Hikmah
Shalat Barometer Amal
Pada hari kiamat nanti shalat akan menjadi barometer amal seseorang.
Oleh ABDUL SYUKKUR
OLEH ABDUL SYUKKUR
Imam Ahmad bin Hambal, salah satu imam mazhab yang empat sekaligus ahli hadis pernah ditanya oleh anaknya, mengapa beliau tidak menulis hadis dari muhaddis (ahli hadis) si fulan (putranya menyebutkan nama seorang ahli hadis yang terkenal kepakarannya). Imam Ahmad menjawab, “Aku melihat dia tidak baik shalatnya di masjid.”
Dari kisah ini kita bisa belajar kepada Imam Ahmad bahwa standar baik tidaknya seseorang tergantung shalatnya. Hal ini senada dengan hadis Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya amal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba (manusia) pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, ia sungguh beruntung dan sukses, tetapi jika shalatnya rusak (buruk), ia telah gagal dan rugi.
“Dan apabila kurang dari shalat wajibnya, maka Allah SWT berfirman, ‘Lihatlah oleh kalian (para malaikat) apakah hamba-Ku punya amalan shalat sunnah?’ Maka, disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Lalu, seperti itu pula dengan seluruh amalnya.” (HR Tirmidzi).
Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa pada hari kiamat nanti shalat akan menjadi barometer amal seseorang, menjadi standar ukuran baik tidaknya amaliahnya, menjadi penentu beruntung tidaknya seseorang. Jika shalatnya baik, orang itu bisa dipastikan akan dengan mudah masuk surga. Sebaliknya, jika shalatnya tidak baik, orang itu terancam akan tergelincir ke dalam neraka.
Bukan tanpa sebab shalat pantas menjadi alat pengukur amaliah seseorang karena shalat merupakan puncak penghambaan seorang hamba terhadap Tuhannya. Jika pada ritual shalat seorang hamba bisa benar-benar memosisikan diri dengan baik di hadapan Tuhannya, secara otomatis akan baik pula amaliah lainnya. Begitu juga sebaliknya, jika di puncak penghambaannya ia tidak baik pada Tuhannya, bisa dipastikan tidak akan baik pula dalam amaliah lainnya.
Oleh karena itu, Allah sampai memastikan dalam Alquran, “Bacalah apa yang telah diwahyukan (Alquran) kepadamu (Muhammad) dan dirikanlah shalat. Sesunnguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan perbuatan munkar. Ketahuilah bahwa mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS al-Ankabut [29]: 45).
Menurut Ibnu Katsir, shalat yang dimaksud ayat di atas mencakup dua hal. Pertama, shalat bisa membuat seseorang meninggalkan berbagai perbuatan keji dan perbuatan munkar. Kedua, shalat merupakan momen untuk mengingat Allah SWT. sehingga, orang yang shalatnya baik pasti bisa mengadirkan Allah dalam setiap aktivitasnya.
Orang yang selalu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas hariannya tidak akan berani melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, tidak akan berani melakukan perbuatan maksiat seraya merasa melihat atau dilihat oleh Allah, apalagi sampai menentang Allah SWT.
Shalat seperti ini yang sesuai dengan hadis Nabi, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat Allah, jika kamu tidak bisa merasakan seakan-akan melihat Allah, maka sesungguhnya Allah melihatmu.”
Wallahu a’lam.
Hj Maemunah Pemimpin Perjuangan Rakyat Majene
Maemunah adalah tokoh sentral di balik perlawanan rakyat Majene atas kedatangan sekutu dan NICA di Sulawesi Barat.
SELENGKAPNYAMembantu Sesama
Betapa beruntungnya orang yang senantiasa mempermudah urusan orang lain.
SELENGKAPNYADana Zakat Boleh Diinvestasikan?
Dana zakat boleh diinvestasikan dengan berbagai ketentuan.
SELENGKAPNYA