Penampakan patuk filusuf Ukraina Hryhoriy Skovoroda ditengah-tengah reruntuhan Museum Sastra Hryhoriy Skovoroda yang dibombardir di Desa Skovorodynivka dekat Kharkiv, Ukraina pada Mei 2022 | EPA-EFE/SERGEY KOZLOV

Teraju

Yang Hilang karena Perang

Perang tak hanya menghilangkan banyak nyawa, tapi juga warisan sejarah suatu bangsa. 

OLEH SIWI TRI PUJI B

Beberapa hari setelah invasi ke Ukraina dimulai, laporan mulai beredar di media sosial bahwa 25 lukisan karya seniman otodidak Ukraina, Maria Prymachenko,  yang disimpan di Museum Sejarah dan Sejarah Lokal Ivankiv telah dibakar oleh pasukan Rusia.

Prymachenko, meninggal pada tahun 1997, dihormati secara lokal karena lukisannya yang berwarna cerah tentang makhluk mitos dan penggambaran kehidupan sehari-hari Ukraina yang tenang. 

Dalam pekan yang sama, Museum Seni Kuindzhi, yang didedikasikan untuk kehidupan dan karya pelukis realis berpengaruh Ukraina, Arkhip Kuindzhi, dihancurkan pada 21 Maret selama penembakan Rusia di kota pelabuhan timur Mariupol. Berita itu pertama kali dilaporkan oleh situs budaya yang berbasis di Lviv, Local History, dan kemudian dikonfirmasi oleh ketua serikat seniman Ukraina, Konstantin Chernyavsky, dalam sebuah posting Facebook.

Emine Dzheppar, wakil menteri Urusan Budaya Ukraina, mengunggah rekaman yang tampaknya menunjukkan museum terbakar. “Tidak memiliki budaya sendiri, mereka menghancurkan semua warisan budaya negara lain,” tulisnya di Twitter, merujuk pada pasukan Rusia yang dituduh menyerang museum.

Namun dari semua serangan menyasar museum, yang paling ironis adalah serangan atas Museum Seni Kharkiv. Museum ini memiliki lebih dari 25 ribu karya seni, menjadikannya salah satu koleksi seni terbesar dan paling berharga di Ukraina. 

Ketika wilayah itu mendapat serangan artileri berat dan tembakan udara pada awal Maret, staf museum bergegas untuk menyelamatkan koleksinya, yang mencakup karya-karya seperti Reply of the Zaporozhian Cossack, karya pelukis terkenal Rusia, Ilya Repin (1880–1991).

“Sungguh sebuah ironi bahwa kita harus menyelamatkan karya seniman Rusia dari serangan tentara negara mereka sendiri. Ini hanyalah barbarisme,” kata Maryna Filatova, kepala departemen seni asing di Museum Seni Kharkiv, seperti dikutip Reuters.

Pada 11 Maret, Wall Street Journal melaporkan bahwa serangan rudal Rusia telah menghancurkan jendela gedung warisan abad ke-19 yang megah, serta perpustakaan Korolenko, yang menyimpan manuskrip yang tak tergantikan. Selama beberapa bulan perang di Ukraina, sedikitnya 250 museum telah hancur atau rusak, dan banyak koleksi yang dimusnahkan atau dijarah. 

Harian Guardian yang terbit di Inggris menurunkan kisah yang lebih miris. Ketika invasi Rusia ke Ukraina dimulai, direktur Museum Sejarah Lokal di Melitopol di tenggara negara itu, Leila Ibrahimova, mengatur agar timbunan artefak emas dari Scythia kuno disembunyikan.

Kurator museum, Galina Andriivna Kucher, dibawa dengan todongan senjata ke museum dan diminta untuk menunjukkan di mana emas itu berada. Dia menolak untuk menunjukkan koleksi. Kucher kemudian diculik dari rumahnya pada 30 April dan hingga saat ini keberadaannya masih belum diketahui.

Menurut laporan New York Times, pasukan Rusia akhirnya menemukan timbunan emas yang berasal dari abad keempat SM, terbungkus di ruang bawah tanah museum. Barang-barang itu dibawa ke Donetsk, di wilayah Donbas yang dikuasai Rusia, untuk alasan “keamanan”.

Para pemimpin otokratis yang memanfaatkan seni sebagai sarana untuk menulis ulang sejarah budaya suatu bangsa dan memajukan kepentingan mereka bukanlah hal baru. Pada tahun 1937, Hitler menyita 17 ribu karya seni dari lebih dari 100 museum di Jerman dalam waktu kurang dari sebulan. Beberapa memang ditampilkan dalam pameran Degenerate Art-nya, tetapi banyak yang hancur atau "hilang". 

Napoleon memiliki banyak mahakarya yang dikirim ke Paris dari seluruh Eropa: patung klasik Apollo Belvedere dan Laocoön dari Italia; Rubens's The Descent from the Cross dari Belgia.

