Seorang imam asal Turki, Mehmet Yuce, menggunakan lampu senter usai shalat isya di sebuah masjid di Mariupol Ukraina, 12 Maret silam. | AP Photo/Evgeniy Maloletka

Internasional

Muslim Ukraina Hadapi Ramadhan yang Beda

Pasukan Rusia dilaporkan mengembalikan kendali Chernobyl kepada Ukraina.

DNIPRO -- Muslim di Ukraina menghadapi tantangan Ramadhan yang tak biasa kali ini. Namun, sejumlah rencana ibadah dan program sedekah tetap dibuat meski harus disesuaikan keadaan terkini.

"Kami harus menyesuaikan segalanya," kata Niyara Nimatova, warga Tatar Krimea yang kini menjadi kepala Liga Muslim Ukraina, Jumat (1/4), dikutip Aljazirah.

Nimatova berencana menyiapkan iftar atau buka puasa bersama sekelompok keluarga yang kehilangan tempat tinggal. Kini, mereka tinggal di Islamic Centre di Chernivtsi. Invasi Rusia sejak 24 Februari silam memang mengubah banyak hal.

Muslim di Ukraina hanyalah 1 persen dari total populasi sekitar 41,4 juta jiwa. Mayoritas warganya adalah Kristen Ortodoks. Sebelum invasi, ada lebih dari 20 ribu warga negara Turki yang tinggal di Ukraina. Ada pula warga keturunan Tatar Krimea di sana.

photo
Imam asal Turki, Mehmet Yuce, berfoto bersama sejumlah umat Islam di sebuah masjid di Mariupol Ukraina, 12 Maret silam. Sebanyak 86 warga Turki berlindung di masjid itu selama serangan Rusia kala itu. - (AP Photo/Evgeniy Maloletka)

Ibadah puasa Ramadhan kali ini akan berbeda bagi Muslim Ukraina. Apalagi mereka harus menghadapi sejumlah pembatasan, jam malam, hingga ancaman serangan. Tak jarang kondisi kali ini membuat mereka terputus dari rumah yang mereka cintai dan jejaring kekeluargaan serta teman.

"Kami harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mendapatkan ampunan Allah, berdoa untuk keluarga, keselamatan kami, dan juga negara kami, Ukraina," kata Nimatova yang bersuamikan Muhammet Mamutov, seorang imam masjid.

Sebagai warga Tatar Krimea, Nimatova pernah kehilangan tempat tinggalnya ketika Krimea dikuasai Rusia pada 2014. Ia dan keluarganya pergi ke Zaporizhzhia. Namun, dari tempat itu pun kini ia harus kembali mengungsi dan tinggal di Chernivtsi.

"Kini, kami bersembunyi ketika mendengar sirine. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Secara psikologis, ini suasana sulit. Kami seolah bertambah tua 10 tahun sejak awal perang," kata Nimatova.

photo
Muslim Tatar di Krimea menyeka air mata dalam hari kedukaan pada 2014 memeringati 60 tahun pengusiran etnis itu di bawah kekuasaan diktator Uni Soviet Joseph Stalin. - (AP Photo/Efrem Lukatsky, File)

Isa Celebi adalah warga Turki penjual tirai yang tinggal di Ukraina sejak 2010. Kini, banyak orang yang kehilangan rumah, bahkan ada yang harus tinggal dalam mobil mereka.

"Kami akan selalu membuka rumah kami selama Ramadhan, atau perang. Kami akan berbagi roti kami," kata Celebi sambil mengatakan, pasokan pangan kini amat sedikit sedangkan harganya melambung.

Sejak invasi, Celebi telah membantu evakuasi 400 orang dari Vinnytsia, tempat tinggalnya. Mereka berhasil keluar dari Ukraina. Namun, ia sendiri tak ingin meninggalkan Ukraina. 

"Perang berdampak amat buruk dan kami mencoba bertahan hidup --bisnis saya berhenti begitu saja. Namun, saya percaya semua ini akan ada akhirnya, mungkin dalam satu atau dua tahun, hari-hari baik akan kembali. Itu sebabnya saya tidak akan meninggalkan negeri ini," kata Celebi.

Kini, Celebi membantu sekitar seribu anak yatim piatu yang tinggal di gereja terdekat, Holy Ascension Monastery Banchenskyy. "Anak-anak ini berlinang air mata. Saya ingin memberikan semua zakat kami kepada mereka tahun ini. Saya menyerukan kepada orang lain, tolonglah tempat ini, di mana anak-anak menangis," seru Celebi.

Tinggalkan Chernobyl

Sementara dalam perkembangan berbeda, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menerima informasi dari Ukraina bahwa pasukan Rusia telah mengembalikan kendali reaktor Chernobyl secara tertulis kepada Ukraina. Pasukan Rusia meninggalkan lokasi tersebut pada Jumat pagi.

Perusahaan listrik negara Ukraina, Energoatom, mengatakan, pasukan Rusia meninggalkan Chernobyl karena diduga terpapar radiasi nuklir dengan "dosis signifikan". Mereka terpapar radiasi dari penggalian parit di hutan, di zona eksklusif di sekitar pembangkit nuklir tersebut. Tetapi sejauh ini tidak ada konfirmasi independen tentang dugaan kontaminasi radiasi itu.

Sejauh ini, Kremlin dan IAEA mengatakan belum dapat mengkonfirmasi laporan pasukan Rusia yang terpapar radiasi dosis tinggi di Chernobyl. Mereka sedang mencari informasi lebih lanjut. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat