Petani menunjukkan cabai merah yang terserang hama di persawahan Desa Setrokalangan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). Menurut petani cuaca yang tidak menentu mengakibatkan cabai mudah terserang hama dan gampang rontok sehingga produksinya menurun. | ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Kabar Utama

Cuaca Ekstrem Ganggu Produksi Cabai

Akibat situasi cuaca yang fluktuatif itu, anjloknya produksi tak terbendung dan mengerek kenaikan harga.

JAKARTA -- Gejolak harga cabai kembali dirasakan masyarakat karena melonjak hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) dari situasi normal di bawah Rp 40 ribu per kg. Dampak perubahan iklim dirasakan nyata oleh petani karena berimbas pada cuaca tak menentu sehingga mengganggu pola tanam cabai.

Ketua Asosiasi Champion Cabai Tunov Mondro Atmodjo menuturkan, turunnya hujan dan cuaca panas ekstrem yang bergantian hampir setiap hari membuat produksi cabai rusak hingga 50 persen. “Curah hujan sangat tinggi dan giliran panas itu luar biasa. Saya tidak tahu ini badai atau apa. Ini yang paling bahaya dan ditakutkan petani," kata Tunov kepada Republika, Rabu (8/6).

Tunov mengatakan, pertengahan tahun biasanya sudah memasuki musim kemarau sehingga semestinya tidak terdapat gangguan. Apalagi, jumlah luasan tanam sedang luas-luasanya karena permintaan bibit dan pupuk juga sedang tinggi. Namun, situasi cuaca ekstrem berdampak pada kegagalan produksi. 

Menurut Tunov, baru tahun ini ia mengalami perubahan cuaca yang cepat dan ekstrem. "Misalkan hujan atau panas terus, kita bisa siapkan antisipasi. Tapi, kalau cuaca ganti-ganti, serbasusah. Kita bahkan tidak tahu sekarang musim apa," ujarnya.

photo
Petani menunjukkan cabai merah yang terserang hama di persawahan Desa Setrokalangan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). Menurut petani cuaca yang tidak menentu mengakibatkan cabai mudah terserang hama dan gampang rontok sehingga produksinya menurun dan menyebabkan harga naik menjadi Rp45.000 per kilogram ditingkat petani. - (ANANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Tunov mencontohkan, saat musim kemarau seperti sekarang, petani akan menggunakan obat-obatan untuk mengantisipasi hama petani. Nyatanya, hujan turun kurang dari sehari setelah penyemprotan obat dilakukan. "Ya jelas obat-obatannya hilang terkena air. Giliran kita tidak semprot, ternyata cuacanya panas. Hama menyerang tanaman," kata Tunov.

Akibat situasi cuaca yang fluktuatif itu, anjloknya produksi tak terbendung dan mengerek kenaikan harga hingga Rp 80 ribu per kilogram (kg) cabai rawit dari petani. Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Abdul Hamid mengaku para petani cabai keliru dalam memprediksi cuaca. “Mestinya sekarang tidak ada hujan, harusnya sekarang musim kemarau," ujarnya.

Ia mengatakan, pasokan panen pada Mei-Juni semestinya dalam kondisi melimpah karena panen raya cabai dimulai pada April. Hanya saja, perkiraan itu meleset sehingga harga naik dan terasa hingga level konsumen.

Meski begitu, pihaknya berharap situasi harga yang tinggi seperti sekarang tidak berlangsung lama. "Mudah-mudahan tidak lama, mungkin sekitar satu bulan ke depan karena akan panen raya dari cabai yang ditanam pada Maret," katanya.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Tommy Nugraha mengatakan, curah hujan tinggi membuat banyak tanaman cabai terserang hama dan jamur. Alhasil, potensi panen hilang, pasokan ke wilayah kota turun, dan harga melonjak.

"Berdasarkan data early warning system, seharusnya sekarang kita surplus, tapi karena tiba-tiba cuaca ekstrem, itu betul-betul membuat kita kewalahan," ujar Tommy kepada Republika.

Ia mengakui, situasi saat ini memang berkaitan dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi. Masalah perubahan iklim juga sudah menjadi tantangan utama yang difokuskan Kementan. "Kita sudah berkoordinasi dengan bagian perlindungan tanaman untuk melakukan gerakan pengendalian penyakit jamur, memang tidak banyak yang bisa kita lakukan, tapi minimal mengurangi risiko gagal panen," katanya menambahkan.

