
Internasional
PBB Diminta Bantu Repatriasi Pengungsi Rohingya Secara Damai
Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta orang Rohingya.
DHAKA -- Pengungsi Rohingya pada Selasa (16/8) meminta Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet untuk secara aktif melibatkan PBB dalam menciptakan lingkungan yang kondusif di Myanmar. Hal ini terkait dengan repatriasi atau pemulangan pengungsi Rohingya.
Kunjungan Bachelet menandai pertama kalinya Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengunjungi Bangladesh serta kamp pengungsi Rohingya di Distrik Cox's Bazar. Di tengah keamanan yang ketat, Bachelet mengunjungi kamp-kamp pengungsi Rohingya yang padat.
Dia juga mengunjungi kantor berbagai lembaga bantuan dan organisasi non-pemerintah (LSM) untuk menilai layanan di kamp pengungsi terbesar dunia tersebut.
Bachelet juga bertukar pandangan dengan sekelompok perwakilan Rohingya. Termasuk mengajukan pertanyaan kepada perwakilan Rohingya tentang kebutuhan dan tuntutan mereka.
"Mereka menggambarkan keluhan mereka, rasa sakit mereka, bagaimana mereka pergi dan kehilangan semua yang mereka miliki, (termasuk) mata pencaharian mereka serta orang-orang terkasih," ucapnya.

Dua remaja pengungsi Rohingya yang masing-masing berusia 15 tahun dan 18 tahun mengutarakan harapan mereka untuk kembali ke Myanmar kepada Bachelet. Mereka pun ingin memperoleh status warga negara.
"Ketika hak-hak kami dihormati, kami dapat memiliki mata pencaharian kami lagi, dan kami dapat memiliki tanah, dan kami dapat merasa bahwa kami adalah bagian dari negara," kata Bachelet menceritakan percakapan mereka.
Dia pun menegaskan kembali pentingnya terus memastikan kondisi yang aman dalam setiap pemulangan pengungsi Rohingya ke Myanmar. Hal itu pun harus dilakukan secara sukarela dan bermartabat. "PBB melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk mendukung mereka. Kami akan terus melakukan itu," ujarnya.
Seorang pemimpin agama Rohingya, Maulana Azim Ullah, dilansir Anadolu Agency, Ullah mengatakan, Bachelet meyakinkan mereka tentang peran positif PBB dalam repatriasi damai dan berkelanjutan. Ullah menyebut Bachelet meminta pengungsi Rohingya untuk bersabar dan tetap tinggal di kamp pengungsian hingga repatriasi damai terwujud.
"Kami memintanya untuk melibatkan PBB, sebagai organisasi paling kuat di dunia, untuk menciptakan lingkungan yang damai di Myanmar, sehingga kami dapat kembali ke tanah air kami dengan hak kewarganegaraan dan keamanan," ujar Ullah, Rabu (17/8).
Sementara itu, pemimpin pemuda Rohingya, Khin Maung, mengatakan, mereka tidak puas dengan lambatnya gerakan PBB dalam menyelesaikan krisis Rohingya. "Kami melihat peran PBB hanya berkonsentrasi kepada pengambilan informasi, mengeluarkan pernyataan dan memberikan jaminan belaka. Saya (tidak akan) pernah percaya bahwa platform yang kuat dari para pemimpin dunia membutuhkan waktu yang begitu lama dalam menciptakan lingkungan yang damai di Myanmar, untuk pemulangan berkelanjutan pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan," kata Maung.
Maung meminta masyarakat internasional dan Bangladesh untuk mengambil langkah-langkah tepat dalam memperkuat keamanan di kamp pengungsian. Hal ini merujuk pada pembunuhan terhadap dua pemimpin Rohingya di kamp pengungsian belum lama ini.

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta orang Rohingya. Sebagian besar pengungsi Rohingya melarikan diri dari tindakan keras militer negara bagian Rakhine, Myanmar pada Agustus 2017.
Bangladesh telah mulai memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke sebuah pulau terpencil bernama Bhasan Char di Teluk Benggala. Bangladesh mengklaim relokasi pengungsi Rohingya ke Bhasan Char dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Klaim itu muncul karena adanya dugaan bahwa proses relokasi pengungsi dilakukan secara paksa.
Bangladesh pun meyakinkan bahwa Bhasan Char aman serta layak ditinggali. Fasilitas seperti perumahan dan rumah sakit tengah dibangun di sana. Menurut Bangladesh, kamp-kamp pengungsi yang kian padat di Cox's Bazar telah memicu aksi kejahatan, termasuk kekerasan. Hal itu turut menjadi alasan mengapa sebagian pengungsi Rohingya ingin direlokasi. n ed: mansyur faqih
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Jangan Lupa Soal Kebersamaan
Para pendiri bangsa ini telah memberikan teladan untuk bahu-membahu, saling membantu menghadapi tekanan penjajah.
SELENGKAPNYADi G-20, Tantangan Indonesia tak Main-Main
Persaingan strategis AS-Cina di Indo-Pasifik saat ini mungkin yang paling sengit sejak ASEAN dibentuk pada 1967.
SELENGKAPNYAStrategi Menuju Merdeka dari Covid-19
Pandemi membuat sadar sistem kesehatan nasional butuh diperbaiki.
SELENGKAPNYA