
Oase
Berkah Doa Istri Izhac Elizahaumahu di Kala Tahajud
Mantan anak buah John Kei ini didoakan istrinya, yang usai mendirikan shalat Tahajud.
OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI
Ibadah yang dilakukan seorang Muslim adalah bentuk ketaatannya kepada Allah SWT. Bahkan, tujuan eksistensi manusia adalah beribadah. “Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS az-Zariyat: 56).
Bagi Izhac Elizahaumahu, ibadah Islam yang disaksikannya ternyata menjadi jalan hidayah. Kepada tim Mualaf Center Aya Sofia, ia menuturkan kisah masa lalunya hingga menemukan cahaya agama tauhid.
Mualaf tersebut dahulu akrab disapa Roy Ambon. Sebab, ia memang berasal dari Pulau Ambon, Maluku. Namun, panggilan itu cenderung sebagai “kode” saat dirinya bekerja sebagai tukang tagih (debt collector).
Sejak tahun 1991, ia sudah berkecimpung dalam dunia tagih-menagih utang. Pekerjaannya itu bermula dari keputusannya merantau ke luar Maluku. Sewaktu masih muda, kenangnya, sebuah kapal bersandar di Pelabuhan Ambon.
Panggilan Roy Ambon cenderung sebagai “kode” saat dirinya bekerja sebagai tukang tagih (debt collector).
Pemilik kendaraan itu mempersilakan para pemuda setempat untuk naik ke atas kapalnya bila ingin ikut ke Jakarta. Sejak kecil, Izhac sudah berniat untuk hijrah ke Ibu Kota. Terlebih lagi, ia melihat ada banyak perantauan Ambon yang sukses di Jawa.
Bersama sekira 100 orang remaja Ambon, Izhac muda pun menumpangi kapal tersebut. Salah seorang perantau yang ikut bersamanya adalah John Refra. Sosok yang belakangan dikenal sebagai John Kei itu kemudian menjadi bosnya di Jakarta.
Di bawah arahan lelaki kelahiran Kepulauan Kei itu, terbentuklah AMKEI. Organisasi tersebut dengan cepat berkembang menjadi jaringan besar jasa penagih utang. Izhac bergabung di dalamnya.
Walaupun banyak rekannya yang sering terlibat aksi kriminal, ia saat itu tidak pernah merasakan dinginnya sel jeruji. Memang, beberapa kali Izhac berperan sebagai tukang ancam. Sasarannya adalah orang-orang yang terlilit utang berbunga-bunga yang digelontorkan kliennya.
“Ke Jakarta (merantau) dan bekerja sebagai debt collector. Tapi, selama berkecimpung (di dunia penagihan utang --Red) sampai saat ini, saya tidak ada urusan dengan kepolisian,” ujar pemilik nama-baru Muhammad Ishak Hauma itu saat menceritakan kisahnya di laman video Mualaf Center Aya Sofya, yang disaksikan Republika beberapa waktu lalu.
Ishak ketika itu menjalani gaya hidup premanisme. Ia biasa ditemukan di diskotek atau tempat hiburan malam. Mabuk-mabukan adalah kegemarannya bersama teman-teman.
Pada suatu hari, terjadilah sebuah pengeroyokan di sebuah kota di Jawa Timur. Tidak disangka, beberapa orang yang dipukul para debt collector ini adalah anggota kepolisian. Saat petugas datang, terdapat surat tugas penagihan di tempat kejadian perkara. Isi kertas itu menyebutkan nama Ishak.
Sejak saat itu, ia pertama kalinya berurusan dengan kepolisian. Kawan-kawannya yang terlibat dalam pemukulan melarikan diri. Ada yang balik ke Ambon. Ada pula yang kabur ke Jakarta atau kota-kota lain di Jawa.
Sendirian, Ishak menghadapi kasus tersebut. Setelah pemeriksaan, ia hanya dikenai wajib lapor. “Ya pada akhirnya kasusnya selesai tanpa saya masuk penjara. Kemudian, saya ke Lombok (Nusa Tenggara Barat) karena di sana ada teman, tetapi masih berkecimpung di dunia debt collector,” kenangnya.
