Pengajar dari Qahal Ceria memberikan bimbingan belajar kepada anak di sekitar kawasan Petamburan, Jakarta, Rabu (6/7/2022). | Republika/Thoudy Badai

Opini

Tantangan Memperbaiki Pendidikan

Indonesia memiliki kekayaan nilai budaya maupun agama, tetapi belum teroptimalkan.

ANGGI AFRIANSYAH, Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN

Pendidikan adalah upaya menginternalisasi berbagai nilai baik dalam konteks lokal, nasional, maupun global. Dalam praktiknya, antara nilai lokal, nasional, dan budaya sering kali saling berkontestasi.

Globalisasi disertai kemudahan akses terhadap ragam informasi dan komunikasi misalnya, membuat nilai global lebih masuk ke pikiran dan tindakan anak-anak. Nilai-nilai nasional dan lokal kemudian lebih terpinggirkan. Dianggap usang dan tidak sesuai laju zaman.

Namun sering, nilai-nilai global yang terinternalisasi bukan terkait etos kerja, kedisiplinan, inovatif, kreatif, dan keuletan yang dibutuhkan komunitas ataupun dunia usaha global melainakn gaya hidup lebih bebas. Dalam porsi tersebut lebih bermuatan negatif.

Cobalah guru dan orang tua sesekali melakukan observasi di media sosial yang digemari anak-anak muda.

 
Kontestasi nilai yang akan diinternalisasikan ke anak tentu hanya problem hari ini.
 
 

Pada porsi positif, mereka banyak memproduksi konten positif seperti ajakan belajar bahasa asing, membaca buku, mengejar kesempatan beasiswa, produktif dan inovatif membuat produk yang bisa dipasarkan ke masyarakat.

Namun pada porsi negatif mudah sekali melihat konten yang memproduksi pola hidup mewah dan glamor, relasi perempuan maupun laki-laki yang vulgar, ataupun perundungan digital. Ini peluang dan tantangan mendidik anak di era kiwari.

Kontestasi nilai yang akan diinternalisasikan ke anak tentu hanya problem hari ini. Dari dulu ini terjadi tetapi melalui konten digital membuat semuanya lebih dahsyat. Anak-anak, terutama yang terakses digital, lebih mudah terpapar beragam isu baik positif maupun negatif.

Ragam konten yang membanjiri berbagai kanal digital, perlu disikapi arif dan bijaksana. Dalam situasi ini posisi keluarga, sekolah, dan komunitas mendapatkan tantangan dalam internalisasi nilai-nilai tradisional yang biasanya diemban.

 
Bisa jadi nilai yang diyakini suatu keluarga secara turun temurun baik nilai agama maupun adat, dipertanyakan anak-anak.
 
 

Jika situasi kompleks ini tak mendapat perhatian, internalisasi nilai tak efektif.

Bisa jadi nilai yang diyakini suatu keluarga secara turun temurun baik nilai agama maupun adat, dipertanyakan anak-anak. Tentu di era kekinian, penjelasan satu arah tak akan berhasil membuat anak-anak memahami apa yang coba diinternalisasikan.

Pada porsi ini, orang tua dan orang dewasa yang mendampingi anak-anak maupun guru yang mendampingi siswa harus adaptif. Anak-anak terakses dunia digital mudah mendapatkan informasi, membandingkan dengan yang dipaparkan orang tua, orang dewasa, maupun guru.

Berharap anak patuh, bukan hal yang bisa diharapkan. Apalagi sangat berbahaya jika yang hadir kepatuhan semu. Mereka terlihat patuh di tetapi ketika proses pendidikan selesai, mereka seperti sosok yang lepas dari kerangkeng besi.

 
Berharap anak patuh, bukan hal yang bisa diharapkan. Apalagi sangat berbahaya jika yang hadir kepatuhan semu.
 
 

Indonesia memiliki kekayaan nilai budaya maupun agama, tetapi belum teroptimalkan. Nilai positif yang terekam melalui ucapan tokoh adat maupun agama sering berbanding terbalik dengan situasi sosial.

Masyarakat surplus narasi kebaikan di ruang publik tetapi tak terealisasi dalam praktik. Masyarakat tahu menjaga kebersihan sebagian dari iman tetapi kita mudah menemukan sampah di berbagai lokasi. Ruang publik tak terawat, sungai penuh sampah, corat-coret di tembok, dan lainnya.

Kadang saya mengamati di sekolah-sekolah, hal positif menjadi ceramah kepala sekolah dan guru. Dalam setiap kesempatan baik dalam apel pagi, upacara, maupun di ruang kelas ragam nilai coba diinternalisasikan.

Dalam konteks hari ini Profil Pelajar Pancasila misalnya, menjadi narasi dominan yang coba diinternalisasikan. Pertanyaan lanjutannya, bagaimana internalisasi agar efektif? Dalam konteks ini, proses pembudayaan akan seperti apa?

 
Indonesia memiliki kekayaan nilai budaya maupun agama, tetapi belum teroptimalkan.
 
 

Bagaimana praktiknya agar mereka memegang erat nilai tersebut? Tentu tak akan berhasil jika kita sebatas ceramah sementara anak-anak mendapat gempuran gaya hidup yang lebih menarik di media sosial.

Dalam buku legendaris Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ karya Daniel Goleman (edisi 2020), disampaikan beberapa kompetensi esensial kemanusiaan yang perlu diinternalisasikan di dunia pendidikan.

Antara lain kesadaan diri, kontrol diri, empati, kemampuan mendengar, menyelesaikan konflik, dan kerja sama. Kemampuan ini terkait kecerdasan emosi. Namun jika memotret dunia pendidikan, tampaknya anak-anak tak diberi ruang berdialog lebih dalam dengan diri sendiri.

Semua yang diberikan di sekolah lebih pada hal-hal yang dikuatkan dari luar, sesuatu yang dianggap penting diberikan kepada anak.

Siapakah diri mereka, dari keluarga mana (suku atau agama), mengapa harus bersekolah, atau apa makna pendidikan yang sedang ditempuh, bukan hal penting. Secara formal, banyak materi diberikan di ruang kelas tanpa mempertimbangkan kebutuhan anak.

 
Semua yang diberikan di sekolah lebih pada hal-hal yang dikuatkan dari luar, sesuatu yang dianggap penting diberikan kepada anak.
 
 

Dalam konteks Indonesia yang beragam, sekolah juga minim praktik perjumpaan dengan kelompok berbeda untuk saling mengenal.

Pada situasi khusus seperti kontestasi pemilu, misalnya, petualang politik dengan mudah mengoyak persatuan menggunakan berbagai cara. Di samping, daya kritis yang kurang berhasil dikuatkan di ruang pendidikan.

Kondisi tersebut terjadi karena anak-anak jarang diajak merefleksikan situasi sosial dan budaya di sekitarnya. Inilah tantangan memperbaiki pendidikan dewasa ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

KAI: Jumlah Penumpang Naik

KAI sempat mengalami tekanan karena turunnya jumlah penumpang yang signifikan saat pandemi.

SELENGKAPNYA

Pertamina: Harga Pertalite tak Naik

Pertamina akan terus memantau kondisi harga pasar terkait BBM.

SELENGKAPNYA

Helm Lokal Terus Mendunia

Reputasi helm lokal sukses terdongkrak berkat ajang MotoGP. 

SELENGKAPNYA