Warga berjalan melewati banjir di kawasan Jeruk Purut, Jakarta, Kamis (6/10/2022). | Republika/Putra M. Akbar

Tajuk

Penjabat Gubernur DKI dan Permasalahannya

Heru Budi bukan orang baru di Jakarta. Pada masa Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama memimpin Jakarta, ia sempat duduk di sejumlah posisi.

Habis sudah masa tugas Anies Baswedan sebagai gubernur Jakarta. Ibu Kota kini dipegang penjabat, Heru Budi Hartono. Kemarin pagi, Anies melakukan serah tugas ke mantan wali kota Jakarta Utara itu.

Heru akan bertugas sekitar dua tahun, sampai ada hasil pemilihan kepala daerah serentak pada 2024 memunculkan gubernur baru pilihan warga DKI Jakarta. Pada tahun yang sama itu juga berlangsung pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

Heru Budi bukan orang baru di Jakarta. Pada masa Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama memimpin Jakarta, ia sempat duduk di sejumlah posisi. Sampai kemudian Jokowi menjadi presiden, Heru ditarik menjadi kepala Sekretariat Presiden. Ini menunjukkan bagaimana kedekatan Heru Budi dengan Istana.

Presiden Jokowi sudah memberikan target kepada Heru Budi, yakni menyelesaikan persoalan banjir dan kemacetan. Dua hal ini tentu saja persoalan pelik Jakarta. Jangankan Anies dan Heru Budi, Jokowi dan Ahok pun tak bisa menuntaskan persoalan banjir dan macet Jakarta.

Jokowi, saat menjadi gubernur, berkilah, persoalan banjir dan macet akan lebih mudah diselesaikan kalau ia menjadi presiden. Nyatanya, warga Jakarta bisa menilai sendiri. Jadi? Heru Budi pasti kebagian masalah banjir. Tinggal tunggu saja mana yang lebih dahulu, apakah drainase yang tidak mampu mengatasi curah hujan, atau kiriman dari Bogor.

 
Heru Budi bukan orang baru di Jakarta. Pada masa Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama memimpin Jakarta, ia sempat duduk di sejumlah posisi. 
 
 

Persoalan macet apalagi. Jokowi-Ahok-Anies tidak bisa total mengubah perilaku berkendara warga Jakarta dan sekitarnya untuk beralih ke transportasi massal. Pertumbuhan kendaraan bermotor di era ketiganya malah terus melambung. Jumlah jalan tak mampu menampung seluruh kendaraan itu.

Memang, harus diakui, penumpang commuter line KAI dan Transjakarta serta Mass Rapid Transit (MRT) kian banyak saban tahun. Tapi jumlah mereka tetap kalah oleh pengemudi motor dan mobil pribadi. Apalagi, kini sedang giat pembangunan MRT Fase 2 Kota Tua-Bundaran Hotel Indonesia. Otomatis ada penyempitan ruas jalan di sana.

Warisan Anies yang sebetulnya pun sudah dirancang sebelumnya adalah menyatukan armada angkutan kota (angkot) ke dalam tarif integrasi Transjakarta-MRT. Untuk hal ini, meskipun belum seluruh armada angkot mau bergabung, harus diapresiasi karena terbukti memperlancar mobilitas warga dengan transportasi umum. Jadi? Heru Budi pasti akan berhadapan dengan persoalan kemacetan ini. Apakah ia bisa menyelesaikan kemacetan? Dengan masa tugas dua tahun, rasanya sukar.

Kalau begitu, apa yang bisa dilakukan Heru Budi? Menjaga kesinambungan yang sudah dilakukan Anies. Kinerja Anies yang berhasil tentu harus kita apresiasi. Anies akhirnya mampu mengajak warga Jakarta untuk menyeberang jalan besar dengan jembatan penyeberangan yang jadi ruang sosial baru.

Kemudian membangun taman-taman cantik di sejumlah titik. Dan utamanya, Anies memilih bekerja jauh dari hiruk-pikuk seperti Jokowi, apalagi Ahok. Dari sisi komunikasi politik, ini sangat efektif membangun citra pemerintahan yang tenang, tidak terus-terusan memicu ketegangan di antara berbagai pihak.

 
Heru Budi juga harus menambal pekerjaan rumah Anies, yang lebih krusial. Misalnya, kasus kebakaran. Jumlah kasusnya saban tahun makin banyak.
 
 

Heru Budi juga harus menambal pekerjaan rumah Anies, yang lebih krusial. Misalnya, kasus kebakaran. Jumlah kasusnya saban tahun makin banyak. Kerugian materiil makin besar. Warga kerap didera kemalangan. Sementara lokasi kebakarannya pun sebagian besar tetap sama. Di Jakarta Barat terutama. Anies dkk seolah tidak memiliki solusi serius mengatasi kebakaran besar yang hampir setiap pekan terjadi di permukiman warga.

Kemudian, warga Jakarta akan berharap bahwa Heru Budi bisa menjaga pelayanan publik para ASN tidak kendor. Gebrakan dari Jokowi-Ahok yang dijaga oleh Anies, harus bisa ditingkatkan lagi. Pelayanan publik lebih responsif dan terintegrasi dengan teknologi. Persoalan yang dihadapi era Anies adalah membuat sejumlah aplikasi pelayanan publik, tapi penyelesaian di lapangan oleh ASN tidak seresponsif aplikasinya.

Tahun politik juga akan jadi problem serius bagi penjabat gubernur DKI Jakarta. Tapi ini persoalan berikutnya. Dalam jangka pendek, Heru Budi harus mampu memperlihatkan kinerjanya secara riil. Tidak harus gebrakan. Mendengarkan dan langsung merespons berbagai persoalan warga Ibu Kota pun bisa membuat mereka tersenyum dan punya harapan lebih baik lagi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

WPF Bawa Semangat Kemanusiaan

World Peace Forum akan menghasilkan Surakarta Message

SELENGKAPNYA

Industri Penerbangan Diprediksi Pulih pada 2026

Sepanjang 2022, peningkatan jumlah penumpang terjadi pada setiap kuartal.

SELENGKAPNYA

Askrindo Gunakan PMN untuk Penjaminan KUR

Diperlukan penguatan permodalan dalam bentuk PMN untuk meningkatkan kapasitas Askrindo dan Jamkrindo.

SELENGKAPNYA