Awal hidayah
Mulai tahun 2016, Ishak mulai mempertimbangkan kelanjutan pekerjaannya di ranah jasa penagih utang. Pertimbangannya itu didorong pelbagai faktor. Salah satunya adalah pernikahan.
Ketika itu, ia sudah menikah dengan Liza Qomariah Febriyanti. Berbeda dengan dirinya, perempuan tersebut beragama Islam. Istrinya itu berulang kali memintanya untuk tidak lagi bekerja sebagai debt collector.
Selama beberapa tahun, Ishak tidak juga mengambil keputusan yang tegas untuk hengkang dari pekerjaannya saat itu. Di rumah, istrinya terus berdoa. Harapan wanita ini, sang suami dapat lepas dari dunia profesi yang lekat dengan kesan kekerasan.
Di rumah, istrinya terus berdoa. Harapan wanita ini, sang suami dapat lepas dari dunia profesi debt collector.
Hingga suatu saat, Ishak mendapatkan tugas penagihan cicilan kredit macet sebuah mobil. Ternyata, kendaraan tersebut oleh si pencicil telah digadaikan kepada orang lain, yang belakangan diketahui Ishak sebagai tokoh lokal.
Ketika mobil itu hendak direbutnya paksa, terjadilah keributan. Di Lombok, kejadian yang melibatkan seorang ulama pasti menyita perhatian khalayak ramai. Setelah mengetahui duduk perkara, banyak orang yang geram akan perilaku debt collector ini. Bahkan, sejumlah pemuda Lombok berteriak hendak membunuh penagih utang tersebut.
Karena merasa benar, Ishak pantang bersembunyi. Ia menunjukkan dokumen surat tugasnya kepada perwakilan warga. Waktu itu, sebenarnya ia kalah jumlah dengan mereka yang bersedia membela sang ulama.
Akan tetapi, sosok yang biasa disapa Tuan Guru itu tetap sabar. Lelaki tua ini terus berupaya menenangkan orang-orang kendati dirinya sebagai korban pemukulan.
“Inilah yang membuat saya tergerak masuk Islam. Itu adalah Tuan Guru yang luar biasa sabar, bijaksana, dan pada akhirnya berteman baik dengan saya,” kenang dia.
Inilah yang membuat saya tergerak masuk Islam. Itu adalah Tuan Guru yang luar biasa sabar, bijaksana, dan pada akhirnya berteman baik dengan saya.
Pada akhirnya, kasus selesai. Beban utang dikembalikan kepada si penyicil kredit macet tersebut. Keadaan kembali seperti semula.
“Berkat” keributan yang sempat terjadi, Ishak kini mengenal baik Tuan Guru. Beberapa kali ia dan istri diundang oleh ulama tersebut dalam pelbagai acara, semisal selamatan atau halal bi halal Idul Fitri.
Akhirnya, Tuan Guru mengetahui bahwa pasangan ini berbeda agama. Hal itu sempat mengherankannya. Sebab, ketika itu Liza Qomariah sudah konsisten berhijab. Di lokasi acara, dai tersebut memberi tahu bahwa pernikahan beda agama—seperti yang mereka lakukan—dilarang syariat Islam.
Ishak merasa malu karena mendapatkan teguran itu, apalagi di hadapan banyak tamu. Begitu acara selesai, ia tidak langsung pulang. Dia mampir ke warung tuak yang tidak jauh dari rumahnya. Di sana, mantan anak buah John Kei ini mabuk-mabukkan demi melampiaskan kekesalannya.
Waktu telah lewat tengah malam. Ishak pun kembali ke rumah dalam keadaan setengah sadar. Pintu rumah digedornya berkali-kali. Beberapa saat kemudian, istrinya membukakan pintu. Tampak wanita itu mengenakan mukena.
“Ternyata, dia shalat tahajud dan katanya sedang mendoakan saya. Seketika, perkataan itu membuat hati saya tergerak,” ucap Ishak mengenang.
Ibadah dan hidayah
Beberapa hari sesudah itu, Ishak mulai mengurangi kegiatannya di jasa debt collecting. Yang menjadi perhatiannya kini adalah keyakinan yang dipeluk istrinya. Didorong rasa penasaran, ia mengontak sejumlah anak buahnya yang biasa beroperasi di Lombok. Mereka adalah Muslim. Ya, dalam dunia kerjanya, ada pula yang beragama Islam.
