Kewajiban berzakat bagi kaum Muslim merupakan bentuk dasar pengembangan akhlak untuk menjauhi sifat pelit. | Pixabay

Khazanah

Prospek Lulusan Prodi Zakat dan Wakaf Dinilai Cerah

Sudah ada 18 perguruan tinggi di Indonesia yang membuka jurusan manajemen zakat dan wakaf.

JAKARTA – Saat ini, sudah ada 18 perguruan tinggi di Indonesia yang membuka jurusan manajemen zakat dan wakaf. Pengamat ekonomi syariah, Irfan Syauqi Beik, menilai, lulusan program studi (prodi) manajemen zakat dan wakaf memiliki prospek yang sangat cerah.

“Namun, sistem pendidikan dan kurikulumnya harus disesuaikan dengan kebutuhan dunia zakat dan wakaf,” kata Irfan kepada Republika, Selasa (23/8).

Irfan menjelaskan, pertumbuhan pengelolaan zakat dan wakaf terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tentu membutuhkan tambahan jumlah amil dan nazir yang memenuhi syarat dan berkompeten.

"Apalagi dari sisi wakaf, peluangnya sangat besar karena masih banyak aset wakaf yang belum terberdayakan dengan baik, sehingga kita membutuhkan orang-orang yang punya kemampuan pengelolaan wakaf secara produktif," ujar dia.

photo
Wakil Presiden Ma’ruf Amin (kiri) menyerahkan bantuan program santripreneur secara simbolis kepada lulusan Pondok Pesantren Nurul Iman Mubarok Irzan (kanan) di Pondok Pesantren Al-Jauharen, Tanjung Johor, Pelayangan, Jambi, Rabu (15/6/2022). Wapres menyerahkan bantuan pengembangan kewirausahaan santri melalui program santripreneur Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kepada sepuluh lulusan pondok pesantren di kota itu. - ( ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/rwa.)

Dunia wakaf, kata Irfan, membutuhkan wakaf-preneur dan social-preneur yang bisa memanfaatkan aset wakaf. Sebab, bila bicara memproduktifkan aset wakaf, sama saja bicara entrepreneurship atau pengembangan bisnis.

Perkembangan dunia zakat dan wakaf sangat luar biasa, terus berkembang dari waktu ke waktu. Sehingga, sebenarnya kebutuhan SDM amil zakat dan nazir wakaf luar biasa besar.

“Tinggal bagaimana dari sisi kurikulum dan sistem pendidikannya, supaya sistem pendidikan dan kurikulum yang dikembangkan (prodi manajemen zakat dan wakaf) kompatibel dengan kebutuhan dan tantangan pengelolaan zakat dan wakaf yang semakin kompleks dari waktu ke waktu,” ujar Irfan.

Ia juga mengingatkan agar kualitas kurikulum dan dosen prodi manajemen zakat dan wakaf terjaga. Dosen-dosennya harus kompeten, jangan sampai dosennya hanya tahu teori, tapi di sisi praktiknya banyak ketinggalan dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Ini juga menjadi tantangan tersendiri.

photo
Ketua Umum Forum Zakat (FOZ) Bambang Suherman (kiri) memberikan paparan saat menjadi narasumber bersama Pimpinan Baznas RI Nadratuzzaman Hosen (tengah) dan Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi (kanan) dalam seminar sehari bertema Masihkah Filantropi Islam Bisa Dipercaya di Kantor Republika, Jakarta, Kamis (14/7/2022). Kegiatan seminar ini mereview keberadaan filantropi Islam bermaslahat atau tidak, masih bisa dipercaya atau tidak dalam mengelola dana masyarakat.Prayogi/Republika. - (Prayogi/Republika.)

Hal senada juga dikemukakan pengamat ekonomi syariah, Yusuf Wibisono. Ia menyarankan agar prodi manajemen zakat dan wakaf menyesuaikan dengan kebutuhan industri, yakni kebutuhan lembaga filantropi Islam, baik amil zakat maupun nazir wakaf. Harapannya, lulusan prodi ini bisa diserap oleh lembaga amil zakat dan nazir wakaf.

Menurut direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) ini, masih ada kesenjangan yang sangat besar antara kompetensi yang dibutuhkan oleh market atau industri dengan kompetensi yang dikembangkan di kampus. Karena itu, Yusuf menyarankan, prodi yang mengembangkan zakat dan wakaf sebaiknya mendekatkan kompetensi yang mereka kembangkan di kampus dengan kebutuhan industri.

Yusuf menyampaikan, pernah bicara dengan salah satu pengelola prodi zakat dan wakaf di sebuah perguruan tinggi agama. Ternyata, pendekatan prodi zakat dan wakaf sangat fikih. "Padahal, di industri yang saya lihat dan pahami, lembaga amil zakat dan nazir wakaf kita itu kebutuhannya tidak semua fikih, justru lebih banyak nonfikih meski pasti ada kebutuhan fikih," katanya.

Yusuf menambahkan, lembaga amil zakat dan nazir wakaf lebih banyak membutuhkan SDM yang menguasai bidang nonfikih. Misalnya, di lembaga amil zakat, mereka membutuhkan orang-orang yang mendalami bidang fundraising dan marketing karena bidang itu ujung tombak amil zakat. Mereka membutuhkan orang yang paham dengan media, teknologi, dan sebagainya.

Sebelumnya, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag), Tarmizi Tohor, mendorong agar lebih banyak perguruan tinggi membuka prodi manajemen zakat dan wakaf. Menurut dia, keberadaan prodi manajemen zakat dan wakaf merupakan salah satu amanat undang-undang untuk mewujudkan tata kelola zakat dan wakaf yang profesional.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Fatimah binti Maemun Pendakwah Perempuan Pertama Nusantara

Keanggunannya memikat Raja Majapahit.

SELENGKAPNYA

Kampus Didorong Buka Prodi Zakat dan Wakaf

Prodi zakat dan wakaf disarankan menyesuaikan dengan kebutuhan filantropi Islam.

SELENGKAPNYA

Malahayati binti Mahmud Syah, Laksamana Perempuan Perdana

Malahayati membentuk armada laut khusus yang berisi para janda prajurit Kerajaan Aceh.

SELENGKAPNYA