiri perseteruan di antara mereka. Rakyat Palestina tentu harus bersatu untuk memperjuangkan dan meraih kemerdekaan sebagai sebuah bangsa dan negara. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Presiden FIFA: Kami Bersama Indonesia

Presiden menegaskan transformasi sepak bola Indonesia harus dilakukan secara menyeluruh.

SELENGKAPNYA

Australia Tolak Yerusalem Ibu Kota Israel

Pemerintah Australia secara resmi membatalkan pengakuan Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel.

SELENGKAPNYA

192 Kasus Gangguan Ginjal Akut Tersebar di 20 Provinsi

Harapan anak dengan gangguan ginjal akut misterius untuk sembuh total cukup besar.

SELENGKAPNYA