Dalam konteks Ukraina, tulis Guardian, upaya Rusia adalah untuk menghapus sejarah kemerdekaan Ukraina dan mempromosikan model ekspansionisnya sendiri dari "kerajaan" Rusia yang baru. "Jelas bahwa Vladimir Putin melihat emas Scythian sebagai pusat identitas budaya dan kemerdekaan Ukraina," tulis editorial media terkemuka ini.

Ini bukan pertama kalinya dia mencoba mengeklaimnya untuk Rusia. Pada tahun 2014, contoh emas Scythian dipinjamkan ke museum Allard Pierson di Amsterdam. Empat dari museum Ukraina yang telah mengeluarkan pinjaman berada di Krimea.

Saat Putin menginvasi dan mencaplok Krimea, dia menekan Belanda untuk mengirim kembali emas itu. Pertempuran hukum yang berlarut-larut pun terjadi dan baru pada Oktober 2021 seorang hakim akhirnya memutuskan bahwa karya-karya tersebut secara kategoris milik Dana Museum Negara Ukraina dan bukan museum Krimea yang dikuasai Rusia. Karya-karya tersebut tetap berada di sebuah museum di Belanda hingga kini.

photo
Turis mengambil gambar dalam pameran hari jadi ke-600 Kota Terlarang di Beijing pada 2020. - (AP Photo/Ng Han Guan)

Belajar dari Ukraina, Taiwan mulai menyiapkan skenario terburuk jika wilayahnya diserang Cina. Museum Istana Nasional Taiwan, yang memamerkan salah satu koleksi peninggalan kekaisaran Tiongkok terbaik di dunia, secara aktif mempertimbangkan bagaimana upaya perlindungan harta karunnya jika Beijing melancarkan serangan.

Seiring Cina meningkatkan tekanan militer di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, lembaga itu awal bulan ini melakukan "latihan respons masa perang" pertama yang berpusat pada evakuasi artefaknya.

"Tujuan terpenting dari latihan ini adalah untuk memberi tahu staf kami siapa yang melakukan apa jika perang pecah, dan bagaimana bereaksi," kata direktur museum, Wu Mi-cha, kepada CNN.

Museum Istana Nasional Taiwan terkenal dengan koleksi artefaknya yang pernah disimpan di Museum Istana di Kota Terlarang Beijing. Koleksi berharga dalam jumlah besar ini sebelumnya selamat dalam dua peperangan. 

Pada awal 1930-an, di tengah ancaman invasi Jepang ke Beijing, pemerintah Cina memindahkan sebagian koleksi kekaisaran ke selatan; Shanghai dan Nanjing. Belakangan, banyak artefak diangkut lebih jauh ke pedalaman ke berbagai lokasi di Provinsi Sichuan.

Dilindungi oleh sekelompok pengawal yang berdedikasi, yang menghadapi ancaman pemboman terus-menerus, harta itu dibawa ke seluruh negeri melalui kereta api, truk, kereta kuda dan perahu, disembunyikan di kuil-kuil dan gua-gua di sepanjang jalan. Pada tahun 1947, dua tahun setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, koleksi tersebut dikumpulkan kembali di Nanjing.

 
Pada awal 1930-an, di tengah ancaman invasi Jepang ke Beijing, pemerintah Cina memindahkan sebagian koleksi kekaisaran ke selatan; Shanghai dan Nanjing.
 
 

Tetapi pada saat itu, perang saudara berdarah antara Kuomintang (KMT) yang berkuasa saat itu dan pemberontak Partai Komunis Cina dimulai. Ketika pasukan KMT yang kalah mundur ke Taiwan pada tahun 1949, mereka membawa serta lebih dari 600 ribu barang dari Museum Istana dan institusi akademis lainnya.

Setelah menyimpan barang-barang tersebut di bekas pabrik gula dan sebuah gua di luar kota Taichung, Taiwan, KMT mengeruk terowongan jauh ke dalam bukit di pinggiran Taipei untuk penyimpanan artefak. Museum Istana Nasional akhirnya dibangun di kaki bukit itu dan mulai memamerkan koleksinya sejak 1965.

Kondisinya akan beda jika semua negara mematuhi Konvensi Den Haag 1954 tentang Perlindungan Kekayaan Budaya dalam Peristiwa Konflik Bersenjata. Ini adalah perjanjian internasional pertama yang berfokus secara eksklusif pada perlindungan kekayaan budaya dalam konflik bersenjata.

Ditandatangani di Den Haag, Belanda, pada 14 Mei 1954 dan mulai berlaku pada 7 Agustus 1956, konvensi ini telah diratifikasi oleh 133 negara. Namun beda di atas kertas, beda pula praktiknya. Museum disasar, bahkan dihancurkan.

Mungkin benar seperti kata filsuf Inggris, Bertrand Russell, "Perang tidak menentukan siapa yang benar, hanya siapa yang tersisa." Selain kehancuran kehidupan manusia, setiap perang juga mengakibatkan hilangnya bagian-bagian penting dari sejarah umat manusia.

