Petugas mengamati posisi hilal dengan menggunakan teropong dalam menentukan 1 Syawal 1442 H di Kantor wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, Selasa (11/5/2021). | Prayogi/Republika.

Tajuk

Sukacita Sambut Ramadhan

Wapres menilai tak ada masalah jika ada perbedaan awal Ramadhan antara pemerintah dan Muhammadiyah.

Kementerian Agama (Kemenag), Jumat (1/4) petang ini akan menggelar sidang isbat penetapan 1 Ramadhan 1443 Hijriyah. Sidang akan digelar secara hibrida, di kantor Kemenag di Jakarta dan lewat daring karena masih dalam situasi pandemi Covid-19.

Sidang isbat digelar sesuai Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Sidang isbat akan melibatkan tim unifikasi kalender hijriyah Kemenag, duta besar negara sahabat, dan perwakilan ormas Islam. 

Sidang ini juga akan melibatkan perwakilan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pimpinan MUI dan Komisi VIII DPR RI juga diundang untuk hadir dalam sidang tersebut.

Di sejumlah titik tim dari Kementerian Agama akan melihat hilal untuk menentukan datangnya awal Ramadhan. Sedangkan Ormas Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab dalam menentukan awal Ramadhan telah mengumumkan bahwa 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu (2/4) sejak jauh-jauh hari. 

 
Mudah-mudahan bila tahun ini kembali terjadi perbedaan, tidak ada masalah yang berarti. 
 
 

Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap, tidak ada perbedaan antara pemerintah dan Muhammadiyah dalam menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1443 Hijriyah.  Pendekatan yang digunakan pemerintah dan Muhammadiyah dalam menentukan awal Ramadhan memang berbeda. Ma'ruf mengatakan, awal bulan Ramadhan yang ditetapkan oleh pemerintah dan Muhammadiyah dapat jatuh pada hari yang sama jika ketinggian hilal pada 1 April lebih dari dua derajat. 

Namun, Wapres menilai tak ada masalah jika ada perbedaan awal Ramadhan antara pemerintah dan Muhammadiyah. Karena kalau pun tidak sama, sudah ada pemahaman bersama yang artinya menurut Wapres ada toleransi.

Kita mengetahui perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan ataupun 1 Syawal antara pemerintah dan ormas Islam sudah beberapa kali terjadi. Namun, perbedaan tersebut terakhir kali terjadi sudah lebih dari lima tahun lalu. Saat terjadi perbedaan tersebut, umat Islam di Tanah Air saling menghormati dengan penuh toleransi.

Mudah-mudahan bila tahun ini kembali terjadi perbedaan, tidak ada masalah yang berarti. Meski begitu, kita mengetahui belakangan ini media sosial sangat marak digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan informasi. 

Namun, kita tidak ingin media sosial digunakan oleh masyarakat untuk menonjolkan adanya perbedaan tersebut. Apalagi, sampai mengeklaim sebagai pihak yang paling benar dalam menetapkan awal Ramadhan.

 
Saat ini umat Islam hendaknya harus banyak bersyukur dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. 
 
 

Saat ini umat Islam hendaknya harus banyak bersyukur dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Selain bulan yang penuh limpahan pahala, Ramadhan datang saat wabah Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan tanda-tanda melandai. Keadaan ini membuat pemerintah memutuskan untuk melakukan pelonggaran di beberapa sektor.

Pelonggaran tersebut termasuk aktivitas tempat ibadah. Bulan Ramadhan dua tahun terakhir masyarakat diminta melaksanakan ibadah di rumah. Ramadhan tahun ini masjid-masjid dan mushala diizinkan pemerintah untuk digunakan shalat Tarawih dan sejumlah kegiatan ritual ibadah Ramadhan lainnya.

Pelonggaran tersebut harus disambut umat Islam di Tanah Air dengan penuh sukacita. Kerinduan umat untuk mendatangi tempat ibadah pada Ramadhan akan terobati. Karena itu, kesempatan untuk mengisi hari-hari selama menjalankan ibadah puasa dengan berbagai aktivitas di tempat-tempat ibadah, mari kita manfaatkan secara maksimal.

Bukan saatnya lagi kita terjebak membahas perbedaan-perbedaan yang ada. Umat Islam harus banyak bersyukur karena masih diberi kesempatan bertemu Ramadhan tahun ini. Cara bersyukur tersebut dengan mengisi bulan Ramadhan lewat peningkatan ibadah secara vertikal dan meningkatkan rasa sosial dengan banyak berbagi. 

Rasa syukur tersebut juga harus diwujudkan dengan menerapkan protokol kesehatan. Umat hendaknya selalu menggunakan masker selama di tempat ibadah, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.

Penerapan protokol kesehatan tersebut tidak hanya akan membuat kasus Covid-19 terus berkurang hingga datang Idul Fitri. Namun, transisi dari pandemi menjadi endemi juga bisa terwujud setelah Idul Fitri. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Satgas Awasi Tempat Ngabuburit di Bandung

Pengawasan untuk mencegah potensi kerumunan masyarakat di masa pandemi Covid-19.

SELENGKAPNYA

Meraih Keistimewaan Ramadhan

Setidaknya ada lima hal yang menjadikan Ramadhan begitu istimewa.

SELENGKAPNYA

Al-Aqsa Dipercantik Jelang Ramadhan

Muslim Palestina merapikan kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem menjelang Ramadhan.

SELENGKAPNYA