Pekerja merapikan alat musik angklung di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Senin (25/1). Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo (SAU) Taufik Hidayat Udjo menyatakan, Saung Angklung Udjo terancam akan ditutup akibat pandemi Covid-19 yang me | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Opini

Di Balik Kearifan Permainan Angklung Anak Usia Dini

Pada awalnya, angklung digunakan untuk kegiatan pertanian, seperti untuk kegiatan waktu mengarak padi ke lumbung.

FAISAL RACHMAT; Kandidat doktor

Kebudayaan merupakan salah satu jati diri sebuah negara. Dengan kebudayaan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman tersebut muncul karena Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa dan agama. Tiap suku bangsa memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian, baik seni tari, seni musik maupun seni rupa. Dalam bidang seni musik, Indonesia memiliki keanekaragaman alat musik. Indonesia memiliki banyak jenis alat musik yang bahan dasar utamanya adalahbambu. Banyak daerah di Indonesia memakai jenis alat musik ini dengan fungsinya masing-masing. Pada suku sunda terdapat banyak jenis alat musik yang terbuat dari bambu, misalnya angklung dan calung. Yang paling terkenal adalah alat musik angklung. 

Pada awalnya, angklung digunakan untuk kegiatan pertanian, seperti untuk kegiatan waktu mengarak padi ke lumbung. Juga pada saat-saat mitembeyan (kegiatan setelah mengarak padi ke lumbung) dan acara mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk. Hal ini berdasarkan pandangan hidup masyarakat sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makanan pokoknya. Hal ini pula yang melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyi Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan. Semakin berkembangnya zaman, maka fungsi angklung pun sekarang berubah. Dalam sejarahnya angklung memiliki tangga nada selendro (tangga nada tradisional / 5 tangga nada) dan jumlah angklung pun sedikit serta kehadirannya dalam konteks upacara dan hiburan. Dalam perkembangannya, angklung mendapatkan sentuhan baru.

Pada tahun 1938, Bpk Daeng Sutigna mengembangkan angklung ke sistem kromatik 12 nada, jumlah angklung pun diperbanyak dan dipermainkan secara melodis. Kemudian angklung ini disebut angklung “padaeng”. Kehadiran angklung padaeng diterima oleh masyarakat Indonesia, bahkan sekarang di dunia pendidikan pun telah dijadikan media pendidikan dan diperkuat dengan keluarnya SK 082/1963 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Angklung dijadikan alat musik pendidikan, karena mengandung unsur kerjasama, disiplin, dan pengembangan karakter. Hal ini sesuai yang diharapkan oleh Bpk Daeng, yaitu berusaha menggunakan angklung sebagai alat pendidikan. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam musik angklung itu adalah mudah, murah, mendidik, menarik dan massal, atau biasa disebut 5M, yang sering kali dijadikan moto angklung itu sendiri terutama pada anak-anak. 

Untuk mengenalkan angklung pada anak-anak dibutuhkan seorang guru. Menurut ibu Catur Rini, salah seorang guru angklung yang mengajar di RA. X, CITAYAM, BOGOR, mengatakan bahwa di Bogor sangat minim guru yang terampil angklung. Dinas Pendidikan Kota Bogor hanya menyediakan alat angklung saja, tanpa ada pembelajaran angklung untuk guru. Karena hal ini, Dinas Pendidikan Kota Bogor melakukan seminar pendidikan angklung untuk guru-guru RA dan TK se Kota Bogor pada bulan Juni 2019 di Pemkot Bogor. Seminar ini bertujuan untuk melatih guru-guru dalam menguasai alat musik angklung sehingga dapat di ajarkan kepada siswa/i sekolah mereka.

Hal ini didukung dengan adanya buku mengenai metodologi pembelajaran angklung yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Buku ini terdiri dari dua jilid, yakni jilid 1 tentang pengetahuan angklung dan jilid 2 tentang metodologi pengajaran angklung. Pada kedua buku ini dilengkapi oleh dengan audio CD, VIDEO CD, dan kartu pos bergambar angklung. 

Dengan adanya buku jilid satu dan dua tentang permainan angklung, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajarkan dan melatih siswa/inya sehingga siswa/i tersebut dapat mengembangkan keterampilan motoriknya. 

Keterampilan motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif sedangkan yang dimaksud dengan motorik halus adalah kemampuan anak pra sekolah beraktivitas menggunakan otot-otot halus (otot kecil) seperti menulis, menggambar dan lain-lain (Mubarokah,2015) 

Disisi lain, terdapat lima karakteristik bermain menurut Garvey (Mubarokah,2015) yaitu pertama adalah bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak, artinya dengan melakukan kegiatan bermain, seorang anak akan memperoleh keasyikan tersendiri dan merasa senang. Kedua, bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam tanpa harus disuruh orang lain. Ketiga, bermain memiliki sifat yang spontan dan sukarela, bukan merupakan suatu kewajiban.Keempat, yaitu bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak yang memiliki arti bahwa anak benar-benar aktif dalam kegiatan tersebut baik secara fisik maupun mental, misalnya membaca dan melompat.Kelima yaitu bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan permainan.

Selain karakteristik bermain, terdapat juga Stimulasi permainan angklung. Stimulasi permainan angklung adalah suatu bentuk kegiatan bermain anak yang mendorong perkembangan motorik kasar menjadi optimal dan mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa pengeluaran energi yang lebih (marlina, 2010). Selanjutnya marlina (2010), mengungkapkan bahwa karakter yang dimiliki anak usia dini salah satunya yaitu tertarik untuk mempelajari alat musik tertentu. Anak-anak umumnya tertarik untuk memainkan alat musik dan menciptakan irama yang selaras sehingga ia akan menikmati ketika memainkannya seperti angklung. 

