Patung Muhammad al-Idrisi di Ceuta, wilayah Spanyol di Afrika utara. | DOK WIKIPEDIA

Tema Utama

Peta Dunia Karya Monumental Al-Idrisi

Dalam membuat peta dunia, sang ilmuwan Muslim didukung Raja Roger II.

OLEH HASANUL RIZQA

Pertemuan itu terjadi pada 1138 Masehi di Palermo. Dalam kesempatan tersebut, Raja Roger II menerima kedatangan Muhammad al-Idrisi dan sejumlah ilmuwan Muslim lainnya. Di istana setempat, para tamu itu dijamu dengan penuh kehormatan oleh sang penguasa Pulau Sisilia.

Pada waktu itu, popularitas al-Idrisi sangat moncer hingga membuat Roger II terkagum-kagum. Saintis dari Andalusia tersebut sangat piawai dalam merancang peta. Terbitlah keinginan dari putra Roger Bosso itu untuk mengajak tamu agungnya berkolaborasi. Tujuannya adalah membuat peta-dunia yang benar-benar lengkap. Sisilia siap menyediakan tempat, fasilitas, dan dana.

Seperti ayahnya, Roger II mengambil banyak pelajaran dan manfaat dari interaksi dengan orang-orang Arab. Baginya, bangsa yang seluruhnya beragama Islam itu telah membawa peradaban yang begitu tinggi ke Tanah Eropa. Ia percaya, jalan terbaik bukanlah memusuhi, tetapi mengajak mereka untuk bisa bekerja sama secara adil.

Kala itu, Andalusia sedang dilanda ketidakstabilan. Banyak elite politik setempat saling berebut pengaruh dan wilayah kekuasaan. Di tengah situasi demikian, tidak sedikit ahli ilmu dan cendekiawan yang hijrah dari sana ke negeri-negeri luar, termasuk Sisilia.

 
Roger II memahami, kaum Muslim terpelajar itu akan nyaman bertempat tinggal di kerajaannya apabila diperhatikan hak-haknya.
 
 

 

Roger II memahami, kaum Muslim terpelajar itu akan nyaman bertempat tinggal di kerajaannya apabila diperhatikan hak-haknya. Karena itu, ia membiarkan mereka tetap memeluk Islam. Soal agama tidak disinggungnya sama sekali.

Bahkan, kebijakan yang diterapkannya cenderung menunjukkan simpati terhadap kebudayaan Arab. Sebagai contoh, kalender Hijriyah ditetapkannya berlaku di Sisilia. Bahasa Arab diakui sebagai salah satu bahasa resmi. Penulisan dengan huruf Arab pun dipakai di papan-papan penunjuk jalan, nama gedung, dan juga uang setempat.

Mengetahui karakteristik pemimpin Sisilia itu, al-Idrisi bersedia menerima tawaran yang diberikan. Roger II tersenyum senang mendengarnya. Maklum, raja tersebut secara personal juga menyukai bidang ilmu geografi. Dan, dirinya pun mafhum bahwa belum ada ahli kartografi dari kalangan Kristen Eropa yang mumpuni untuk membuat sebuah peta dunia secara akurat.

“Pada masa itu, para ahli geografi dan kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis dan fantasi,” kata Frances Carney Gie dalam tulisannya yang berjudul Al-Idrisi and Roger’s Book.

photo
Peta dunia yang dibuat oleh al-Idrisi. Peta dari abad pertengahan ini diciptakan dengan dukungan Raja Sisilia, Roger II. Karena itu, namanya populer sebagai Tabula Rogeria - (DOK WIKIPEDIA)

Proyek besar pun dirancang. Roger II membentuk sebuah tim riset. Al-Idrisi dibebaskan untuk menentukan, siapa saja ilmuwan yang dapat terlibat dalam kegiatan penelitian kartografis dan pengerjaan peta dunia ini. Sang saintis Muslim pun dipersilakan untuk memimpin tim tersebut.

