Pekerja melakukan penggantian suku cadang motor antik yang sedang direstorasi di Galeri Motor Jadul Pondok Cabe, Tangerang, Selatan, Banten, Selasa (28/12/2021). Motor antik tahun 1950-an hingga 1980-an yang sudah direstorasi itu kemudian dijual dengan ha | Antara/Muhammad Iqbal

Bodetabek

Raup Ratusan Juta dari Bisnis Motor Jadul di Pondok Cabe

Motor jadul menjadi pilihan sejumlah kalangan karena keunikannya.

OLEH EVA RIANTI 

Eksistensi motor lawas rupanya tak lekang oleh waktu. Bisnis motor jadul nyatanya tetap menggeliat, bahkan pada masa pandemi sekalipun. Penjualan motor lawas di 'Galery Motor Jadul' di Jalan Pondok Cabe Raya, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten, menjadi buktinya.

Eksistensi menggeluti dunia motor lawas bermula 'hobi'. Adalah Totok Warsito (54 tahun) yang membagikan pengalaman berusaha menjual motor jadul yang memiliki prospek cerah. Pada 2017 dia memutuskan mendirikan Galery Motor Jadul.

"Dari kecil saya sudah hobi otomotif, masalah motor-motor saya minat. Saya juga punya banyak koleksi motor jadul. Itu awal dari saya membuka usaha ini," tutur Totok saat ditemui di tempat usahanya, Kamis (3/3).

Usut punya usut, perjalanan usaha Totok sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan. Karena bisnis tetap saja bisnis. Mulanya Totok menjalani usaha kayu jati, tapi tidak berkelanjutan karena tidak prospek. Dia pun memutar otak dengan membuka bisnis motor lawas bermodalkan puluhan motor jadul yang menjadi koleksinya. "Laku syukur, tidak laku tidak masalah," kata Totok menjelaskan prinsip berdagang.

Totok menyampaikan, selama 1,5 tahun sempat kesulitan menjual barang dagangannya. Namun, didorong oleh keyakinan untuk 'menghidupkan' memori di masyarakat, ia pun berupaya cerdas membuat barang jualannya agar diminati oleh para pencinta motor lawas.

Strategi yang dilakukan Totok dengan memamerkannya di bagian depan toko, lebih tepatnya di pinggir jalan. Keputusan itu terbukti tepat. Lambat waktu, pajangan motor jadul menarik perhatian masyarakat yang melintas. Termasuk menarik perhatian media untuk mengulas ihwal motor-motor antik yang terbilang langka.

photo
Pekerja melakukan penggantian suku cadang motor antik yang sedang direstorasi di Galeri Motor Jadul Pondok Cabe, Tangerang, Selatan, Banten, Selasa (28/12/2021). Motor antik tahun 1950-an hingga 1980-an yang sudah direstorasi itu kemudian dijual dengan harga Rp 3 juta hingga Rp 150 juta. - (Antara/Muhammad Iqbal)

 

"Bisnis ini perlu kesabaran dan ketenangan. (Sekitar) 1,5 tahun kan sempat enggak laku, tapi alhamdulillah sekarang setiap hari ada banyak orang datang. Bahkan selama pandemi ini juga masih banyak yang minat," ujar Totok.

Hingga saat ini, ada sebanyak 175 unit motor jadul yang dijajakannya di galeri seluas 400 meter persegi (m2). Setiap harinya ada saja motor yang laku dibeli pembeli.

Totok menuturkan, kegiatan operasional dalam bisnis motor jadul-nya dijalankan bersama dengan sejumlah pekerja, yang lebih nyaman dipanggil 'anak buah' olehnya. Mereka tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa. Di antaranya, berlokasi di Ponorogo, Magetan, Solo, Sragen, Kediri, Nganjuk, Blitar, Malang, Surabaya, dan Pacitan.

Biasanya anak buah Totok siap menyuplai motor jadul yang ditemui di daerah masing-masing. Setelah dibelinya, motor itu dibawa untuk dipajang di Galery Motor Jadul. Sebelum itu, Totok harus mereparasi dan merestorasi menjadi motor jadul yang lebih layak digunakan dan memiliki nilai jual.

photo
Pekerja melakukan penggantian suku cadang motor antik yang sedang direstorasi di Galeri Motor Jadul Pondok Cabe, Tangerang, Selatan, Banten, Selasa (28/12/2021). Motor antik tahun 1950-an hingga 1980-an yang sudah direstorasi itu kemudian dijual dengan harga Rp 3 juta hingga Rp 150 juta. - (Antara/Muhammad Iqbal)

Harga jual motor disepakati lewat proses negosiasi dengan pembeli. Totok mematok harga antara Rp 3 juta hingga Rp 35 juta per unit. Dia menyebut, rata-rata pembeli motor-motor jadul-nya merupakan kelompok orang berduit. Artinya, ada sekelompok orang yang memang memiliki hobi atau mengoleksi motor lawas.

"Bahkan, ada satu pembeli yang membeli 12 biji motor jadul di sini. Kalau enggak punya duit enggak mungkin. Kalau saya lihat orang-orang yang begitu itu karena mungkin merindukan masa-masa lalu dan masih terkenang dengan motor-motor jadul," ujar Totok.

Motor jadul-nya diketahui bisa terjual sampai ke luar Pulau Jawa. Dengan menjalankan bisnis tersebut, Totok bisa meraup keuntungan mencapai hingga tiga digit. Seperti bulan lalu, Totok secara terus terang mengaku mendapat keuntungan hingga Rp 200 juta.

Dia meyakini akan terus mengembangkan bisnisnya ke depan. Namun, Totok tak memungkiri adanya tantangan dan kendala yang dialami dalam menjalankan bisnis itu. "Lebih susah cari bahannya. Soalnya semakin sedikit kendaraan-kendaraan klasik. Dulu Yamaha V75 saya enggak mau beli. Pas tahu Bandung lagi tren, sekarang tak ambilin semua, justru orang Bandung minta ke kita," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat