Pesepak bola Bali United Privat Mbarga (kiri) berebut bola dengan pesepak bola Arema FC Dedik Setiawan (kanan) saat pertandingan Liga 1 di Stadion I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Selasa (15/3/2022). Bali United berhasil mengalahkan Arema FC dengan sko | ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Olahraga

Akhir dari Lika-liku Liga 1

Liga 1 meramaikan sepak bola Tanah Air.

Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, BRI Liga 1 2021/2022, telah usai. Bali United memastikan diri keluar sebagai juara back to back, sedangkan tiga tim lainnya, yaitu Persipura Jayapura, Persela Lamongan, dan Persiraja Banda Aceh, terkena degradasi. 

Saya bersyukur bisa melihat kompetisi ini berjalan sampai selesai sesuai jadwal meski sempat muncul dorongan untuk menghentikan sementara kompetisi karena gelombang ketiga pandemi Covid-19 pada awal Februari lalu. Liga 1 menjadi satu-satunya kompetisi olahraga di Indonesia yang ngotot untuk tetap berjalan. 

Keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk tetap melanjutkan kompetisi didasarkan dengan regulasi yang telah dibuat secara khusus untuk menggelar kompetisi di tengah pandemi. Hal itu membuat sejumlah tim terseok-seok karena keterbatasan pemain yang tersedia. 

Saat itu, banyak tim yang mengeluh karena terpaksa harus tetap bermain meski dengan tim yang seadanya. Pertandingan pun berjalan kurang maksimal karena banyak tim yang tidak bisa menurunkan skuad terbaik mereka. Namun, berbagai kritik tidak menggoyahkan PSSI dan LIB karena mereka merasa telah mengambil langkah yang berpegangan pada regulasi. 

Persipura menjadi satu-satunya tim yang nekat mangkir dari pertandingan. Tim Mutiara Hitam saat itu tidak datang melawan Madura United dan dinyatakan kalah WO dengan tambahan sanksi pengurangan tiga poin dan denda Rp 250 juta. Hal itu pun berbuntut tim Mutiara Hitam terkena degradasi. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PSSI (pssi)

Persipura dan dua tim lainnya mungkin layak disebut sebagai korban dari keganasan regulasi ini. Pasalnya, mereka harus turun kasta karena kompetisi yang terlalu dipaksakan untuk tetap berjalan. Sepak bola yang sejatinya merupakan hiburan masyarakat menjadi tidak menyenangkan lagi, terutama bagi para pelakunya. 

Meskipun dapat dipahami bahwa semakin banyak penundaan atau menghentikan sementara kompetisi secara total selama kasus positif Covid-19 meningkat akan mengacaukan jadwal kompetisi secara keseluruhan. Namun, di sisi lain, ini menimbulkan pertanyaan ketika PSSI dan LIB mengaku mengutamakan keselamatan dan kesehatan para pemain dan staf. 

Bagaimanapun, semua itu telah terjadi. PSSI dan LIB sudah melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menggelar kompetisi yang berkualitas di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda. Berbagai skema, termasuk menggelar pertandingan tanpa penonton, bisa berjalan sesuai rencana sampai kompetisi berakhir. 

Sekarang, pandemi Covid-19 sudah berubah status menjadi endemi. PSSI dan LIB bisa menggelar kompetisi seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu setiap klub bisa bermain di kandang dan di hadapan pendukung masing-masing. Atmosfer yang sudah sejak lama sangat dirindukan oleh pencinta sepak bola. 

Selanjutnya, yang tak kalah penting adalah pembenahan kinerja wasit yang kerap mendapatkan sorotan. PSSI pun melakukan penambahan dua asisten wasit di belakang garis gawang yang bertugas melihat segala kejadian di kotak penalti. Ini merupakan alternatif sementara sebelum PSSI bisa menggunakan VAR. 

Kehadiran asisten wasit tambahan (VAR) ini sepertinya bisa menjadi solusi dari banyaknya keputusan kontroversial yang diambil oleh wasit. Namun, PSSI juga harus memikirkan solusi lain yang lebih permanen agar wasit yang bertugas memimpin pertandingan benar-benar berkompeten sehingga tidak ada lagi yang mengambinghitamkan wasit. 

Jika kinerja wasit sudah bagus, itu juga tentunya akan semakin menumbuhkan kepercayaan para pencinta sepak bola terhadap kompetisi sepak bola Indonesia. Memang butuh waktu untuk menghapus keraguan masyarakat tentang pengaturan skor. Membenahi kinerja wasit adalah salah satu langkah penting yang harus diambil oleh PSSI. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Puasa tak Halangi Performa Gemilang di Lapangan

Para pesepak bola Muslim konsisten berpuasa Ramadhan meski harus bersusah payah menyemarakkan liga Inggris.

SELENGKAPNYA

Hati-Hati Terpeleset, AC Milan

AC Milan justru tengah moncer karena tidak terkalahkan dalam tiga partai terakhir.

SELENGKAPNYA

Mengontrol Rekening Tabungan Sosial (RTS)

Bulan suci Ramadhan dianggap waktu paling baik untuk mengumpulkan spiritual dan social saving.

SELENGKAPNYA