Tercatat, ada 12 orang sarjana yang turut terlibat dalam proyek akbar ini. Sebanyak 10 orang di antaranya merupakan Muslim. Roger II kemudian merestui rancangan biaya dan program-program yang akan dilakukan tim ini. Salah satu hal yang disepakatinya adalah durasi pengerjaan peta-dunia ini, yang mencapai lebih dari 10 tahun.

Ada keberkahan tersendiri bagi al-Idrisi bisa mengerjakan pembuatan peta itu di Sisilia. Di negara-pulau tersebut, ada banyak kota bandar yang selalu dikunjungi para pelancong dan pedagang dari pelbagai bangsa. Yang terbesar di antaranya tentu saja Palermo. Maka, ia tidak perlu jauh-jauh untuk dapat menjaring informasi yang dibutuhkannya demi merancang peta yang lengkap.

Di Palermo, para navigator dari berbagai wilayah Mediterania sering menggelar pertemuan. Al-Idrisi beberapa kali ikut diundang dalam forum tersebut. Tidak hanya kesempatan resmi, ia pun senang berkawan dan berdiskusi informal dengan sejumlah pelaut yang telah mengarungi samudra luas.

Di antara mereka, ada yang sudah menjelajah hingga lepas Samudra Hindia dan Atlantik. Maka, tidak mengherankan apabila dalam peta dunia karyanya nanti, terdapat gambar daratan di sebelah barat Benua Afrika. Para sejarawan modern mengomentari, itulah penggambaran al-Idrisi tentang Benua Amerika—tiga abad sebelum Christopher Columbus.

 
Para sejarawan modern mengomentari, itulah penggambaran al-Idrisi tentang Benua Amerika—tiga abad sebelum Christopher Columbus.
 
 

 

Selama bertahun-tahun, Al-Idrisi menyaring fakta-fakta yang berhasil dikumpulkannya. Ia hanya menggunakan keterangan yang paling jelas sebagai acuan baginya membuat peta. Menjelang tenggat waktu yang ditetapkan, peta yang diinginkan Raja Roger II pun akhirnya selesai dibuat. Momennya tepat pada tahun 1154 M, beberapa pekan sebelum pemimpin Sisilia itu mangkat.

“Saat raja (Roger II) tak lagi ambil bagian secara aktif, saya selesaikan peta ini,” tulis al-Idrisi dalam pengantar kitab //Nuzhat al-Mustaq fi Ikhtirak al-Afaq//.

Melihat hasil kerja ilmuwan kesayangannya itu, Roger II tersenyum bangga. Jelas sekali bahwa karya al-Idrisi merupakan peta dunia pertama yang terlengkap dan informatif. Karakteristiknya menyerupai sebuah kitab ensiklopedia, alih-alih sekadar gambar peta.

Penjelasan mengenai negara-negara di Eropa, Afrika, dan Asia dicantumkan secara perinci. Begitu pula dengan keterangan tentang letak dan nama kota-kota besar dunia, lengkap dengan komoditas terkenal yang mereka hasilkan.

photo
Replika globe Muhammad al-Idrisi di Museum Sharjah, UEA. Sang kartografer dari Andalusia itu, seperti halnya kebanyakan ilmuwan Muslim, meyakini bumi bulat. - (DOK WIKIPEDIA)

Dalam petanya itu, al-Idrisi membuat garis yang menandai batas dari tujuh iklim global, timur dan barat, dan dibatasi oleh lintang dari Kutub Utara hingga khatulistiwa. Ia mengajukan bahwa dari Samudra Atlantik di barat dan ke Cina di timur adalah garis 180 hingga 360 derajat bujur dunia. 

Peta dunia itu mulanya adalah sebuah sketsa-kasar yang tuntas dibuat di papan gambar. Dari sana, dimulailah tahapan yang paling penting: merangkai bagian demi bagian hingga menjadi gambar peta dunia yang utuh, berdasarkan sketsa itu.

