
Internasional
Rusia-Ukraina Teken Soal Ekspor Pangan
Kesepakatan akan memungkinkan produk pertanian Ukraina dan Rusia kembali ke pasar dunia.
ANKARA – Rusia dan Ukraina, Jumat (22/7), meneken kesepakatan untuk membuka keran ekspor biji-bijian termasuk gandum asal Ukraina kepada dunia. Kesepakatan ini diharapkan dapat memecah kebuntuan krisis pangan dunia.
Sebelumnya, penasihat kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, menekankan bahwa Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan terpisah. "Ukraina tidak menandatangani dokumen apapun dengan Rusia," kata Podolyak, Jumat.
Namun, Ukraina akan menandatangani kesepakatan dengan Turki dan PBB. Sementara kesepakatan serupa juga akan dilakukan Rusia dengan Turki dan PBB. Dengan kesepakatan ini, Ukraina akan dapat mengekspor sekitar 22 juta ton biji-bijian dan produk pertanian lainnya. Produk-produk itu ttertahan di pelabuhan Laut Hitam, akibat perang.
Penandatanganan ini melibatkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Rusia diwakili Menteri Petahanan Sergei Shoigu dan Ukraina diwakili Menteri Infrastruktur Oleksandr Kubrakov.
We face a real risk of multiple famines this year.
And next year could be even worse.
But we can avoid this catastrophe - with a bold & coordinated global response. — António Guterres (antonioguterres) July 19, 2022
Menurut keterangan yang dirilis kantor kepresidenan Turki, kesepakatan tersebut ditandatangani pada pukul 16:30 waktu setempat. Proses penandatanganan diagendakan berlangsung di Istana Dolmabache Istanbul, Turki.
Delegasi pertahanan Ukraina dan Rusia mencapai kesepakatan pekan lalu atas rencana PBB. Selain Ukraina yang dapat mengalirkan kembali pasokan produknya, Rusia juga akan dapat mengekspor biji-bijian dan pupuk.
Kesepakatan ini juga akan memungkinkan koridor keselamatan untuk kapal pengangkut. Akan ada pusat pengawasan di Istanbul dan aktivitas dilakukan staf dari PBB, Turki, Rusia, dan Ukraina. Pusat tersebut bertugas menjalankan dan mengkoordinasikan proses. Kapal pengangkut akan menjalani pemeriksaan untuk memastikan mereka tidak mengangkut senjata.
Podolyak juga menegaskan, tidak akan ada kapal Rusia yang mengawal kapal pangan mereka. Ia menambahkan, tidak akan ada staf dari pihak Rusia di pelabuhan-pelabuhan Ukraina. Jika terjadi provokasi, kata Podolyak, maka Ukraina siap menanggapi dengan cepat secara militer.

April lalu, Guterres mengangkat isu pentingnya produk pertanian Ukraina serta produk biji-bijian dan pupuk Rusia kembali ke pasar pangan dunia. Hal ini diungkap saa bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kiev.
Guterres mengusulkan paket kesepakatan pada awal Juni. Ada kekhawatiran bahwa perang telah membahayakan pasokan pangan di banyak negara berkembang. Risiko lainnya, ada sekitar 181 juta warga dunia akan menderita kelaparan yang lebih parah.
Rusia dan Ukraina saling tuding dengan adanya penyumbatan ekspor biji-bijian mereka ke pasar dunia. Rusia menuding Ukraina tidak membersihan ranjau laut di pelabuhan-pelabuhan, sehingga tidak aman bagi pelayaran. Sebaliknya, Ukraina juga menuduh Rusia melakukan blokade dan meluncurkan rudal ke Laut Hitam sehingga pelayaran tidak memungkinkan.
Amerika Serikat (AS) telah menyambut potensi ditekennya perjanjian ekspor gandum dari pelabuhan Ukraina di Laut Hitam ke pasar dunia. “Kami mengapresiasi kerja keras Sekretaris Jenderal PBB. Kami mengapresiasi kerja keras sekutu kami, Turki,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada pengarahan pers, Kamis (21/7).
Turki memang telah memainkan peran aktif dalam pembentukan koridor ekspor gandum dari Ukraina. Ankara mengatakan, mereka siap mengawasi inspeksi kapal-kapal pengangkut. Hal itu untuk mengatasi kekhawatiran Rusia bahwa kapal-kapal itu akan digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Ukraina.
Pada Kamis lalu, Wakil Menteri Pertanian Ukraina Taras Vysotskiy mengatakan, negaranya bisa memulai kembali ekspor gandum dalam beberapa pekan mendatang, asalkan ada jaminan keamanan yang layak. “Mayoritas infrastruktur pelabuhan Odessa yang lebih luas, ada tiga di antaranya, tetap ada,” katanya.
Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena pelabuhan-pelabuhannya direbut dan dikuasai Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tiba di Madinah, Jamaah Diimbau Taat Prokes
Belum ada wacana tes acak Covid-19 bagi jamaah Indonesia di Tanah Suci.
SELENGKAPNYAMacron Kritik Permukiman Israel
Macron menilai permukiman ilegal Israel di wilayah Palestina melanggar hukum internasional.
SELENGKAPNYA