Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). | ANTARA FOTO/BPMI-Laily Rachev/rwa.

Tajuk

Jalan Panjang Perdamaian

Tak ada keuntungan dalam perang, baik buat pihak yang menang maupun kalah.

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia telah usai pekan lalu. Kunjungan yang membawa misi perdamaian di tengah sengketa yang bermula dari serangan Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022 silam.

Dalam pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (29/6) dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (30/6), Jokowi menekankan adanya dialog dan penyelesaian konflik secara damai.

Disampaikan pula dampak dari konflik berkepanjangan terhadap rantai pasok pangan dunia. Langkah ini merupakan upaya Indonesia memberikan kontribusi bagi kembalinya perdamaian dan mengakhiri krisis pangan dunia akibat perang Rusia-Ukraina ini.

Sebelumnya, dalam pertemuan dengan kepala negara G-7, Jokowi menyampaikan pentingnya menyelesaikan persoalan pangan. Ia menyinggung soal ekspor gandum Ukraina dan pupuk Rusia, yang memengaruhi ketersediaan pangan dunia.

 
Lalu, setelah itu apa? Mesti ada langkah lanjutan atau berkesinambungan. Jika tidak, upaya perdamaian akan berhenti pada usulan dan desakan saja saat Presiden Jokowi bertemu pemimpin G-7, Zelenksyy, dan Putin.
 
 

Lalu, setelah itu apa? Mesti ada langkah lanjutan atau berkesinambungan. Jika tidak, upaya perdamaian akan berhenti pada usulan dan desakan saja saat Presiden Jokowi bertemu pemimpin G-7, Zelenksyy, dan Putin.

Dalam konteks ini, Indonesia perlu terus melakukan komunikasi intens dengan kedua belah pihak yang bertikai, Rusia dan Ukraina. Ini untuk memastikan hasil pertemuan dengan Zelenskyy dan Putin berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan Indonesia.

Komunikasi berkelanjutan juga perlu ditempuh dengan negara-negara yang terkait konflik ini. Misalnya, AS yang memiliki peran besar di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Selama ini, anggota-anggota NATO menyokong Ukraina termasuk senjata dan sistem pertahanan.

Komunikasi tersebut, untuk menghadirkan iktikad dari semua pihak yang terlibat mengubah sudut pandang dan mengevaluasi langkah masing-masing. Mestinya, kian banyaknya korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dampak luas krisis pangan dan energi menjadi cermin.

 
Tak ada keuntungan dalam perang, baik buat pihak yang menang maupun kalah. 
 
 

Tak ada keuntungan dalam perang, baik buat pihak yang menang maupun kalah. Semua menderita kerugian, baik korban jiwa, ekonomi, maupun dana tak besar untuk menutupi krisis kemanusiaan serta ekonomi di dalam negeri akibat perang.

Negara yang tak terlibat perang juga terkena dampak dari perang yang jauh dari wilayah mereka. Dan tampaknya, semakin hari semakin besar tantangan yang dihadapi negara dunia, termasuk Indonesia dan organisasi internasional seperti PBB agar perang ini berakhir.

Rusia masih terus menggempur wilayah Ukraina. Demikian pula, NATO memperluas keanggotaannya, misalnya dengan terus menarik Finlandia dan Swedia masuk ke dalam pakta pertahanan ini, yang dianggap sebagai ancaman keamanan bagi Rusia.

Tak hanya itu, pasokan senjata dan sistem pertahanan juga tetap mengalir ke Ukraina. Mengutip Reuters, Jumat (1/7) lalu, Pentagon menyatakan, AS mengirimkan paket senjata lagi untuk Ukraina. Di antaranya, dua NASAMS, sistem rudal suface-to-air.

 
Tentu jika serangan tetap terjadi dan pasokan senjata, demikian pula perang, bakal semakin berlarut-larut dan dampaknya kian lama dirasakan masyarakat dunia.
 
 

Tentu jika serangan tetap terjadi dan pasokan senjata, demikian pula perang, bakal semakin berlarut-larut dan dampaknya kian lama dirasakan masyarakat dunia. Dan ini, bisa saja hanya menjadi buah ego pribadi pemimpin atau kelompok pemimpin.

Selain uji coba keampuhan senjata masing-masing negara yang terlibat, juga sebagai promosi terselubung untuk memasarkan produk senjata tersebut ke negara aliansinya. Maka itu, perlu kesabaran dan langkah berkelanjutan untuk menghadirkan perdamaian.

Perlu kesabaran pula memelihara daya tahan dalam menjalankan misi perdamaian. Hingga akhirnya, semua pihak yang bertikai menyadari kerugian sudah terlalu besar atau lelah dengan pertikaian berlarut, yang ternyata tak menghadirkan manfaat apa pun, selain penderitaan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kejakgung Meralat, Buron Suryadi Darmadi Masih WNI

Meskipun masih WNI, Suryadi Darmadi masih masuk kotak buronan.

SELENGKAPNYA

Menko PMK: Stunting Disebabkan Pola Makan Salah

Kesalahan yang menyebabkan stunting tinggi adalah kesalahan pola makan pada anak.

SELENGKAPNYA

Menuju Puncak Haji

Berbagai persiapan sudah mulai dilakukan untuk menyambut para jamaah haji.

SELENGKAPNYA