Roger II menyanggupi permintaan sang ilmuwan untuk mendatangkan para pengrajin perak terbaik. Mereka bertugas memindahkan garis-garis besar gambar wilayah negara, lautan, sungai, jurang, semenanjung, dan pulau-pulau dari papan gambar ke papan perak.

Yang cukup menarik dari peta dunia buatan al-Idrisi adalah petunjuknya bahwa Bumi adalah bulat, seperti bola. Hal itu berlawanan dengan keyakinan kebanyakan orang Eropa abad pertengahan. Mereka meyakini bahwa Bumi datar.

 
Yang cukup menarik dari peta dunia buatan al-Idrisi adalah petunjuknya bahwa Bumi adalah bulat, seperti bola.
 
 

 

Selain itu, deskripsi pada peta dunia al-Idrisi tidak cuma menggambarkan wilayah-wilayah yang “akrab” bagi para pelaut Arab. Ia pun menyertakan gambar peta negeri atau pulau yang jauh dari Mediterania. Misalnya, Irlandia yang disebutnya Irlandah al-Kabirah.

Bahkan, Islandia pun tidak luput dari pengamatannya sehingga peta pulau di dekat Kutub Utara itu juga dimuatnya. Korea juga tidak sekadar digambarkan petanya. Sang kartografer juga menambahkan informasi penting, seperti bahwa Dinasti Silla—wangsa yang menguasai Negeri Gingseng kala itu—merupakan salah satu rekan dagang utama bagi bangsa Cina.

Aslinya, al-Idrisi menamakan karya besarnya itu sebagai “Nuzhat al-Musytaq fii Ikhtiraq al-Afaq.” Arti harfiahnya, ‘gejolak kerinduan untuk menembus batas cakrawala.’ Namun, sejak kemunculannya di Sisilia, peta dunia tersebut lebih populer dengan nama “Tabula Rogerania” atau ‘Peta Roger’ dalam bahasa Latin.

Nuzhat al-Musytaq” atau “Tabula Rogerania” merupakan hasil dari kerja keras al-Idrisi dan sekaligus menjadi kebanggaan Roger II. Sesudah raja tersebut wafat, Sisilia sempat jatuh dalam ketidakstabilan politik. Bahkan, huru-hara sempat pecah di Palermo.

Peta dunia ini diketahui sempat mengalami kerusakan. Yang sampai pada masa kini “hanya” versi singkat dari yang berhasil dikutip dalam buku al-Idrisi yang didedikasikan untuk William II, putra Roger II.

photo
Raja Sisilia, Roger II (kiri), diilustrasikan dalam sebuah lukisan mosaik. - (DOK WIKIPEDIA)

Namun, ada pula buku lain yang “menyimpan” salinan potret peta dunia tersebut, semisal yang dimiliki 'Ali bin Hasan al-Hufi al-Qasimi's pada 1456. Menurut keterangan dari Perpustakaan Nasional Prancis: “Ada 10 eksemplar salinan Tabula Rogeriana yang dapat ditemui di seluruh dunia saat ini. Dari jumlah itu, enam buah di antaranya berisi awal pekerjaan peta-dunia sirkular yang tidak disebutkan dalam teks al-Idrisi.”

Pada 1886, sebagian dari tulisan-tulisan al-Idrisi dalam bidang kartografi dicetak ulang di London, Inggris. Salah satunya adalah manuskrip berjudul //Shifat al-Maghrib wa as-Sudan wa Mishr wa al-Andalus//. Pada 1926, seorang orientalis, Kotard Moleh, menerbitkan ulang peta-peta buatan sang kartografer. Upaya-upaya itu dilakukan agar generasi kini dapat terus mengenang legasi dari tokoh tersebut.

Peran besar al-Idrisi dalam membuka jalan bagi kartografi modern diakui banyak pakar. Seorang ilmuwan Prancis, Jack Risler, memujinya, seperti dinukil Gharib Jaudah dalam 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam.