Karena budidaya cabai yang sangat tergantung pada situasi cuaca, Tommy mengatakan, belum diketahui berapa lama tingginya harga cabai akan berlangsung. Sebab, cuaca akan menentukan. "Kalau cuaca masih seperti ini, mungkin masih panjang, tapi kalau hujan minimal bisa mereda. Tapi, sekarang juga sudah ada tanaman yang siap panen," ujar Tommy.

photo
Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Selasa (7/6/2022). Harga sejumlah bahan pokok mulai naik sejak akhir pekan lalu seperti harga ayam ras dari Rp 31 ribu menjadi Rp 39 ribu per kg, cabai rawit merah dari Rp 49 ribu menjadi Rp100 ribu per kg, dan cabai merah keriting dari Rp 45 ribu menjadi Rp 80 ribu per kg. - (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, pasokan harian cabai secara nasional di bawah kondisi normal. Hal itu lantas menyebabkan adanya kenaikan harga yang terasa hingga ke level konsumen.

Pasokan tak normal

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan dalam laporan perkembangan harga, inflasi, dan stok kebutuhan pokok menyampaikan, hingga Selasa (7/6), rata-rata stok indikator komoditas cabai sebanyak 358,89 ton per hari. Pasokan tersebut sekitar 7,02 persen di bawah jumlah pasokan cabai dalam kondisi normal.

"Kenaikan harga cabai disinyalir karena curah hujan tinggi dan serangan penyakit antracnose di sentra produksi Tuban, Blitar, Kediri yang menyebabkan panen berkurang signifikan," kata Oke, Rabu (8/9).

Kenaikan harga paling tinggi terdapat pada jenis cabai rawit. Secara rata-rata nasional, Kemendag mencatat harga cabai rawit merah mencapai Rp 76.500 per kg atau naik 60,7 persen dari bulan lalu.

photo
Pedagang sayur menjual cabai merah di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Minggu (22/5/2022). - (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Oke mengatakan, Kemendag mendorong sejumlah langkah mitigasi agar ketersediaan pasokan cabai kembali stabil dan harga berangsur turun. “Kemendag dengan Perhutani sudah bekerja sama untuk menyediakan lahan sekitar 200 hektare sebagai penyangga cabai di wilayah Jabodetabek," katanya.

Upaya lainnya adalah dengan terus mendorong penerapan teknologi pascapanen berupa lemari pendingin agar usia masa simpan lebih panjang. Kemendag, kata Oke, juga mendorong penyerapan cabai oleh industri pengolah langsung ke petani melalui skema kontrak. Langkah itu dapat meningkatkan efisiensi karena memangkas rantai pasok.

Selain itu, Kemendag mendorong masyarakat untuk mengonsumsi cabai olahan sehingga bisa memperpanjang daya simpan dengan harga yang stabil. Lonjakan harga cabai membuat penjualan pedagang pasar menurun karena konsumen mengurangi jumlah pembelian. Di pasar tradisional di Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, harga semua jenis cabai meroket.

Di Pasar Pagi, Kota Cirebon, harga cabai rawit merah dijual seharga Rp 100 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 80 ribu per kilogram. Sementara, cabai rawit hijau Rp 70 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 60 ribu per kilogram. "Kaget, kenaikan harga cabai tinggi sekali,’’ ujar Ilah, seorang penjual sayuran di pasar tersebut.

photo
Pedagang beraktivitas di kiosnya di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (11/5/2022). - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Ilah mengatakan, naiknya harga cabai itu tak hanya membebani konsumen, tapi juga pedagang. Pasalnya, pedagang harus merogoh modal lebih banyak untuk berjualan cabai. ‘’Konsumen juga mengurangi pembelian cabai, sekarang paling beli satu atau dua ons. Jarang yang beli sekilo,’’ kata dia.

Harga cabai rawit dan cabai besar di Jawa Timur juga terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Sistem Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga rata-rata cabai rawit Rp 85.036 per kilogram. Harga rata-rata tertinggi Rp 96.500 per kilogram di Pasuruan. Sedangkan, harga rata-rata terendah Rp 74.333 per kilogram di Situbondo.

Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim Nanang Triatmoko mengatakan, naiknya harga cabai disebabkan oleh produksi yang berkurang akibat antraknosa di beberapa daerah yang menjadi sentra cabai rawit, seperti Blitar, Kediri, Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan.

"Terjadi kekosongan panen di daerah sentral cabai rawit sehingga jika biasanya panennya sambung-menyambung antardaerah, nah kali ini terputus. Harga cabai rawit dari petani Rp 72 ribu dan sampai ke pedagang harganya Rp 75 ribu," kata Nanang, Selasa (7/6). 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Muslim Indonesia Diajak Tahan Diri

OKI meminta India tegas menyelesaikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan Islam.

SELENGKAPNYA

Haji Khusus Tunggu Kepastian Harga

Jamaah haji khusus yang berangkat melalui PIHK di bawah AMPHURI direncanakan mulai berangkat pada 15 Juni nanti.

SELENGKAPNYA

Cina Resmi Danai Pembangunan Pangkalan Militer Kamboja

Menteri Pertahanan Kamboja menampik kekhawatiran Cina akan membangun pangkalan militer.

SELENGKAPNYA