Petugas melakukan pematauan hilal saat kegiatan Ruyat Hilal Awal Syawal 1443 H oleh Fakultas Syariah bekerjasama dengan Ruhul Islam Unisba di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Jalan Tamasari, Kota Bandung, Ahad (1/5/2022)). | Edi Yusuf/Republika

Kabar Utama

Idul Fitri, Kedepankan Ukhuwah

Prof Haedar mengajak umat Islam menjadikan Ramadhan dan Idul Fitri sebagai jalan baru keruhanian.

JAKARTA -- Sejumlah pihak menyampaikan agar perayaan Idul Fitri tahun ini diwarnai dengan peningkatan iman dan takwa. Selain itu, Idul Fitri juga diharapkan menjadi momentum menguatkan ukhuwah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap segenap muslim yang bersungguh-sungguh menjalankan rangkaian ibadah puasa selama sebulan penuh menjadi insan yang bertakwa dan meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dalam ridha Allah SWT.

"Mohon maaf atas segala khilaf di Hari Raya yang sarat makna bagi semua. Taqabbalallaahu minna wa minkum. Semoga puasa serta ibadah Ramadan dan Idul Fiitri bagi setiap muslim yang menjalankannya diterima di sisi Allah Swt," tutur Haedar, dalam keterangan tertulis yang diterima, Ahad (1/5).

Haedar juga mengajak umat Muslim untuk menjadikan Ramadhan dan Idul Fitri sebagai jalan baru keruhanian. Semakin meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, memancarkan kesalehan dalam kehidupan sehari-hari, menampilkan keteladanan diri dalam perilaku dan pengamalan keagamaan yang mendamaikan, menyatukan, mencerdaskan, memajukan, mencerahkan, dan kebajikan utama rahmat segenap alam.

photo
Petugas melakukan pematauan hilal saat kegiatan Ruyat Hilal Awal Syawal 1443 H oleh Fakultas Syariah bekerjasama dengan Ruhul Islam Unisba di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Jalan Tamasari, Kota Bandung, Ahad (1/5). - (Edi Yusuf/Republika)

"Selama sebulan penuh ditempa agar mengontrol segala sisi nafsu. Di hari Idul Fitri ini seyogianya perbedaan dalam praktek ibadah makin memperkaya toleransi atau tasamuh yang tulus dengan mengedepankan ukhuwah seluruh umah, serta terbebas dari ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok) yang dapat mengoyak rumah keragaman miliki bersama," kata dia.

Haedar mengimbau kepada para pemimpin negeri dan tokoh umat agar tidak henti menebarkan mozaik ilmu dan hikmah yang tinggi dalam mengayomi segenap umat dan warga bangsa dengan sikap adil, ihsan, dan teladan. Hindari sikap berat sebelah, menebar resah dan pecah belah, agar kehidupan bersama semakin cerah bertabur berkah dan terhindar dari musibah.

"Dengan kerendahan hati kami mengajak, marilah kita gerakan kearifan hidup bersama sebagai ruhani kita berbangsa. Indonesia dengan segala keragamana agama, suku, ras, golongan, dan kekayaan alam niscaya kita rawat disertai nilai luhur yang utama," ucap Haedar.

Bersatu dalam kebhinekaan dan berbhineka dalam kesatuan akan menjadikan Indonesia utuh dan maju. Sebaliknya, berpecah dan menebar masalah hanya akan menjadi sumber fitnah dan musibah di tubuh bangsa tercinta. Karenanya, Haedar menuturkan, segenap warga bangsa seharusnya belajar memberi dan menerima, menghilangkan kemudaratan dan mendatangkan kemaslahatan, menahan dengki dan merekat kasih persaudaraan, membuang egoisme pribadi dan merawat keluhuran etika.

"Dia (Allah) memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat," tutur Haedar mengutip Alquran Surah Al Baqarah ayat 269.

Sebelumnya, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis mengimbau kepada umat Islam untuk mengeluarkan zakat dan sedekah untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah. Dia berharap, di Hari Kemenangan ini tidak ada umat Islam yang tidak mampu makan dan merasa miskin. 

"Keluarkan zakatnya dan sedekahnya, jangan sampai nanti di Hari Kemenangan, di kebahagiaan kita ada orang yang tak mampu untuk makan, masih ada yang merasa miskin," ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika, Jumat (29/4).

Namun, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah ini juga mengimbau kepada umat Islam untuk mengoptimalkan zakat, infak, dan sedekahnya lewat lembaga kredibel seperti Lembaga Zakat Infaq Shadaqah Nahdlatul Ulama (Lazisnu). 

