
Kabar Utama
Pandemi Covid-19 Hampir Selesai
Jumlah kasus baru dan kematian akibat Covid-19 terus menunjukkan penurunan.
JAKARTA – Pandemi yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun diprediksi akan segera berakhir. Jumlah kasus baru dan angka kematian akibat Covid-19 yang terus menunjukkan penurunan dinilai menjadi indikasi bahwa pandemi hampir sampai garis finish.
Kendati demikian, semua pihak diminta untuk tidak lengah dan terus waspada. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, masyarakat harus meningkatkan upaya mencegah penyebaran Covid-19 lebih lanjut.
Dia menganalogikan, situasi menuju akhir pandemi saat ini sama dengan lari marathon. Pelari justru akan lebih kencang berlari ketika garis finish mulai terlihat.
“Kita belum sampai di sana (akhir pandemi). Tetapi ujungnya sudah terlihat. Kita bisa melihat garis finish-nya. Tapi sekarang adalah waktu terburuk untuk berhenti berlari. Sekarang saatnya untuk berlari lebih keras dan memastikan kami melewati batas dan menuai hasil,” kata Tedros dalam pernyataannya, Kamis (15/9).
Tedros mengatakan, angka kematian akibat Covid-19 pada pekan lalu turun mencapai angka terendah sejak Maret 2020. Jumlah kematian pada 5-11 September mencapai 10.935 jiwa di seluruh dunia, atau turun 22 persen dibandingkan sepekan sebelumnya. Jumlah kasus baru untuk pekan ini turun tajam sebanyak 28 persen menjadi 3,13 juta kasus.
Jika dunia tidak mengambil kesempatan untuk mengakhiri pandemi sekarang, lanjut Tedros, masih ada risiko lebih banyak varian virus akan berkembang. Tidak menutup kemungkinan perkembangan yang terjadi justru mengarah pada peningkatan angka kematian serta gangguan dan ketidakpastian yang berkelanjutan.
Virus korona baru penyebab Covid-19 disebut pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019. WHO kemudian menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global pada Maret 2020. Kasus pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, untuk lepas dari status pandemi dan masuk dalam status endemi, butuh kesepakatan bersama. Menurutnya, seluruh pemimpin negara harus satu suara dengan berdasarkan situasi kasus yang terkendali di dalam negeri. “Pandemi karena sifatnya dunia, kalau selesai harus kompak seluruh pemimpin dunia menyatakan selesai,” ujar dia.
Menurut Budi, situasi pandemi di Indonesia sekarang relatif terkendali. Situasi itu dibuktikan saat Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 banyak memicu gelombang baru di dunia, tapi di Indonesia tidak terjadi. “Posisi Indonesia relatif lebih baik, mudah-mudahan tetap ada di kelompok ini,” ujar dia.

Salah satu tantangan untuk lepas dari status pandemi, kata Budi, adalah cakupan vaksinasi penguat Covid-19 di Indonesia yang masih relatif rendah, yakni di kisaran 60 persen dari total sasaran 236,66 juta jiwa. Budi memperkirakan, imunitas masyarakat berdasarkan manfaat vaksin dosis lengkap akan menurun pada awal 2023, sehingga jika terjadi gelombang susulan di dunia, Indonesia berpotensi terdampak.
“Vaksinasi dosis ketiga di Indonesia rendah. Sesudah enam bulan (imunitas) turun, termasuk imunitas saya rendah juga, sudah turun,” kata Budi yang baru saja pulih dari infeksi Covid-19. Budi mengimbau masyarakat untuk segera mengakses kesempatan vaksinasi penguat (booster) di seluruh fasilitas layanan kesehatan yang tersedia.
Situasi Covid-19 di Indonesia saat ini terus menunjukkan tren yang baik. Dalam sebulan terakhir, kasus harian menunjukkan angka kesembuhan hampir selalu lebih banyak dari kasus positif. Kasus aktif atau orang yang saat ini sedang positif Covid-19 dan belum sembuh, juga terus menurun. Beberapa waktu lalu saat ada lonjakan, kasus aktif lebih dari 50 ribu orang. Tetapi saat ini, kasus aktif sudah kurang dari 20 ribu orang.
