Juru masak memasak nasi kebuli pada Haul atau peringatan wafatnya Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Jumat (28/12/2018). Panitia peringatan Haul menyiapkan 4,5 ton beras dan 320 ekor kambing untuk memasak nasi kebuli seba | ANTARA FOTO

Nostalgia

Amien Rais, Taufik Kiemas, Akbar Tanjung, dan Nasi Kebuli

Saat kebuli dihidangkan kepada para tokoh di Kwitang, mereka ragu-ragu memakannya.

OLEH ALWI SHAHAB

Sejumlah tokoh politik berkumpul di Majelis Taklim Habib Ali Kwitang, Jakarta pada maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (21/6). Hadir di antaranya Ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung, tokoh PDI Perjuangan H Muhammad Taufik Kiemas yang juga suami Megawati Sukarnoputri, dan mantan Menko Polkam Wiranto. Masih banyak lagi hadir politikus yang selama ini dikenal 'berseberangan' dengan Presiden Abdurrahman Wahid.

Sebuah harian dalam headline-nya memberi judul "Pertemuan Nasi Kebuli di Kwitang". Memang dalam acara maulid yang meriah ini hidangan pokok adalah nasi kebuli. Yang dihidangkan setelah shalat Magrib untuk seluruh hadirin yang jumlahnya ribuan.

Kehadiran nasi kebuli di Indonesia tidak lepas dari kedatangan para imigran Hadramaut pada abad ke-19 dan 20. Tapi, di negeri asalnya sendiri kebuli bukan dari beras, tapi dari gandum. Karena beras di Hadramaut merupakan makanan sekunder.

Saat kebuli dihidangkan kepada para tokoh di Kwitang, mereka ragu-ragu memakannya. Untuk beberapa lama mereka sambil duduk di tikar permadani melihat saja hidangan kebuli di hadapannya yang dihidangkan dengan nampan. Tiap nampan untuk 5-6 orang.

Kekhawatiran ini karena nasi yang disajikan dengan minyak samin tersebut sarat dengan kolesterol, yang dewasa ini sangat ditakuti. Apalagi di atas kebuli terdapat beberapa 'tumpukan' daging kambing. Tidak tanggung-tanggung masing-masing sebesar kepalan tangan. Belum lagi daging kambing yang dihidangkan dalam bentuk marak, juga makanan yang berasal dari Timur Tengah.

photo
Alwi Shahab - (Daan Yahya/Republika)

"Ayo, Pak Amien, Pak Akbar, Pak Taufik, jangan ragu-ragu dimakan kebulinya. Saya sendiri yang memasaknya. Insya Allah tidak ada kolesterolnya. Sudah diberi doa-doa." Baru setelah ajakan pimpinan Majelis Taklim Kwitang, Habib Abdurahman Alhabsyi, mereka pun mulai memakannya. Tapi, masih tetap banyak yang menghindar dan memilih makan dengan nasi putih. Yang khusus disediakan untuk tamu VIP ini.

 

 

Pak Amien, Pak Akbar, Pak Taufik, jangan ragu-ragu dimakan kebulinya. Saya sendiri yang memasaknya

 

HABIB ABDURAHMAN ALHABSYI
 

 

Habib Abdurahman (60 tahun) mengaku sudah lebih dari 40 tahun berpengalaman membuat kebuli. Menurut pengakuannya, sejak masa kakeknya Habib Ali, ia sudah ikut menangani pembuatannya.

Sejauh ini, nasi kebuli dari Kwitang dianggap paling nikmat rasanya. Minyak saminnya, kata Abdurahman, ia buat sendiri dari susu. "Saya menambahkan dengan 32 macam rempah-rempah."

Tidak heran, kalau kebuli Kwitang ini digemari oleh orang-orang yang datang dari Yaman, Arab Saudi, Malaysia, dan Singapura. Mereka adalah para tamu yang tiap tahun datang untuk menghadiri maulid di Kwitang.

Ada lagi makanan khas yang dibanggakan Abdurahman hasil racikannya. Yakni khasidah yang hampir tidak ada di tempat lain. Dibuat dari gandum, lalu dimasak bersama dengan daging kambing dan minyak samin. "Ini makanan khusus untuk Jumat subuh. Yakni makanan perpisahan. Karena setelah menghadiri maulid, ratusan pengunjung dari luar kota dan beberapa di antaranya dari luar negeri ada yang ingin pulang ke tempat asalnya," kata Abdurahman.

"Saya belajar bikin khasidah dari istri Habib Ali." Untuk makanan khas Hadramaut ini, ia khusus memotong tujuh ekor kambing.

photo
Menu Ramadhan Hotel Ritz Carlton. Kambing Guling dan Nasi Kebuli. Foto: darmawan - (Republika / Darmawan)
 

Selama maulid, ia telah menyembelih 200 ekor kambing. Per ekor harganya Rp 350 ribu. Sedangkan beras sebanyak 2,5 ton. Beras untuk kebuli harus dari kualitas yang baik. Harganya Rp 3.500 per kg. "Saya ingin dapat melayani semua orang. Agar ribuan jamaah yang hadir dapat menikmati kebuli dan makanan lainnya."

Apalagi pada Jumat pagi, di majelis ini khusus diadakan peringatan untuk kaum ibu. Sedangkan pada Rabu malam diadakan haul untuk almarhum Habib Ali. Kedua acara ini juga dihadiri ribuan orang. Mereka semua dihidangkan kebuli.

Untuk itu semua, menurut Abdurahman, ia telah mengeluarkan uang Rp 75 juta. "Untuk biayanya, saya tidak pernah minta satu sen pun dari orang. Rezeki datang sendiri. Masuknya seperti air dan keluarnya juga seperti air."

 

 

Untuk biayanya, saya tidak pernah minta satu sen pun dari orang. Rezeki datang sendiri.

 

HABIB ABDURAHMAN ALHABSYI
 

 

Habib Ali, yang dilahirkan di Kwitang, 20 April 1870, putra pasangan Abdurahman dan Hajjah Salmah dari Jatinegara, telah berdakwah sejak usia 20 tahun. Ia meninggal pada 1968, dalam usia 98 tahun.

Sejak 1920, dia memimpin perayaan Maulid Nabi di Kwitang. Setiap acara maulid selalu dihadiri ribuan orang. Termasuk tokoh-tokoh agama dan negarawan, seperti PM Juanda, Wakil Presiden Adam Malik, Idham Chalid. Di antara muridnya adalah KH Abdullah Sjafi'ie dari Assyafiiyah dan KH Tohir Rohili dari Attahiriyah.

Disadur dari Harian Republika Edisi 1 Juli 2001

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Maulid Nabi, Spirit Keteladanan

Bentuk keteladanan untuk penguatan spiritual perlu kita hidupkan.

SELENGKAPNYA

Maulid dan Momentum Teladani Nabi

Kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah anugerah dan nikmat yang terbesar bagi umat manusia.

SELENGKAPNYA

Visi Integrasi Maulid Nabi

Esensi peringatan Maulid Nabi SAW adalah aktualisasi ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin untuk perdamaian dan persatuan bangsa.

SELENGKAPNYA