Yevdokia (65 tahun) memeluk anaknya Alexander di depan rumah mereka yang hancur akibat serangan Rusia di wilayah of Izium, Ukraina, Rabu (14/9/2022). | AP/Evgeniy Maloletka

Internasional

Sidang PBB Bertabur Kecaman Invasi

Erdogan menyerukan solusi bermartabat untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

NEW YORK -- Pemimpin-pemimpin dunia yang mendapat giliran berpidato di sidang Majelis Umum PBB ke-77 pada Selasa (20/9), mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, Putin mengejar "ambisi imperialnya" yang berisiko menghancurkan Ukraina dan Rusia.

"Itulah mengapa kami tidak menerima perdamaian yang didikte Rusia dan itu mengapa Ukraina harus dapat melawan serangan Rusia," kata Scholz dalam pidato pertamanya di Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS).

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam rencana referendum di Luhansk, Donetsk, Kherson, dan sebagian wilayah Zaporizhzhia. Sebelumnya, Rusia mengumumkan, empat wilayah itu akan melangsungkan referendum untuk bergabung dengan Rusia. Referendum diagendakan digelar pada Jumat (23/9) mendatang.

Pada hari yang sama, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan dunia untuk bekerja sama dalam menemukan solusi bermartabat untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Menurut dia, perjanjian perdamaian nanti harus didasarkan pada perlindungan terhadap integritas teritorial Ukraina.

“Bersama-sama, kita perlu menemukan solusi diplomatik yang cukup praktis yang akan memberi kedua belah pihak (Rusia-Ukraina) jalan keluar yang bermartabat dari krisis,” kata Erdogan saat berpidato di Majelis Umum PBB, Selasa (20/9). “Saya mengundang organisasi internasional dan semua negara untuk memberikan dukungan tulus terhadap upaya Turki,” ucap Erdogan.

Sejak awal konflik, Turki memang sudah berusaha menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina. Turki pun membantu kedua negara tersebut menyepakati perjanjian koridor ekspor Laut Hitam pada 27 Juli yang disebut Black Sea Grain Initiative. Laman the New York Times menyebutkan, Black Sea Grain Initiative membuat Erdogan memperkokoh citranya sebagai pemain kunci dunia.

Erdogan juga menyatakan, mereformasi Dewan Keamanan (DK) PBB sebagai struktur yang lebih efektif, demokratis, transparan, dan akuntabel akan menjadi tonggak sejarah bagi perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan. "Kita akan terus menekankan di setiap platform bahwa 'dunia lebih besar dari lima' dan 'dunia yang lebih adil adalah mungkin'," katanya, mengacu pada lima anggota tetap DK PBB.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden yang seharusnya berpidato pada Selasa, kali ini tampil pada Rabu (21/9). Kepergiannya untuk menghadiri pemakaman Ratu Elizabeth II di Inggris membuat urutan protokol sidang berubah.

Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional di Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan, pidato Biden berfokus pada perang semena-mena oleh Rusia di Ukraina. Biden juga menyeru dunia untuk menentang "agresi terang-terangan" Rusia.

Pidato Marcos Jr

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menuduh orang-orang terkaya di dunia telah mempertaruhkan yang termiskin, pada Selasa. Dalam sidang tingkat tinggi Majelis Umum PBB ke-77, Selasa, dia mendorong tindakan mengatasi ketidaksetaraan, senjata nuklir, dan perubahan iklim.

Marcos kembali ke tema pembagian antara si kaya dan si miskin di beberapa poin sepanjang pidatonya. Dia mencatat beban utang yang membengkak, kurangnya akses Internet, dan dampak miring dari pandemi Covid-19. "Negara-negara kaya segera menerima vaksin dengan mengorbankan yang miskin," katanya berbicara di depan para pemimpin dunia untuk pertama kalinya sejak menjabat sebagai presiden pada Juni.

"Petugas kesehatan Filipina berada di garis depan di banyak negara … mempertaruhkan dan sering kali mengorbankan hidup mereka sendiri untuk menyelamatkan orang lain," ujarnya mengacu pada tenaga kerja migran Filipina yang tersebar di berbagai negara.

Marcos mengisyaratkan ketidaksetaraan di wilayahnya sendiri dengan mendesak untuk mendapatkan kursi di Dewan Keamanan (DK) PBB. Dia mengatakan, dasar-dasar telah PBB diabaikan, tetapi ia tidak memberikan elaborasi. "Piagam kita dilanggar di seluruh dunia saat kita berbicara,” katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat