
Uswah
Dr Indri Chairunnisa, Doktor Muda Jawara Kontes Muslimah
Berprestasi di dunia akademik baginya adalah kebutuhan
Muda, pintar, dan cantik, mungkin itu tiga kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Indri Chairunnissa. Di usia 28 tahun, dia sudah memegang gelar doktor manajemen pendidikan Islam dari UIN Raden Mas Said (RMS) Surakarta dengan IPK 3,91.
Dengan demikian, ia menjadi doktor termuda pertama, doktor perempuan termuda pertama, lulusan terbaik dan tercepat tingkat universitas dengan waktu 2 tahun 10 bulan.
Prestasi lainnya, Indri menjadi pemenang dalam ajang Beauty Muslimah Indonesia Intelegensia 2017. Hingga sekarang, dia satu-satunya peserta yang bergelar doktor pada ajang tahunan bergengsi itu.
Saat ini, Indri bertugas sebagai dosen muda Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)-Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Hal yang memotivasi dirinya mencapai prestasi dunia akademik adalah pandangannya bahwa kuliah dan berprestasi di dunia akademik adalah kebutuhan.
Ia menyebut itu adalah kebutuhan bagi setiap orang yang sadar tentang betapa berharganya sebuah pengetahuan. "Ketika aku sadar bahwa impianku menjadi dosen, menjadi ilmuwan, maka secara otomatis aku sadar bahwa menambah ilmu harus aku lakukan, aku harus punya prestasi, dan itu adalah sebuah kebutuhan yang mau tidak mau wajib terpenuhi," ujarnya.
View this post on Instagram
Indri merasa senang dan bangga bisa bertemu teman-teman, diskusi dengan para pakar ahli pendidikan, dan dosen. Namun, dia mengatakan, yang paling membuatnya ketagihan adalah rasa haru dan bangga ketika prosesi wisuda dan pengukuhan doktor.
Karena itu, berprestasi di dunia akademik baginya adalah kebutuhan. Kebutuhan untuk dirinya untuk terus tumbuh dan berkembang, kebutuhan sebagai seorang anak yang bisa membanggakan orang tua dan keluarga, dan kebutuhan sebagai dosen di kampus yang harus banyak memiliki pengetahuan untuk disampaikan kepada para mahasiswanya.
"Juga kebutuhanku sebagai seorang dosen yang harus berprestasi membanggakan UMS, memberikan sumbangsih yang lebih bagi UMS. Kebutuhanku sebagai seorang Beauty Muslimah Indonesia Intelegensia yang harus memberi uswah selalu untuk Muslimah-Muslimah yang lain," tuturnya.
Kebutuhanku sebagai seorang Beauty Muslimah Indonesia Intelegensia yang harus memberi uswah selalu untuk Muslimah-Muslimah yang lain
Indri Chairunnisa
Pada masa awal kuliah S-1, Indri pernah mendapatkan perundungan. Ada pihak yang berusaha menggoyahkan impiannya untuk menyelesaikan studi doktor di usia 28 tahun. Ada yang mengatakan, studi doktor tidak penting bagi perempuan, sulit, mahal, dan sebagainya. Namun, dia tidak ingin menggubris itu semua.
Target Indri dalam jangka pendek ini adalah bertemu jodoh dan menikah. Dia juga ingin memulai dan menata kariernya sebagai dosen di UMS, memberikan sumbangsih karya untuk UMS, semakin membesarkan nama UMS, berkhidmat untuk Muhammadiyah dan UMS tercinta. "Saya cinta dengan Muhammadiyah dan saya bangga menjadi bagian dari UMS," tuturnya.
Saat ini, Indri sedang menulis buku bersama kolumnis “Hikmah” Republika, Abdul Muid Badrun, tentang hikmah dan inspirasi perjalanan hidupnya untuk dibagikan kepada para generasi Muslimah Indonesia. Buku itu akan mengisahkan perjalanannya dari kecil sampai sekarang, tentang bagaimana ia bisa sampai di titik ini.
Dia berharap awal tahun depan buku tersebut bisa terbit. "Target selanjutnya dalam hal akademik pasti menuju profesor di UMS secepat mungkin dan semuda mungkin. Doakan, ya," ujarnya.
Indri juga bermimpi mendapatkan kesempatan berbicara di depan ribuan orang untuk berbagi pengalamannya yang baik di bidang akademik. Berkeliling Indonesia dan dunia dengan membawa nama Islam dan Indonesia.
Namun, yang paling penting, ia bisa bertemu mahasiswa-mahasiswi dengan membawa nama UMS untuk berdakwah dan memotivasi mereka dalam hal akademik, terutama agar studi lanjut magister hingga doktoral.
Indri menyadari, keberhasilannya saat ini tidak luput dari peran orang tua yang sangat besar. Sejak kecil, dia tinggal bersama orang tua yang untuk soal mendidik sudah tidak perlu diragukan lagi. Keluarga besar, khususnya kakak, telah memberikan dorongan moril ketika ada pihak yang berusaha menggoyahkan impiannya.
Dia teringat tentang ayahanda yang mengajarkan kedisiplinan ihwal waktu shalat. "Begitu azan, seluruh isi rumah disuruh matiin TV jika ada yang menonton TV. Kalau Bapak sudah pulang dari masjid juga bakalan masih ditanya sudah pada shalat belum," ungkapnya.
Karena itu, Indri sampai saat ini sudah terbiasa hidup disiplin. Misalnya, dia selalu menyelesaikan pembuatan soal ujian bagi mahasiswanya dengan tepat waktu. Itu juga berlaku saat masih mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan, baik skripsi, tesis, dan disertasi.
Selain soal kedisiplinan, orang tua Indri juga demokratis dan mengajarkan arti tanggung jawab. Orang tuanya mempersilakan anak-anaknya mengambil seluruh keputusan dalam hidup sesuai dengan harapan masing-masing, misalnya dalam memilih jurusan sekolah, jurusan kuliah, bahkan sosok suami. Di dalam keluarganya tidak ada yang saling menyalahkan satu sama lain.
"Aku dididik dengan gaya demokratis sekaligus untuk punya sifat tanggung jawab terhadap apa pun yang aku pilih dan aku tentukan dalam hidupku. Dari penanaman sifat tanggung jawab ini pastinya aku bakal lebih berhati-hati, pilah-pilih dalam melihat segala sesuatunya sampai menentukan keputusan," tuturnya.
Aku dididik dengan gaya demokratis sekaligus untuk punya sifat tanggung jawab terhadap apa pun yang aku pilih dan aku tentukan dalam hidupkuIndri Chairunnisa
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Empat Sekolah di DKI Berkonsep Green Building Diresmikan
Pemprov DKI menyediakan anggaran Rp 126 miliar untuk pembangunan sekolah net zero
SELENGKAPNYADKI Mulai Pengadaan Kendaraan Listrik 2023
Marullah belum menyebut besaran anggaran untuk modifikasi dan pengadaan baru kendaraan listrik
SELENGKAPNYA