 

Jejak Sejarah yang Musnah

Kota Kuno Bosra

Kota Kuno Bosra di Suriah adalah ibu kota bagian Arab dari Kekaisaran Romawi dan merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Kota ini terletak 40 kilometer timur Daraa dan sekitar 140 kilometer selatan Damaskus. Strukturnya yang paling terkenal adalah Teater Romawi yang indah.

Dibangun pada abad ke-2 M, teater Romawi di Bosra adalah salah satu yang terpelihara dengan baik di seluruh Timur Tengah dan salah satu teater terbesar yang dibangun oleh Romawi, mampu menampung 15 ribu penonton. Kota Kuno Bosra dan khususnya teaternya rusak parah akibat pengeboman dan serangan selama perang sipil di negara itu.

Palmyra – Suriah

Situs Warisan Dunia UNESCO Suriah ini adalah sebuah oasis di tengah gurun. Palmyra dalah pusat budaya kuno selama abad pertama dan kedua Masehi, yang bertindak sebagai persimpangan jalan bagi beberapa peradaban termasuk Persia dan kerajaan Yunani-Romawi.

Kota ini adalah salah satu kota tertua di dunia yang berasal dari milenium kedua SM, yang diyakini dibangun pertama kali oleh Nabi Sulaiman AS. 

Ada banyak situs arkeologi penting di Palmyra yaitu Kuil Baalshamin, Monumental Arch, Menara Elahbel dan masih banyak lagi. Selama perang saudara besar di negara itu, ISIS telah menghancurkan banyak bagian kota termasuk situs arkeologi penting ini. Beruntung, sejumlah struktur Palmyra berhasil diselamatkan setelah ISIS berhasil diusir dari wilayah ini. 

photo
Kendaraan militer terkena bom di Palmyra pada 2016. REUTERS/SANA/Handout via Reuters. - (X01280)

Istana Musim Panas Beijing

Kompleks yang luas dengan kuil dan paviliun yang megah dan dikelilingi oleh taman yang indah dan eksotis ini dibangun pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Istana ini adalah tempat tinggal utama para anggota Dinasti Qing.

Sayangnya, bangunan bersejarah yang megah ini diratakan dengan tanah oleh pasukan Inggris dan Prancis pada tahun 1860 selama Perang Candu Kedua.

Balai Promosi Industri Hiroshima

Ketika seseorang menyebut Hiroshima, hal pertama yang muncul di benak kita tentu saja adalah serangan atom. Salah satu bangunan yang sekarang bayak diknjungi orang adalah bekas Balai Promosi Industri Prefektur Jepang. 

Bangunan ini dirancang oleh arsitek Ceko Jan Letzel dan dibangun pada tahun 1915. Konstruksi bersejarah ini mengalami kerusakan yang cukup parah ketika Angkatan Udara AS menjatuhkan bom atom pertama, pada tahun 1945 .

Saat ini, sisa-sisa bangunan berada di Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima dan telah menjadi simbol perdamaian internasional. Pada tahun 1996 taman ini menjadi bagian dari daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

Buddha Bamiyan di Afghanistan

Buddha Bamiyan adalah dua patung Budha besar yang  diukir di sisi tebing di lembah Bamiyan, 230 km (140 mi) dari Kabul. Dua patung terkenal itu memiliki tinggi 53 meter dan tinggi 35 meter. Lokasi ini juga merupakan perhentian penting di Jalur Sutra yang legendaris, sejak abad ke-6 Masehi.

Taliban menghancurkan situs ini menggunakan dinamit, selama beberapa minggu, pada Maret 2001.

Benteng Allepo

Kastil besar ini terletak di pusat kota tua Aleppo, Suriah utara, dan dianggap sebagai salah satu kastil terbesar dan tertua di dunia. Tertanggal kembali ke milenium ke-3 SM, istana ini menjadi saksi banyak peradaban, seperti Yunani, Bizantium, Ayyubiyah, dan Mamluk tetapi mayoritas konstruksi telah dilakukan selama periode Ayyubiyah. Benteng yang juga merupakan situs warisan dunia UNESCO ini hancur selama perang sipil Suriah. 

Situs Keagamaan Timbuktu 

Sebuah serangan terhadap beberapa situs keagamaan di Timbuktu oleh Kelompok Mali Ahmad al-Faqi al-Mahdi membuat sejarah karen menjadi pengadilan kejahatan perang pertama di Pengadilan Kriminal Internasional  untuk penghancuran monumen budaya.

Sedikitnya 14 makam hancur dan kini telah dibangun kembali menurut metode konstruksi tradisional dengan dana dari UNESCO. Pada bulan Maret 2016 diumumkan bahwa al-Mahdi mengaku bersalah atas kejahatan yang dilakukan terhadap situs budaya.

Pocut Meurah Intan, Pantang Menyerah Melawan Belanda

Semangat yang tertanam pada diri Pocut Meurah membekas di dada tiga anaknya.

SELENGKAPNYA

Awal Baru dari Akhir Perang Jawa

Perang Diponegoro menandakan babak baru hubungan kolonial dan Islam Jawa.

SELENGKAPNYA