Seiring dengan hal itu, Mubarokah (2015) Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya.Setiap cetusan hati nurani atau daya cipta manusia dalam bentuk suara maupun alat musik itu sendiri merupakan suatu penjelmaan dari buah pikiran manusia yang dinyatakan dalam suatu bentuk yang bernama music seperti angklung.

Ahli lain, suryani (2010), angklung sebagai media pendidikan ditinjau berdasarkan SK 082/1963. Pada SK ini disebutkan bahwa angklung  ditetapkan sebagai alat pendidikan musik. Kini angklung dimasukan kedalam kurikulum sekolah karena sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam angklung yaitu mudah, murah, mendidik, menarik dan massal. Angklung mudah untuk dimainkan dan dipelajari untuk segala usia. Angklung termasuk alat musik mendidik karena bermain angklung dapat mengasah otak manusia sehinga menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan. Angklung adalah alat musik yang menarik karena cara bermain angklung unik yaitu dengan cara digetarkan. Angklung hanya dapat dimainkan secara massal atau berkelompok, tiap orang memainkan angklung dengan nada yang berbeda karena itu angklung mengajarkan kerjasama dan disiplin. 

Melalui kurikulum sekolah, angklung dibagi dua kurikulum yakni kurikulum muatan lokal dan ekstrakurikuler. Sebagai Kurikulum muatan lokal, angklung dapat dilestarikan di wilayah Jawa Barat termasuk Bogor. Sedangkan kurikulum ekstrakurikuler angklung dapat dilestarikan secara nasional. Menurut Ibu Catur Rini selaku pengajar angklung di RA. X, Bojong Gede, Bogor menyatakan bahwa perbedaan angklung sebagai muatan lokal dan ekstrakurikuler yaitu terletak pada cara pengajarannya. Untuk pengajaran di muatan lokal materi pengajarannya lebih terencana, secara teknis lebih terinci dan siswa dikenalkan angklung lebih mendalam dengan diberi pengetahuan mengenai sejarah angklung, nada-nada angklung serta partitur lagu.

Sedangkan pengajaran di ekstrakurikuler materi pengajarannya kurang terencana, siswa langsung belajar memainkan angklung. Kurikulum muatan lokal bersifat tahan lama sehingga lebih efektif untuk melestarikan angklung, sedangkan ekstrakurikuler hanya sebatas kegiatan diluar sekolah dan kebanyakan kegiatan tersebut aktif hanya untuk mengikuti lomba saja (Suryani, 2010).  Selain ekstrakurikuler, terdapat juga factor-faktor yang dapat mengembangkan Keterampilan motorik kasar melalui stimulasi permainan angklung pada siswa/i anak usia dini, sbb: 

1. faktor gizi, yakni faktor yang mengonsumsi makanan bergizi empat sehat lima sempurna. 

2. faktor latihan, yakni faktor yang memprioritaskan gerakan-gerakan otot sehingga tercapai keterampilan motorik.

Dengan metode stimulasi permainan angklung dapat mempermudah pengembangan keterampilan motorik kasar anak karena kegiatan bermain ini merangsang anak mengembangkan gerakan tangan (motorik kasar) pada angklung sesuai dengan not nada yang benar dalam rentan waktu tertentu. 

Hal ini sesuai dengan pendapat riset Piaget dalam Marlina (2010), membagi 3 tingkat perkembangan kemampuan motorik kasar yakni kemampuan motorik kasar yang mulai berkembang, kemampuan motorik kasar yang berkembang sesuai harapan dan kemampun motorik kasar berkembang sangat baik. 

Hasil analisis data pada siklus 1 pertemuan 1 mencapai nilai rata-rata sebesar 35% dan pertemuan kedua mencapai nilai rata-rata sebesar 50%. Dari analisis data tersebut, dapat dilihat bahwa ada pengembangan keterampiln motorik kasar anak dari siklus 1 pertemuan 1 dan pertemuan 2. Karena keterampilan motorik kasar anak pada siklus1 mencapai 75% seperti yang diharapkan oleh penulis, maka penulis melanjutkan tindakan lagi pada siklus 2. 

Hasil analisis data pada siklus 2 pertemuan 1 mencapai nilai rata-rata sebesar 80% dan pertemuan 2 mencapai nilai rata-rata sebesar 90%. Maka dapat dilihat bahwa ada pengembangan keterampilan motorik kasar dari hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2. Karena keterampilan motorik kasar sudah mencapai 90% maka penulis mengakhiri penelitian ini pada siklus 2. Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan bermain angklung dapat mengembangkan keterampilan motorik kasar anak kelompok  A dan B usia 3 s.d 5 tahun dan 5 s.d 7 tahun di RA.Nurul Amin Komplek Lembah Griya nomor 20, Kelurahan Raga Jaya, Kecamatan Bojong Gede Kota Bogor.

Berdasarkan analisa diatas yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas anak dalam bermain angklung  untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar anak pada siklus 1 menunjukkan persentase 50% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 90% ini berarti anak termotivasi dan merasa senang sekali dalam mengikuti proses pembelajaran. 

Keterampilan motorik kasar anak usia 3 s.d 7 tahun dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan angklung pada siklus 1 menunjukkan prosentase 50% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 95% ini berarti dari dua indikator yang diteliti diantaranya menggerakan angklung sesuai not secara bervariasi mengalami peningkatan. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat