Pengunjung memilih buku pada pameran Indonesia International Book Fair (IIBF) 2021 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Sabtu (11/12/2021). | Republika/Putra M. Akbar

Tajuk

Buku Membangun Peradaban

Gelaran IBF patut diapresiasi sebagai ikhtiar membangun peradaban dengan meningkatkan literasi masyarakat.

Ajang pameran buku Islamic Book Fair (IBF) kembali digelar setelah vakum satu tahun. Pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembatasan mobilitas masyarakat menyebabkan IBF ditiadakan pada 2021.

Pameran buku Islam terbesar se-Asia Tenggara itu sempat dilakukan secara daring tahun lalu. Namun, dirasakan kurang gereget. Tak heran bila gelaran IBF kali ini disambut antusias masyarakat. Setidaknya terlihat dari membeludaknya pengunjung memenuhi area pameran.

Panitia IBF pun mengantisipasi agar jumlah pengunjung tak berjubel. Tata ruang dan sekat stan pameran di Hall A Jakarta Convention Center (JCC) itu diatur agar tetap memenuhi standar protokol kesehatan.

Bencana alam atau non-alam, sejatinya tak bisa menjadi alasan untuk menghentikan manusia dari meneruskan peradaban. Salah satu bentuk melanjutkan peradaban adalah memperdalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menjadi sumber bagi terbangunnya peradaban manusia.

 
Salah satu bentuk melanjutkan peradaban adalah memperdalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menjadi sumber bagi terbangunnya peradaban manusia.
 
 

Mewariskan ilmu pengetahuan lintas generasi merupakan wujud membangun peradaban itu sendiri. Buku menjadi salah satu platform dalam menularkan ilmu pengetahuan. Membaca buku dalam konteks ini menjadi sumber penting dalam menyerap ilmu pengetahuan.

Bagaimana Albert Einstein mewariskan rumusan fisika kuantumnya jika tidak menuliskan ide dan gagasannya dalam bentuk buku.

Bagaimana pula kita bisa mendapatkan informasi bagaimana Nabi Muhammad SAW berperilaku jika para ulama tidak menuliskan sunah Nabi dalam bentuk buku. Buku menjadi platform untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan alih informasi ke generasi berikutnya.

Membaca buku merupakan kebiasaan para cendekiawan. Kendati begitu, istilah "membaca" pada masa kini tak sebatas buku. "Membaca" bisa dimaknai beragam, bisa berupa menyaksikan peristiwa, memahami informasi di balik berita, dan lainnya.

 
Membaca buku merupakan kebiasaan para cendekiawan. Kendati begitu, istilah "membaca" pada masa kini tak sebatas buku.
 
 

Apalagi, pada era digital saat ini. Membaca tidak harus dari buku. Berbagai platform digital kini tersedia. Masyarakat bisa mendapatkan informasi dari sumber bervariasi. Antara lain, bisa diakses melalui radio, televisi, media daring, media sosial, aplikasi, dan lainnya.

Tak heran bila masyarakat yang hidup pada era digital mengalami tsunami informasi. Informasi menyebar luas, tak terbendung lagi memapar siapa pun yang terkoneksi dengan perangkat komunikasi digital. Diperlukan kearifan untuk menyaring informasi.

Apalagi, konten yang tayang di platform digital bisa diubah-ubah kapan pun. Apakah informasi yang ditulis pada sebuah buku benar sepenuhnya? Tidak juga demikian.

Namun, buku yang proses pembuatannya berjenjang dan membutuhkan waktu --berbeda dengan konten informasi secara digital yang sudah tersedia platformnya-- setidaknya memungkinkan untuk mengoreksi lebih detail sebelum buku tersebut dicetak.

 
Dalam konteks ini, gelaran IBF patut diapresiasi sebagai ikhtiar membangun peradaban dengan meningkatkan literasi masyarakat. 
 
 

Dalam konteks ini, gelaran IBF patut diapresiasi sebagai ikhtiar membangun peradaban dengan meningkatkan literasi masyarakat. Umat dibiasakan mendapatkan literasi yang sehat, yang mencerdaskan.

Tema IBF kali ini "Literasi Islam untuk Menumbuhkan Optimisme Bangsa" menemukan momentumnya pada era kiwari tsunami informasi. Yang menjadi perhatian dalam IBF ini adalah disiplin ketat menerapkan protokol kesehatan.

Peserta yang mayoritas anak sekolah usia SD hingga SMA mesti mendapatkan perlindungan yang baik selama di lokasi acara dari kemungkinan penularan Covid-19. Panitia tak boleh lengah untuk terus mengingatkan peserta dan pengunjung pameran agar disiplin protokol kesehatan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Riset Genetik-Arkeologi Jawab Asal Usul Manusia Indonesia

Perpaduan data artefak arkeologi dan riset genetika bisa menjawab asal usul manusia Indonesia.

SELENGKAPNYA

Red Notice Surya Darmadi Aktif Hingga 2025

Surya Darmadi juga ditetapkan sebagai tersangka oleh Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung terkait kasus dugaan korupsi penguasaan lahan kelapa sawit.

SELENGKAPNYA

Bentuk Satgas, IDI Waspadai Monkeypox

Ada permintaan khusus mengenai vaksin cacar monyet dari kelompok gay.

SELENGKAPNYA