Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Dari Sya’ban ke Ramadhan

Ya Allah, berkahi kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada Ramadhan.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath 

Tujuan ibadah adalah untuk membuktikan iman. Karena itu, mereka yang diundang oleh Allah untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah orang-orang yang beriman. “Yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba ‘alaikumush shiyaam.”

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa” (QS al-Baqarah: 183).

Iman adalah syarat mutlak dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Tanpa iman, amalan tersebut pasti tertolak. Dalam Alquran, ditegaskan bahwa iman berhubungan dengan keyakinan pada yang gaib, yakni wujud yang secara pengamatan indrawi tidak tampak. “Alladziina yu’minuuna bilghaib” (QS al-Baqarah: 3).

Bukan iman namanya bila tidak mengarah kepada yang gaib. Puasa pun adalah pembuktian hakikat iman tersebut.

Ketika berpuasa, seorang hamba sedang menyadari bahwa yang mengetahui puasanya hanyalah Allah Ta’ala dan dirinya sendiri. Secara horizontal, ia bisa berpura-pura puasa. Sebab, amalan itu tidak tampak secara lahir. Itu berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, seperti shalat, zakat, haji, dan sebagainya. Semua itu bisa dilihat orang.

 
Ketika berpuasa, seorang hamba sedang menyadari bahwa yang mengetahui puasanya hanyalah Allah Ta’ala dan dirinya sendiri.
 
 

Seseorang boleh jadi kelihatan makan sahur, tetapi pada siang hari dirinya bisa makan secara diam-diam, untuk kemudian pada sore ikut berbuka puasa. Maka tepatnya jika dikatakan bahwa puasa merupakan ibadah pembuktian iman.

Ketika berpuasa, seorang mukmin tidak mengharapkan apa-apa kecuali karena dirinya beriman kepada Allah serta ikhlas kepada-Nya. Itulah mengapa, Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi, yang artinya, “Semua amalnya anak Adam adalah miliknya kecuali puasa. Puasa itu milik-Ku dan Aku langsung yang akan memberikan balasan kepadanya.”

Nabi Muhammad SAW sejak sebelum Ramadhan, yakni termasuk bulan Sya’ban, telah mempersiapkan diri. Misalnya, dengan memperbanyak amalan puasa sunah selama Sya’ban.

‘Aisyah menuturkan, “Aku tidak pernah melihat Nabi memperbanyak berpuasa sunah melebihi puasanya pada bulan Sya’ban. Nabi hampir-hampir selalu berpuasa semua hari pada bulan itu atau sebagian besarnya” (HR Muslim).

 
Memperbanyak puasa pada Sya’ban adalah bukti kegembiraan dengan datangnya Ramadhan.
 
 

Hal itu tidak hanya mengisyaratkan semua ibadah yang dilakukan tatkala mendekati Ramadhan adalah sangat mulia. Semua amalan itu juga sebagai persiapan sehingga ketika diri memasuki Ramadhan, puasa semakin terasa indah—bukan justru beban.

Memperbanyak puasa pada Sya’ban adalah bukti kegembiraan dengan datangnya Ramadhan. Sangat bergembira menyambut bulan suci, Rasulullah SAW pun berdoa sejak bulan Rajab agar dirinya dimudahkan sampai ke Ramadhan.

Allahumma baarik lana fii Rajaba wa Sya’ban wa ballighnaa Ramadhaan.” Ya Allah, berkahi kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada Ramadhan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Fasilitas dan Stok Vaksinasi Dikeluhkan

Beberapa merek vaksin tidak tersedia untuk disalurkan ke fasilitas kesehatan.

SELENGKAPNYA

Harapan Sembako Murah pada Ramadhan

Bagi warga miskin, inflasi terkendali menjadi benteng pertahanan hidup.

SELENGKAPNYA

Sukacita Sambut Ramadhan

Mengingatkan umat Islam untuk menyambut Ramadhan dengan menyucikan diri dari dosa.

SELENGKAPNYA