Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Mengendalikan Amarah

Orang yang gagal mengendalikan amarah akan menjadi buta dan tuli.

Oleh IMAM NAWAWI

OLEH IMAM NAWAWI

Sebagai hamba yang dhaif, manusia tidak bisa luput dari kekurangan, rasa lelah, dan tentu saja tekanan. Kadang kala, terasa masalah seperti datang bertubi-tubi, seakan di luar batas kemampuan, sampai benar-benar menjebol benteng kesabaran diri sehingga amarah datang menerjang kesehatan mental dan pikiran.

Akibatnya, tidak sedikit orang yang gagal bertahan, bersabar, dan lapang dada. Sebagian larut dibakar oleh amarah, sehingga kehilangan kemampuan akal untuk berpikir rasional.

Pada akhirnya, tindakan di luar nalar tak mampu dicegah oleh diri manusia itu sendiri. Ada suami membunuh istri. Ada istri membunuh anak. Ada anak menyeret ibu dan bapaknya ke meja hijau. Sebab utamanya, diri gagal mengendalikan amarah.

Orang yang gagal mengendalikan amarah akan menjadi buta dan tuli. Ibn Qudamah dalam kitab Minhajul Qashidin menerangkan bahwa selagi amarah berkobar dalam diri, ia akan membuat orang itu buta dan tuli dari mendengarkan nasihat. Akibatnya, ia tidak hanya bisa melakukan apa yang menjadi hasrat diri, melampiaskan kemarahan.

Hal itu karena amarah telah naik ke otak dan menutup inti pikiran, menutup inti indra, hingga mata menjadi gelap. Dunia terasa kelam dalam penglihatannya.

Otaknya pun seperti lorong gua sempit yang di dalamnya dinyalakan api yang berkobar-kobar hingga udaranya pun menjadi hitam, panas, dan penuh dengan asap. Siapa yang ada di dalam kondisi seperti itu tentu tidak akan mampu bertahan lama, tidak mampu mendengar kata-kata secara jelas, tidak bisa melihat gambaran sesuatu secara jelas.

Ibn Qudamah pun mengutip satu pepatah, "Jauhilah amarah, karena ia bisa merusak iman, sebagaimana racun yang bisa merusak madu. Amarah adalah musuh akal." Pernah suatu waktu seseorang ingin bertemu Umar bin Khathab RA. Setelah diizinkan, orang itu berkata, "Wahai Ibnul Khathab, demi Allah, engkau tidak memberi kami yang banyak dan tidak membuat keputusan di antara kami secara adil."

Mendengar itu, Umar langsung marah besar dan hampir saja dia memukul orang itu. Namun, Al-Hurr bin Qais mengingatkan. "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah pernah berfirman kepada Nabi SAW. 'Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS al-A'raf [7]: 199).

Mendengar nasihat itu, Umar RA berhenti dan mengurungkan niatnya untuk menghajar orang itu. Umar berjuang mengendalikan amarahnya, hingga ia selamat dari perangkap setan.

"Sesungguhnya, amarah itu berasal dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah berwudhu." (HR Abu Dawud).

Oleh karena itu, Islam menjelaskan bahwa orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan amarah dalam dirinya. Bukan orang yang bisa berperilaku semena-mena karena kuat berkelahi, bertengkar, atau bergulat.

"Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, melainkan orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." (HR Bukhari dan Muslim).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Langkah AS Menuju Normal

Terkait kecepatan industri obat dan vaksin untuk varian baru, kita masih butuh jalan cukup panjang.

SELENGKAPNYA

Zalim

Kita mengutuk kezaliman dalam hal apa pun yang dilakukan siapa pun.

SELENGKAPNYA

Wajah yang Bercahaya

Wajah-wajah yang bercahaya menerangi semua, menebarkan keteduhan dan kesejukan serta kesehatan.

SELENGKAPNYA