Melampaui Batas | pixabay.com

Tuntunan

Melampaui Batas

Di antara mereka ada yang membolehkan pelecehan simbol-simbol agama, bahkan terhadap para nabi dan tokoh-tokoh yang di- hormati masyarakat.?

Sekumpulan warga berdemonstrasi di Kristiansand, Norwegia, pada Sabtu (23/11). Mereka menyebut diri sebagai SIAN atau Stop Islamiseringen Av Norway (SIAN). Dalam bahasa Indonesia, organisasi ini bermakna `Setop Islamisasi di Norwegia'. Selain melakukan orasi, beberapa peserta unjuk rasa membuang kitab suci Alquran ke dalam tong sampah. Salah seorang di antaranya, Lars Thorsen, bahkan membakar Alquran.

Di tengah aksi pembakaran Alquran itu, seorang pemuda Muslim menerobos barikade polisi. Dia pun menjatuhkan Thorsen dan menghentikan aksi pembakaran tersebut. Ilyas, nama pemuda itu, berkelahi dengan Thorsen. Polisi lantas melerai pertarungan itu. Atas aksi mereka itu, pemimpin Muslim di Agder, Norwegia, melaporkan SIAN dengan dugaan ujaran kebencian. Mereka berharap polisi bisa mengusut kasus ini untuk menghentikan SIAN dan kelompok lain yang kerap memecah belah kalangan warga Norwegia.

Lars Thorsen merupakan pemimpin dari ormas yang kerap menyuarakan kebencian terhadap Islam. Bukan sekali ini Thorsen dan SIAN membuat aksi intoleran. Pada awal bulan ini, mereka dalam satu brosurnya di Oslo menyebut Muslim sebagai predator seksual yang memperkosa dalam jumlah besar. Atas ujaran kebencian tersebut, Thorsen sebenarnya sudah dituntut 30 hari penjara dan denda 20 ribu NOK.

Apa yang dilakukan Lars Thorsen karena ketidaksukaannya terhadap Islam boleh jadi masuk dalam predikat radikal dan intoleran. Dua kata yang kerap dikampanyekan Pemerintah RI saat ini kepada masyarakat Indonesia. Pemerintah Pakistan melakukan aksi nyata dengan memanggil duta besar Norwegia untuk menyampaikan keberatan dan keprihatinan.Sikap yang belum dilakukan Pemerintah RI.


Ghuluw
Alquran dan sunah menggunakan kata ghuluw untuk menggambarkan melampaui batas dalam beragama. Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Apa, Mengapa, Bagaimana Wasathiyyah menyebut ghuluw dalam berbagai bentuknya mengandung makna ketinggian yang tidak biasa. Harga sesuatu barang yang lebih mahal dari yang biasa dilukiskan dengan kata ghally. Air yang mendidih saat panas dilukiskan dengan kata yaghaly-ghalayan meski belum mencapai batas akhir.

Wahai ahli kitab, janganlah melakukan ghuluw (melampuai batas) menyangkut keberagamaan kamu. Jangan berucap/percaya menyangkut Allah kecuali yang hak. (QS an-Nisa:59). Quraish Shihab beranalogi, jika ghaly dikatakan sebagai mahal, tidak berarti harga itu telah mencapai puncak batas kemahalan. Maksud mahal di sini sebatas pada harga sesuatu yang melampaui batas normal sehingga dibi- lang mahal.

Di dalam hadis, kata yang sama pun kerap digunakan. Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyam- paikan, Nabi SAW di atas untanya ketika melaksanakan haji. Pada hari pelemparan jumrah, Rasulullah meminta batu-batu untuk digunakan melontar. Ibnu Abbas Ra pun mengambil sekian batu kecil dengan ukuran yang biasa untuk melontar.

Saat batu-batu itu di dalam genggaman Nabi SAW, beliau bersabda, Yang seperti inilah (besarnya) yang hendaknya kalian gunakan melontar. Kemudian, beliau bersabda, Wahai seluruh manusia, hindarilah ghulu (pelampauan batas) dalam keberagamaan. Karena yang membinasakan (umat) sebelum kamu adalah ghuluw dalam keberagamaan. (HR Ibnu Majah).

Di dalam kadar yang lebih besar, berlebihan bisa dikatakan sebagai ekstrem. Sebuah kata yang diserap dari bahasa Inggris bermakna paling ujung, paling tinggi, paling keras, dan sebagainya. Bahasa Inggris mendefinisikannya sebagai the greatest gegree.

Ghuluw memang berbeda dengan ekstremisme. Quraish Shihab bertamsil, orang di barat masih membenarkan hal yang dilakukan selama tidak menimbulkan kekerasan atau pelang- garan hak asasi manusia (HAM). Karena itu, makna ekstremitas adalah sesuatu yang telah melewati ujung. Di antara mereka ada yang membolehkan pelecehan simbol-simbol agama, bahkan terhadap para nabi dan tokoh-tokoh yang dihormati masyarakat. Andaikata tidak membolehkan, mereka tidak mengecam pelakunya dengan dalih kebebasan berbicara.


Kaum Khawarij
Sejarah Islam mencatat kaum Khawarij masuk kategori orang- orang yang berlebihan itu. Mereka ada dalam satu golongan tubuh umat Islam. Mereka tidak sekadar pandai membaca Alquran dan memahaminya. Namun, pengetahuan mereka tentang Alquran tidak membuat mereka mengamalkannya.

Secara kuantitas, ritual ibadah mereka luar biasa. Mereka rajin shalat dan berpuasa. Nabi SAW bahkan menyebut ibadah yang dilakukan para sahabat tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka.

Namun, mereka gemar menge cap sesama Muslim sebagai kafir ketika tidak sepaham dengan mereka.Mereka berpendapat jika pencuri adalah kafir. Begitu juga bagi mereka yang berbohong dan berzina. Mereka bahkan tidak segan-segan menghalalkan darah kaum Muslimin yang tidak sepemahaman dengan mereka.

Mereka muncul usai wafatnya Amirul Mukminin Umar bin Khat tab RA. Kaum Khawarij bah kan memecah belah umat men jadi dua golongan, yakni mereka sendiri dan kelompok salaf--mereka yang mengikuti sunah Nabi. Kaum ini selanjutnya berandil besar dalam peristiwa pembunuhan Usman bin Affan. Mereka pernah dikalahkan telak pada masa pemerintahan Ali RA. Meski demikian, kemunculan mereka diramalkan akan berlangsung hingga akhir jaman.

Akan muncul sekelompok manusia dari arah timur yang mem baca Alquran tapi tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali generasi mereka putus, muncul generasi berikutnya hing ga generasi akhir mereka akan bersama dajal. (HR Thabrani dan Ahmad).

Mahabenar Allah yang melarang kita untuk bersikap berlebi- han dalam menjalankan agama. Sebuah perintah yang amat rasional dalam menjaga keharmonisan hubungan di dalam umat Islam dan antar umat beragama pada umumnya. Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat