
Silaturahim
Cinta Rasul Lewat Guru dan Ilmu
Maulid Nabi di Al-Hamidiyah Depok.
OLEH ERDY NASRUL
Pesantren al-Hamidiyah Depok menggelar perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Sabtu (8/10). Acara tersebut mengangkat tema “Mencintai Rasul Melalui Cinta Guru dan Ilmu”. Ahli Ulumul Quran Tuan Guru Bajang (TGB) Dr KH Muhammad Zainul Majdi menjadi penceramah dalam acara itu.
Maulid Nabi tersebut dihadiri Direktur Utama Yayasan Islam al-Hamidiyah dr H Imam Susanto, Kepala Pengasuh Pesantren al-Hamidiyah Prof Dr KH Oman Fathurahman, pengurus MUI Depok Dr KH Dimyathi Baduruzzaman, KH Asri Azhari, dan sejumlah ulama.
“Para santri ingin betul-betul mencintai ilmu ketika belajar di Pesantren al-Hamidiyah ini. Mengapa juga Tuan Guru Bajang yang kita hadirkan, karena beliau ini cendekiawan Muslim Indonesia yang mewakili tiga jenis ilmu,” tutur Kiai Oman.
Mengapa juga Tuan Guru Bajang yang kita hadirkan, karena beliau ini cendekiawan Muslim Indonesia yang mewakili tiga jenis ilmu
KH OMAN FATHURAHMAN
Pengampu Ngasuh (Ngaji Bersama Pengasuh) ini menjelaskan tiga ilmu yang dimaksud. Pertama, ulum al-ulama (ilmu para ulama), TGB menuntut ilmu agama di Universitas al-Azhar Kairo Mesir secara maksimal.
Kedua, ulum al-umara (ilmu kepemimpinan dan manajerial), TGB pernah menjadi gubernur dan pimpinan banyak organisasi. Ketiga, ulum al-hukama’ (ilmu para ahli hikmah), TGB memiliki kebijaksaan dalam menetapkan keputusan.
Dalam acara yang dimulai sejak bakda Isya ini, TGB menjelaskan di depan para santri Pesantren al-Hamidiyah tentang tujuan dan analogi mengapa seorang muslim membaca shalawat. Baginya, membaca shalawat seperti bermain karambol.
“Perhatikan anak-anakku bahwa kalau kita bershalawat kepada Nabi Muhammad itu ibaratnya kita mendoakan diri kita sendiri. Jadi, shalawat kepada Nabi itu seperti orang main karambol, mainan saya zaman kecil dulu. Karambol itu, jika kita sentil atau pukul akan Kembali ke kita. Ya bershalawat itu hakikatnya mendoakan diri kita,” katanya.
Perhatikan anak-anakku bahwa kalau kita bershalawat kepada Nabi Muhammad itu ibaratnya kita mendoakan diri kita sendiri
TGB MUHAMMAD ZAINUL MAJDI
Ketua Organisasi Internasional Alumni al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia ini juga menganjurkan kepada para santri agar memperbanyak membaca shalawat. Dengan memperbanyak bershalawat sama saja seseorang memohon keselamatan sepanjang menuntut ilmu, mendoakan orangtua, pimpinan yayasan, pengasuh pesantren, para guru, teman-teman, pemimpin negeri ini, dan lainnya.
“Karena dengan sekali kita membaca shalawat maka dalam haditsnya kita akan mendapatkan kebaikan sepuluh kali lipat, dan itu bisa kita bagikan kepada orang-orang yang berjasa kepada kita. Mari kita tradisikan kebaikan, doakan orang lain, sebab itu juga mendoakan kita,” katanya.
View this post on Instagram
Cucu ulama besar Maulana Syekh Zainuddin Abdul Madjid (1898-1997) ini mengisahkan dirinya saat mencari ilmu di Universitas al-Azhar, Kairo Mesir.
“Saya dulu mengaji dan belajar di al-Azhar bukan semalam, dua malam, saya berpisah dari orang tua itu lebih dari tujuh tahun, bahkan tidak pernah pulang selama tujuh tahun itu. Orang tua saya mengatakan, ‘Nak, tidak ada ceritanya orang nanti ketika dewasa sudah tua, dia menyesal karena kurang main, orang itu hanya menyesal karena kurang belajar’,” kisah mantan rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi Selong Da’i Islam Lombok tersebut.
'Bersila' dan Sarung Orang Syria
Bersila bukan tradisi kemaren sore, melainkan sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
SELENGKAPNYAKita Butuh Shalawat
Mengenang Rasulullah harus diwujudkan dengan perangai dan membawa perubahan konstruktif.
SELENGKAPNYA