Foto mikroskopiklansiran Central Disease Control (CDC) Amerika Serikat yang menunjukkna virion cacar monyet. | Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via

Internasional

WHO Pertimbangkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Global

Jaringan ahli kesehatan global WHN menyatakan cacar monyet sebagai pandemi.

 

LONDON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menimbang untuk menyatakan cacar monyet berstatus darurat kesehatan global atau global health emergency dalam pertemuan yang digelar Kamis (23/6). Para pakar mengkritik WHO yang dinilai baru mengambil keputusan hanya ketika penyakit itu sampai ke negara-negara Barat.

Sementara itu, World Health Network (WHN) sudah menyatakan cacar monyet sebagai pandemi, Jumat (24/6). "Bila WHO benar-benar khawatir dengan penyebar cacar monyet, mereka dapat menggelar komite darurat bertahun-tahun yang lalu ketika muncul lagi di Nigeria pada tahun 2017 dan tidak ada yang tahu mengapa tiba-tiba kami memiliki ratusan kasus," kata pakar virus asal Nigeria Oyewale Tomori.

"Agak aneh ketika WHO baru memanggil para pakar mereka ketika penyakit muncul di negara-negara orang kulit putih," kata Tomori yang menjabat di beberapa kelompok penasihat WHO.

photo
Pengunjung berjalan di lorong Pasar Shilihe yang dikenal sebagai pasar binatang piaraan dan barang-barang antik terbesar di Beijing, China, Sabtu (18/6/2022). Otoritas kesehatan setempat pada 15 Juni 2022 mengeluarkan peringatan pengetatan impor binatang untuk menghindari penularan wabah cacar monyet di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. - (ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie)

Bila lembaga kesehatan PBB itu menetapkan cacar monyet sebagai darurat global, artinya WHO menilai wabah penyakit itu menjadi "peristiwa luar biasa". Penyakit itu berisiko menyebar ke perbatasan, mengharuskan dunia untuk meresponsnya.

Jika berstatus darurat, cacar monyet dapat diperlakukan seperti pandemi Covid-19 dan upaya menghilangkan Epidemiolog dan wakil kanselir Universitas KwaZulu-Natal di Afrika Selatan Salim Abdool Karim mengatakan, WHO dan lembaga lain seharusnya bertindak lebih banyak untuk menghentikan penyebaran cacar monyet di Afrika dan tempat lain, tapi tidak ia tidak yakin deklarasi darurat global akan membantu.

"Ada gagasan yang salah tempat Afrika itu benua miskin dan tidak berdaya, pada faktanya kami tahu bagaimana menghadapi epidemi," kata Abdool Karim. Ia mengatakan, menghentikan wabah pada dasarnya tergantung pada hal-hal seperti pengawasan, isolasi pasien, dan edukasi publik.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by WHOIndonesia (whoindonesia)

"Untuk menghentikan cacar monyet mungkin mereka membutuhkan vaksin di Eropa, tapi di sini, kami telah mengendalikannya dengan langkah yang sangat sederhana," katanya.

Banyak ilmuwan yang ragu langkah mendeklarasikan darurat global dapat membantu menahan penyebaran epidemi. Alasannya, negara maju yang mencatat kasus penyakit itu baru-baru ini bergerak cepat untuk menahan pergerakannya. Namun, penularan ternyata berlanjut.

Pekan lalu Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menggambarkan epidemi cacar monyet sebagai "tidak biasa dan mengkhawatirkan." Penyakit ini telah teridentifikasi di 58 negara lebih yang sebagian besar di Eropa.

Peneliti senior bidang kesehatan dunia di Council Foreign Relations David Findler mengatakan, perhatian baru WHO pada cacar monyet di tengah penyebaran di Afrika dapat memperburuk kesenjangan antara negara kaya dan miskin selama pandemi Covid-19.

 
Mungkin terdapat alasan yang sah mengapa WHO menyalakan tanda peringatan cacar monyet ketika menyebar ke negara kaya, tapi tidak saat menyebar ke negara-negara miskin, tampaknya seperti standar ganda.
 
 

"Mungkin terdapat alasan yang sah mengapa WHO menyalakan tanda peringatan cacar monyet ketika menyebar ke negara kaya, tapi tidak saat menyebar ke negara-negara miskin, tampaknya seperti standar ganda," kata Fidler.

Orang-orang yang terinfeksi kerap mengalami gejala, seperti demam, gatal-gatal, dan ruam. Sebagian besar pulih dalam waktu beberapa pekan tanpa pengobatan medis. Bahkan, bila WHO mengumumkan cacar monyet sebagai darurat global masih belum diketahui dampaknya.

WHO mendeklarasikan pandemi virus korona sebagai darurat internasional, tapi hanya beberapa pemerintah yang menyadarinya sampai Maret ketika organisasi itu menggambarkannya sebagai pandemi, beberapa pekan setelah sejumlah pihak berwenang melakukannya.

WHO kemudian dikritik atas beberapa kesalahan langkah sepanjang pandemi. Sejumlah pakar mengatakan mungkin hal ini yang menahan WHO bergerak lebih cepat dalam merespons cacar monyet.

photo
Pengunjung mengamati ikan hias yang dijual pedagang di Pasar Shilihe yang dikenal sebagai pasar binatang piaraan dan barang-barang antik terbesar di Beijing, China, Sabtu (18/6/2022). Otoritas kesehatan setempat pada 15 Juni 2022 mengeluarkan peringatan pengetatan impor binatang untuk menghindari penularan wabah cacar monyet di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. - (ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie)

Nyatakan pandemi

Sementara itu, WHN sudah menyatakan cacar monyet sebagai pandemi. Alasan jaringan para ahli kesehatan global ini adalah karena penyakit itu sudah tersebar di sekurangnya 58 negara melalui penyebaran komunitas. Tingkat pertumbuhan kasusnya pun terus meningkat setiap pekannya.

“WHN mendeklarasikan wabah cacar monyet sebagai Public Health Emergency of Global Concern, yang mengindikasikan, wabah ini tidak terbatas pada satu negara saja atau kawasan,” kata WHN.

WHN pun mendesak tindakan segera saat kasus cacar monyet muncul. Jaringan kesehatan ini memperingatkan keparahan kasus cacar monyet pada anak-anak. Kini mereka menjadi lebih berisiko terkena karena ada penularan dalam komunitas.

“Ada risiko terjadinya transmisi ke hewan liar termasuk binatang pengerat, seperti tikus, berang-berang, dan kucing rumah, yang bisa menjadi sumber penyebar ke seluruh dunia. Ini bisa mengarah pada risiko infeksi pada manusia,” kata WHN di laman resminya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Waspadai Kanker Darah

Lamanya prosedur pemeriksaan menghambat deteksi dini kanker.

SELENGKAPNYA

Peta Dunia Karya Monumental Al-Idrisi

Dalam membuat peta dunia, sang ilmuwan Muslim didukung Raja Roger II.

SELENGKAPNYA

Al-Idrisi Sang Perintis Peta Dunia

Muhammad al-Idrisi membuat peta dunia pertama yang begitu informatif yang sudah selesai dikerjakan pada 1154.

SELENGKAPNYA