Sejumlah warga berebut membeli minyak goreng curah di sebuah toko sembako di kompleks pasar Bandongan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (26/3/2022). | ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Tajuk

Harga dan Ketersediaan Pangan

Pemerintah idealnya mampu mengantisipasi persoalan ketersediaan pangan jika muncul di tengah jalan.

Harga pangan menyedot perhatian publik akhir-akhir ini. Masyarakat berharap, saat Ramadhan harga pangan tak melejit agar anggaran belanja tak membengkak. Dengan begitu, mereka bisa lebih leluasa mengatur anggaran belanja.

Harga minyak goreng kemasan, misalnya, masih dikeluhkan karena dianggap lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Jumat (25/3) lalu, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengingatkan, tahapan kenaikan harga pangan menjelang Ramadhan sudah mulai terjadi.

Ini disebabkan banyaknya permintaan masyarakat. Seperti diketahui, menurut mereka,  budaya masyarakat Indonesia biasa menyajikan makanan istimewa dalam menyambut Ramadhan. Ikappi berharap, pemerintah dapat menjaga pasokan, distribusi, dan produksi.

Tentu dengan pasokan memadai maka permintaan yang melimpah dari masyarakat bisa dipenuhi. Ini mewujud ketika produksi berjalan mulus. Faktor distribusi pangan ke pasar yang lancar, dipastikan pula membantu pangan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

 

 
Pemerintah idealnya mampu mengantisipasi apa yang terjadi dan menyelesaikan persoalan ketersediaan pangan jika muncul di tengah jalan.
 
 

Semua pihak diharapkan mampu berkontribusi di dalamnya. Pemerintah sebagai penentu kebijakan, mesti bersiap dengan segala langkah dan aturan yang dapat menjaga terpenuhinya kebutuhan masyarakat, yang diyakini meningkat selama Ramadhan.

 

Pemerintah idealnya mampu mengantisipasi apa yang terjadi dan menyelesaikan persoalan ketersediaan pangan jika muncul di tengah jalan. Jadi, tak menimbulkan keriuhan di tengah masyarakat, seperti kasus minyak goreng, kedelai, dan harga daging.

Soal pasokan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), pada Jumat lalu memastikan kecukupan pasokan pangan pokok nasional selama Ramadhan. Menurut mereka, neraca ketersediaan dan pasokan periode Januari-Mei 2022 masih menunjukkan kondisi surplus.

Komoditas yang dipastikan kecukupannya, yakni beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging dan telur ayam ras, gula konsumsi, serta minyak goreng.

 

 
Soal pasokan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), pada Jumat lalu memastikan kecukupan pasokan pangan pokok nasional selama Ramadhan. 
 
 

 

Khusus pangan yang diproduksi dalam negeri, realisasinya hingga akhir Februari sesuai rencana. Menurut Bapanas, beras pada Mei 2022 diproyeksi masih surplus 8,7 juta ton, jagung surplus 3,1 juta ton, bawang merah surplus 92 ribu ton.

Selain itu, cabai besar surplus 27,9 ribu ton, serta cabai rawit yang juga surplus 40,3 ribu ton. Daging dan telur ayam ras masing-masing surplus 357,7 ribu ton, dan 98,5 ribu ton, serta minyak goreng surplus 663,4 ribu ton.

Di sisi lain, Bapanas menyampaikan, ada empat komoditas yang butuh pasokan impor. Mereka mengingatkan ini harus benar-benar diperhatikan realisasinya agar jangan sampai terlambat.

Untuk kedelai, jika realisasi impornya tak terlambat, proyeksi ketersediaan pada Mei surplus 142,3 ribu ton. Bawang putih, surplus sekitar 104,9 ribu ton. Daging sapi diprediksi masih surplus 31,1 ribu ton dan gula surplus 544,2 ribu ton.

Sabtu (26/3) lalu, Satgas Pangan Polri menegaskan pula bakal menjaga distribusi minyak goreng agar tak terjadi penyimpangan. Selain itu, mereka menjaga stok dan harga pangan menjelang Ramadhan.

 

 
Tak kalah penting tentu komitmen satgas mengawal kelancaran distribusi pangan.
 
 

Kita menghendaki, perhitungan pasokan seperti di atas terjadi juga di lapangan. Dengan demikian, pasokan pangan yang diyakini mencukupi kebutuhan bahkan surplus, memang benar-benar terjadi sehingga masyarakat memperolehnya saat membutuhkan.

Tak kalah penting tentu komitmen satgas mengawal kelancaran distribusi pangan. Kita berharap, penyimpangan distribusi bakal diganjar tindakan tegas, ini akan meningkatkan keyakinan masyarakat memang aparat benar-benar menjalankan tugasnya.

Kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng, diharapkan menjadi pengalaman bagi pengambil kebijakan untuk lebih matang dalam melangkah. Dengan begitu, hal serupa tak terjadi pada komoditas pangan lainnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Produk Impor

Membangun kecintaan pada produk domestik tak efektif jika lewat kebijakan instan tanpa internalisasi makna mendalam.

SELENGKAPNYA

Perang Rusia-Ukraina, Anda Pro Siapa?

Pemihakan Anda dan saya tak berpengaruh pada jalannya perang Rusia-Ukraina..

SELENGKAPNYA