"Mengimbau seluruh umat Islam khususnya yang masuk kategori mampu (aghniya’) agar  mengoptimalkan pembayaran zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui lembaga yang memiliki toritas dan kredibilitas," ujar Kiai Cholil.

photo
Warga antre menunggu pembagian bingkisan dari Presiden Joko Widodo di depan Pasar Serangan, Yogyakarta, Ahad (1/5/2022). Sekitar 5 ribu bingkisan  Idul Fitri dari Presiden Jokowi dibagikan untuk warga Yogyakarta yang sudah memiliki kupon. (Wihdan Hidayat / Republika)

Dengan berzakat kepada lembaga kredibel, manfaat zakat, infak, dan sedekah terasakan lebih fokus dan tetap meluas, serta produktif bagi mereka yang berhak menerimanya atau mustahik. "Kewajiban menunaikan zakat di bulan Ramadhan adalah ibadah mahdhah sekaligus ibadah sosial karena menjadi perekat sosial bagi masyarakat yang berhak dan membutuhkannya khususnya akibat terdampak pandemi Covid-19 secara ekonomi," jelas Kiai Cholil.

Di samping itu, Kiai Cholil juga bersyukur pada tahun tahun ini umat Islam sudah bisa kembali memeriahkan syiar Ramadhan dan Idul Fitri. Karena, pandemi Covid-19 sudah mulai mereda. "Alhamdulillah kita rayakan dengan penuh khidmah, tentu takdir itu menunjukkan kebesaran Allah. Kita bisa interaksi normal kembali, masjid-masjid bisa dioenuhi, dalam rangka menyebatkan syiar Islam di tengah-tengah masyarakat. Tapi, jangan lupa tetap jaga prokes. Jika dalam keadaan sehat jangan dulu bergabung," kata Kiai Cholil.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan ibadah menyambut Idul Fitri 1443 Hijriah. Selain itu indikator keberhasilan menunaikan ibadah puasa selama 1 bulan yaitu ketakwaan yang meningkat.

"Dalam menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah, pertama tentu kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah Swt atas apa yang Allah anugerahkan kepada kita semua dengan senantiasa menambah atau meningkatkan frekuensi ibadah kita walau bulan suci Ramadhan sudah meninggalkan kita semua," ujar Sekretaris Umum MUI Kota Bandung Asep Ahmad Fathurohman, Ahad (1/5).

photo
Warga antre menunggu pembagian bingkisan Idul Fitri dari Presiden Joko Widodo di depan Pasar Serangan, Yogyakarta, Ahad (1/5/2022). - (Wihdan Hidayat / Republika)

Ia menuturkan bulan syawal memiliki arti peningkatan sehingga ibadah yang telah dilaksanakan di bulan Ramadhan harus terus ditingkatkan. Namun tantangan yang dihadapi ibadah yang dilakukan akan lebih berat dibandingkan di bulan Ramadhan.

"Amal-amalan kita yang sudah terbiasa harus senantiasa terpelihara dan terjaga tentu akan lebih berat karena sendirian atau beberapa orang saja sementara kawan kawan kita sudah kembali seperti biasa tidak lagi puasa atau qiyamul lail," katanya.

Asep mengatakan tujuan berpuasa adalah untuk mencapai ketakwaan dan keberhasilan puasa bergantung kepada indikator bertakwa seseorang. Ia mengatakan indikator seseorang yang berpuasa dan mencapai derajat ketakwaan yaitu mau berbagi dan merasakan kondisi orang tidak mampu. "Orang yang berpuasa dan mencapai derajat takwa itu pertama mau berbagai dan mau merasakan apa yang orang miskin atau fakir tidak punya supaya muncul rasa simpati kemudian ingin berbagi ada jiwa sosial," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Semarak Menjelang Idul Fitri di Betawi

Apa yang dilakukan orang banyak pada malam Lebaran itu? Kaum pria bertakbir sepanjang malam hingga Subuh.

SELENGKAPNYA

Sayap-Sayap Malaikat

Di luar sepuluh malaikat, ada malaikat-malaikat lain yang memiliki banyak tugas

SELENGKAPNYA

Doa Khaulah yang Menembus Langit

Khaulah lantas mengangkat tangannya dan berdoa dengan kesungguhan, penuh harap kepada Allah SWT, dan rasa kesedihan dalam hatinya.

SELENGKAPNYA