Prof Hamid Fahmy Zarkasyi | Republika

Islamia

Dakwah Peradaban

Setiap kali Islam datang ke suatu tempat yang terjadi adalah penerapan ajaran Islam sebagai tamaddun atau peradaban.

PROF HAMID FAHMY ZARKASYI

Misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, itu bukan satu, melainkan banyak dan kompleks. Di antaranya seperti sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Sabda lainnya, “Sesungguhnya aku diutus sebagai guru (mualliman)." Ada pula diutus sebagai rahmat bagi alam semesta; sebagai pemberi kabar gembira (bashiran) dan peringatan (nadhiran). 

Bagaimana Nabi mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia di tengah-tengah peradaban dunia yang telah mapan. Dari hadis-hadis Nabi diketahui bahwa Nabi sendiri berdakwah kepada Kaisar Romawi dan Persia, dengan berkirim surat meminta mereka masuk Islam. 

Selanjutnya, Nabi mengutus para sahabat keluar dari jazirah Arab untuk berdakwah. Para sahabat kemudian dengan semangat tinggi pun mendakwahkan Islam ke penjuru dunia.

Muadz bin Jabal, misalnya, diutus ke Yaman. Pada misi itu Nabi Muhammad berpesan khusus. Pesannya kurang lebih begini: "Jika kamu berdakwah ke masyarakat nanti pertama-tama ajak masyarakat untuk mengucapkan syahadat. jika mereka mau, ajak mereka untuk menunaikan shalat. jika mau, ajak mereka untuk menunaikan zakat." (al-Hadis). 

Inilah yang ditangkap oleh TW Arnold, dalam bukunya yang terkenal The Preaching of Islam (1984, hlm 355). Menurut dia, yang didakwahkan Islam adalah syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Lima hal ini sebenarnya adalah rukun Islam. Empat rukun setelah syahadat adalah suatu konsekuensi logis yang harus dikerjakan. Al-Maududi bahkan menyatakan bahwa syahadat adalah asas worldview Islam. 

 
Empat rukun setelah syahadat adalah suatu konsekuensi logis yang harus dikerjakan. Al-Maududi bahkan menyatakan bahwa syahadat adalah asas worldview Islam. 
 
 

Namun, Arnold juga mengamati faktor lain di balik kesuksesan dakwah Nabi itu ada lima. Pertama, Islam didakwahkan melalui perdagangan sehingga tidak melulu tampak dogmatis.

Kedua, Islam segera berdekatan dengan para penguasa, sehingga tidak tampak asing di negeri mana pun. Ketiga, Islam tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam, sehingga tampak ramah dan justru mendapat simpati masyarakat.

Keempat, Islam sebagai agama juga tampil di tengah peradaban maju pada masa itu, sebagai peradaban yang maju dan megah sehingga tampak peduli terhadap kehidupan. Kelima, Islam dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya berwajah ritual, doktrin, dan dogma, tetapi juga berwajah pemikiran dan ilmu pengetahuan.

Dari perspektif lain, Islam sebagai dīn yang sempurna sejatinya sudah berwajah peradaban. Al-Attas memahami kata dīn dari akarnya, yaitu dayn, artinya utang. Jadi, beragama dalam Islam itu sama dengan membayar utang kepada Allah SWT atau mengutangkan diri kepada Allah.

Keberutangan ini diatur oleh yang Maha Kuasa, yang disebut al-Dayan, pemimpin yang mengatur dan memberi arahan adalah Nabi Muhammad SAW, yang disebut Dayan. Buku yang mengatur utang piutang ini adalah Alquran dan sebagai pelaksananya manusia al-Mutadayyin bi din al-Islam. Jika Islam didakwahkan dari perspektif ini, Islam menjadi “tamaddun” atau peradaban.

Maka dari itu, setiap kali Islam datang ke suatu tempat yang terjadi adalah penerapan ajaran Islam sebagai tamaddun atau peradaban. Maka yang terjadi bukan akulturalisasi, Islam mengikuti budaya setempat, melainkan lebih cenderung mengislamkan. Khususnya, dalam masalah-masalah yang fundamental. Budaya, kultur, tradisi, bahkan worldview atau pandangan hidup masyarakat yang ada di situ diislamkan. 

 
Maka dari itu, setiap kali Islam datang ke suatu tempat yang terjadi adalah penerapan ajaran Islam sebagai tamaddun atau peradaban.
 
 

Dalam konteks bangsa Melayu di nusantara, strategi yang digambarkan Arnold dalam proses Islamisasi ini memang benar-benar terjadi. Pada mulanya para ulama datang ke nusantara untuk berdakwah sambil berdagang. Ada pula yang kemudian mendekati para penguasa dan mengislamkan mereka. Para ulama itu juga tidak memaksa masyarakat untuk memeluk Islam. 

Para ulama mendakwahkan Islam dari hal-hal yang sederhana dalam beragama dalam bentuk fikih. Tapi dalam tahapan selanjutnya, para ulama mulai mengajarkan masalah keimanan, masalah wujud Tuhan, hubungan Tuhan dengan hamba, arti kehidupan, dan sebagainya. 

Akhirnya, konsep dan teori serta gambaran tentang segala sesuatu yang aslinya berasal dari animisme, dinamisme, dan Hindu-Buddha diislamkan. Tidak bisa dimungkiri sejak saat itu masyarakat menjadi terbiasa memakai terminologi peradaban Islam.

Penggunaan istilah-istilah Islam, seperti adil, adab, amanah, ikhlas, ibadah, takdir, nafsu, jasmani, rohani, masyarakat, musyawarah, dan lain sebagainya adalah bukti bahwa worldview bangsa Melayu telah memiliki pandangan hidup Islam. Demikian bangsa Persia dan Spanyol Kristen juga telah mengubah pandangan hidup mereka menjadi Islam.

 
Akhirnya, konsep dan teori serta gambaran tentang segala sesuatu yang aslinya berasal dari animisme, dinamisme, dan Hindu-Buddha diislamkan.
 
 

Maka itu, tidak salah ketika Seyyed Hossein Nasr menyimpulkan bahwa “Islam created a civilization that has covered the middle belt of the Old World for a millennium. This civilization produced great intellectual figure…Its scientists formulated theories and carried out practices that were widely emulated by Western scientist during di Middle Ages and even the Renaissance.” 

Kesimpulannya, produk dakwah Islam bukanlah masyarakat yang hanya melulu mempraktikkan ritual dan dogma agama, melainkan sebuah peradaban yang kuat asas teologinya (kalimat thayyibah), yang pada masanya memberi makan (memakmurkan) bangsa-bangsa di dunia (QS Ibrahim 24-26). 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Azyumardi Azra dan Sikap Mental Konspiratif

Dalam makalah di muktamar ABIM, Prof Azyumardi membahas potensi kebangkitan peradaban Muslim.

SELENGKAPNYA

Jual Beli Buket Uang Dalam Syariah Islam

Apakah diperbolehkan jika nominal uang di buket berbeda dengan harga jual?

SELENGKAPNYA