“Klaudius Ptolemaeus bukanlah guru besar geografi Eropa. Sebenarnya, guru besar itu adalah al-Idrisi. Teorinya bahwa bumi ini bulat merupakan langkah awal bagi teori-teori geografi yang muncul sejak abad pertengahan,” tulisnya.

photo
Muhammad al-Idrisi tidak hanya menguasai bidang ilmu geografi dan kartografi. Al-Idrisi menulis resep obat-obatan herba yang bisa diracik dari bahan berbagai jenis tanaman - (Dok Muslim Heritage)

Menulis Ensiklopedia Tanaman Herba

Muhammad al-Idrisi tidak hanya menguasai bidang ilmu geografi dan kartografi. Sang pembuat peta dunia juga memberikan sumbangsih bagi disiplin botani. Kontribusinya cukup penting bagi perkembangan keilmuan itu. Sebab, dirinya telah menulis sejumlah buku yang mengulas objek-objek ilmu tersebut.

Muhammad Gharib Jaudah dalam 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam mengatakan, salah satu karya al-Idrisi adalah Al-Adwiyah al-Mufrijah. Di dalamnya, sarjana Muslim dari abad ke-12 itu berbicara tentang resep obat-obatan yang bisa diracik dari bahan berbagai jenis tanaman.

Karyanya yang lain adalah Al-Jami’ Liasytaat an-Nabaat. Buku tersebut adalah semacam ensiklopedia yang menyebutkan kegunaan ratusan jenis tumbuh-tumbuhan. Dalam kitab itu, al-Idrisi mengulas dan menggabungkan semua literatur dari berbagai topik tentang botani yang khusus mengkaji pengobatan dengan bahan herbal. 

Al-Idrisi pun mengelompokkan nama-nama tanaman obat serta khasiat masing-masing dalam sejumlah bahasa non-Arab, termasuk Berber, Suriah Kuno, Persia, India, Yunani, dan Latin. Buku-buku yang ditulisnya begitu berpengaruh bagi para sarjana dan Ilmuwan di Eropa.

 
Al-Idrisi pun mengelompokkan nama-nama tanaman obat serta khasiat masing-masing dalam sejumlah bahasa non-Arab.
 
 

 

Sicilia—tempat tinggalnya selama dua dekade—menjadi yang paling awal menerima kontribusi keilmuan para saintis Muslim, termasuk sang cendekiawan al-Idrisi. Karena itu, kerajaan di selatan Italia itu berperan sebagai saluran transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai Islam kepada dunia Barat.

Saat dia diundang Raja Roger II ke istana Palermo, minat dan keingintahuan Barat terhadap ilmu pengetahuan yang dikuasai peradaban Islam sedang membuncah. Seperti halnya umat Islam di abad kedelapan Masehi yang melakukan transfer pengetahuan dari peradaban sebelumnya, sarjana Barat pun banyak yang menerjemahkan buku-buku Al-Idrisi. 

Baik itu buku tentang geografi, kartografi, zoologi dan botani yang ditulisnya diterjemahkan para sarjana Barat ke dalam bahasa Latin. Malah, salah satu buku yang ditulisnya dialihbahasakan dan dipublikasikan di Roma pada tahun 1619 M. Sayangnya, ada sarjana Barat berupaya menutupi keberhasilan al-Idrisi dengan cara tak mencantumkan namanya dalam buku yang diterjemahkan di Eropa. 

Al-Idrisi Sang Perintis Peta Dunia

Muhammad al-Idrisi membuat peta dunia pertama yang begitu informatif yang sudah selesai dikerjakan pada 1154.

SELENGKAPNYA

Paulina Fitriani Temukan Jalan Berislam

Mualaf ini meraih hidayah Illahi tatkala masih berusia muda.

SELENGKAPNYA

Pencuri yang ‘Kecurian’

Malik bin Dinar hanya melihat pencuri dari kamar tempatnya shalat.

SELENGKAPNYA