Dari keterangan para bawahannya itu, Ishak memperoleh informasi tentang seluk-beluk shalat. Malahan, ia dipinjami sebuah buku kecil, Tuntunan Shalat Praktis. Dalam waktu ringkas, ia pun memahami beberapa hal tentang cara berwudhu, gerakan dan bacaan shalat, serta terjemahan ayat-ayat surah pendek Alquran.
Dengan mandiri, Ishak belajar shalat. Padahal, waktu itu dirinya belum menyatakan diri masuk Islam. Istrinya pun tidak tahu-menahu tentang rahasianya ini.
“Sampai pada akhirnya saya bisa shalat, saya katakan hal itu (keinginan belajar Islam –Red) kepada istri,” ujarnya.
Sampai pada akhirnya saya bisa shalat, saya katakan hal itu (keinginan belajar Islam –Red) kepada istri.
Sebagai pasangannya, Liza Qomariah dengan antusias menolong sang suami dalam mempelajari ajaran Islam. Tidak lama kemudian, Ishak pun membulatkan tekadnya untuk menjadi Muslim.
Entah kabar dari mana, pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lombok mengundang keduanya untuk datang. Ternyata, di kantor MUI tersebut sudah ada Tuan Guru. Dalam pertemuan itu, Ishak diajak bicara.
Debt collector ini kian tertarik pada ajaran Islam setelah mendengarkan penjelasan dari ulama tersebut. Akhirnya, di lokasi itu dirinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Sang istri menangis haru dan bersujud syukur. Kala itu, usia pernikahan mereka sudah memasuki tahun keempat.
“Sejak bersyahadat, saya bertekad untuk meninggalkan segala pekerjaan yang berhubungan dengan masa lalu. Menghentikan segala pekerjaan yang berhubungan dengan menyakiti orang lain,” katanya.
Pada akhir Juli 2018, gempa mengguncang Lombok. Di Lamongan, Jawa Timur, kedua orang tua Liza menghubungi Ishak via telepon. Mereka memintanya untuk hijrah ke Kota Soto itu.
Ishak menyanggupi permintaan itu. Sejak menetap di Lamongan, dimulailah babak baru dalam kehidupannya. Pekerjaan lama sebagai penagih utang sama sekali ditinggalkannya.
Walaupun kini pemasukannya tidak sebanyak dahulu, Ishak mengaku lebih merasa damai dan tenteram. Menurut dia, kehalalan dan keberkahan dalam rezeki itu lebih penting daripada bertumpuk-tumpuk materi.
Kehalalan dan keberkahan dalam rezeki itu lebih penting daripada bertumpuk-tumpuk materi.
Meski tak lagi berkecimpung di dunia tagih-menagih, Ishak tidak memutus silaturahim dengan mantan anak buahnya. Mereka kini menjadi teman-temannya dalam suasana kekeluargaan. Harapannya, anak-anak muda itu dengan penuh keinsyafan bisa keluar dari pekerjaan yang ribawi.
Saat ini, Ishak aktif dalam dewan takmir masjid di dekat rumahnya. Salah satu kegemarannya adalah mendengarkan dakwah para ustaz, baik secara langsung maupun via media sosial.
Sebagai seorang kepala keluarga, ia pun berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Apalagi, tanggung jawabnya juga atas anak-anak. Ia bertekad menjadi sosok ayah teladan bagi buah hatinya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Ki Bagoes Hadikoesoemo, Penggagas Tegaknya Syariat Islam
Ki Bagoes merumuskan pokok-pokok pikiran KH Ahmad Dahlan hingga menjadi Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
SELENGKAPNYAKemenkeu: Dividen BUMN ke Negara Rp 362 Triliun
Kemenkeu: BUMN sektor perbankan sumbang dividen terbesar ke PNBP.
SELENGKAPNYAPresiden: Subsidi Energi Terlalu Besar
Menurut Ketua MPR, Presiden ingin mengevaluasi mekanisme penyaluran subdidi kepada masyarakat.
SELENGKAPNYA