Santri sedang belajar di pesantren. | Republika/Wihdan Hidayat

Opini

'Bersila' dan Sarung Orang Syria

Bersila bukan tradisi kemaren sore, melainkan sudah ada sejak zaman Sriwijaya.

PROF OMAN FATHURAHMAN, Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok

Dr Ghazwan Kanbar tetiba panik saat panitia Maulid Nabi Muhammad SAW di Pesantren Al-Hamidiyah Depok mempersilakan para tamu, termasuk dirinya, dan penceramah bergerak menuju panggung utama. Sebab, saat berdiri, sarungnya berantakan, lipatannya lepas dari pinggang.

Sabtu (9/10) malam, pesantren yang didirikan oleh Kiai Achmad Sjaichu ini memang menggelar hajatan terbuka memperingati Maulid di halaman lapangan parkir utama. Ini pertama kali diadakan sejak Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Panitia pesantren mengundang TGB Dr KH Muhammad Zainul Majdi Lc MA, cendekiawan Muslim ahli tafsir sebagai penceramah.

Sekira 600 santri putra putri duduk bersila di karpet lapangan terbuka. Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah dr H Imam Susanto Sjaichu beserta jajaran pimpinan pesantren, Ketua MUI Depok Dr KH Ahmad Dimyathi Badruzzaman, dan tamu undangan lain juga duduk bersila di panggung utama bersama penceramah.

 
Saat itu, Dr Kanbar baru tiga hari di Indonesia. Ia seorang Syria yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Berlin, Jerman.
 
 

Saat itu, Dr Kanbar baru tiga hari di Indonesia. Ia seorang Syria yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Berlin, Jerman. Hobinya memang mengajar bahasa Arab. Pesantren Al-Hamidiyah menghadirkannya sebagai "Arabic Native" selama Oktober 2022. Tujuannya agar para santri Al-Hamidiyah lebih terampil berbahasa Arab.

Dr Kanbar rupanya belum terbiasa mengenakan sarung dan peci, khas pakaian warga pesantren ala Nahdlatul Ulama (NU) seperti di Al-Hamidiyah. Namun, ia terlihat semringah bisa sarungan, berpeci, plus mengikuti tradisi mahallul qiyam (berdiri) saat pembacaan barzanji.

“Mengapa tadi sarung bisa melorot?” usai acara, saya penasaran bertanya ke Dr Kanbar. “Saya belum terbiasa berlama-lama duduk bersila”, jelasnya dalam bahasa Arab.

“Jadi, selama duduk ngobrol bersama Tuan Guru, saya banyak bergerak, bergeser ganti posisi, geser ke sana kemari. Ternyata pas berdiri, lipatan sarung berantakan, dan saya tidak tahu cara membetulkannya.” Saya tertawa lepas mendengarnya.

 
Ya, duduk “bersila” rupanya bukan perkara sederhana. Bagi orang Nusantara, termasuk santri pesantren, bersila berjam-jam lumrah belaka.
 
 

Ya, duduk “bersila” rupanya bukan perkara sederhana. Bagi orang Nusantara, termasuk santri pesantren, bersila berjam-jam lumrah belaka, meski lama-lama bagian kulit tertentu di mata kaki mengeras bak kulit badak bercula.

Bersila bukan tradisi kemaren sore, melainkan sudah ada sejak zaman Sriwijaya. Sejarawan terkemuka, almarhum Prof Azyumardi Azra menjelaskan dalam bukunya Jaringan Ulama bahwa kata Melayu “bersila” (برسيلا) dijumpai dalam kitab Aja’ib al-Hind (Kisah-kisah Ajaib di Negeri Hindia, aslinya berbahasa Persia), salah satu sumber paling awal di Timur Tengah, tentang Nusantara.

Dalam kitab yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar al-Ramhurmuzi pada tahun 390 H/1000 M ini dijelaskan bahwa setiap orang Muslim, baik pedagang maupun penduduk lokal, yang saat itu ingin menghadap raja harus “bersila”.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Yayasan Islam Al-Hamidiyah (alhamidiyah_official)

Jadi, saya bisa memahami mengapa di malam Maulid itu Dr Kanbar tampak “tersiksa” ketika harus mengikuti tradisi “bersila” para kiai dan santri di Pesantren Al-Hamidiyah. Seumur hidupnya ia memang baru pertama kali datang ke Indonesia.

Tapi, saya meyakini, setelah sebulan ke depan, guru bahasa Arab asal Syria ini akan ketagihan bersarung, berkopiah, dan bersila. Pada saat yang sama, para santri Pesantren Al-Hamidiyah pun niscaya akan ketagihan ngobrol berbahasa Arab dengannya, sehingga cita-cita para pengasuh pesantren agar para santri Al-Hamidiyah memiliki karakter Komunikatif tercapai. Semoga.

Selamat bersila, Dr Kanbar!

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Doa untuk Orang Tua

Kita doakan semoga orag tua dirahmati Allah dan diampuni segala dosanya.

SELENGKAPNYA

Kisah Habib Salim bin Djindan Robek Autobiografinya Sendiri

Habib Salim bin Djindan dikenal sebagai seorang ulama yang tegas dan keras dalam berdakwah.

SELENGKAPNYA

Al-Kaba'ir, Dosa-Dosa Besar Manusia

Sedikitnya, ada 70 dosa besar yang sering dilakukan manusia. Syirik ditempatkan sebagai dosa yang paling besar

SELENGKAPNYA