Kekhawatiran terjadinya lonjakan kasus pascakepulangan jamaah haji pun tidak terjadi. Menkes Budi Gunadi pada Juli lalu menyatakan, prediksi puncak gelombang Covid-19 bisa saja mundur dari prediksi awal yakni akhir Juli. Kedatangan jamaah haji bisa jadi pemicu lonjakan tersebut. Namun, sebulan setelah kloter terakhir jamaah haji kembali ke Tanah Air pada 13 Agustus, tak ada lonjakan kasus secara signifikan hingga hari ini.
“Ingat, Covid-19 itu unpredictable, situasinya dinamis. Tahun lalu kita merasa sudah turun kasus harian bahkan pernah sampai 300. Tiba-tiba muncul Omicron. Bahkan puncak di Februari sampai 60 ribu melebihi (varian) Delta dan alhamdulillah meskipun sekarang ada varian baru tapi tidak sampai puncak, cuma riak-riak,” ujar Erlina.
Untuk Booster
Pemerintah telah menyiapkan anggaran untuk pengadaan vaksin produk dalam negeri produksi PT Bio Farma (Persero), yakni Indovac dan Vaksin Inavac. Kedua vaksin produk anak bangsa tersebut akan digunakan sebagai vaksin dosis booster (penguat) untuk masyarakat.
“Sudah disiapkan (anggaran) Vaksin Inavac dan Indovac tahun ini,” kata Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Rizka Andalusia, di Jakarta, Kamis (15/9).

Vaksin Indovac produksi PT Bio Farma dan Vaksin Inavac produksi PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia saat ini telah memasuki tahap akhir uji klinik. Oleh karena itu, Kemenkes sedang membuat alokasi pendanaan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk pembelian kedua vaksin tersebut.
“Kata kuncinya adalah selama ada kebutuhan, bisa dianggarkan. Kalau butuh dan kondisi masyatakat perlu booster, bisa dianggarkan,” ujar dia.
Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, pada tahap awal produksi, Bio Farma siap memproduksi 20 juta dosis vaksin. Jumlah tersebut dapat dinaikkan menjadi 40 juta dosis per tahun pada 2023 dengan penambahan fasilitas produksi.
“Kapasitas produksi bisa dinaikkan lagi menjadi 100 juta dosis per tahun pada 2024, bergantung pada kebutuhan dan permintaan,” tutur Honesti.
Sementara itu, Direktur PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia, FX Sudirman menyambut baik komitmen pemerintah untuk membeli Vaksin Inavac pada 2023. PT Biotis yang menaungi Vaksin Merah Putih karya Tim Peneliti Universitas Airlangga dengan merek dagang Inavac mengincar peluang pasar dari cakupan vaksinasi booster dewasa, remaja, dan anak di Indonesia.
“Kemarin kami sudah ada pertemuan juga dengan Tim Pemantau Konsorsium Vaksin Merah Putih, dan sudah menyampaikan komitmen pembelian itu,” ujar dia.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko mengatakan, Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan dengan platform protein rekombinan oleh Eijkman atau yang sebelumnya dikenal dengan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman juga akan digunakan untuk vaksinasi booster. “Jadi sebagian besar vaksin yang dikembangkan hampir semua untuk booster,” kata Handoko.
Sedangkan untuk vaksin Merah Putih dari Universitas Airlangga (Unair), yang bekerja sama dengan farmasi PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dan PT Bio Farma untuk vaksin BUMN diperkirakan dapat diproduksi tahun ini.
“Saya ingin akhir tahun sudah keluar izin edar darurat, salah satu dari Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan saat ini,” ujar dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Ummu Haram Binti Milhan, Mujahidah di Lautan
Seorang pejuang sekaligus perawi hadis dari kalangan sahabiyah
SELENGKAPNYANasib Pala Banda, Run, dan Manhattan
Pulau Run adalah salah satu pulau penting dalam sejarah Indonesia.
SELENGKAPNYADajal Pendusta dan Adu Domba di Media Sosial
Sifat dajal adalah menyesatkan manusia dengan memecah belah ukhuwah umat Islam.
SELENGKAPNYA