Peserta memainkan rebana saat mengikuti kirab pada Festival Hadrah 2022 di kawasan Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (28/2/2022). Kegiatan tersebut digelar untuk memperingati perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. | ANTARAFOTO/Maulana Surya

Kabar Utama

Kokohkan Persatuan dan Hindari Mafsadah

Peringatan Isra Mi’raj juga menjadi momentum umat Islam meningkatkan iptek.

JAKARTA – Peringatan Isra Mi’raj diharapkan bisa menjadi momentum untuk menghadirkan Islam sebagai agama yang menebarkan rahmat bagi semesta alam. Setiap Muslim punya andil dalam membangun kehidupan yang lebih maslahat dan mencegah segala macam kedaruratan untuk mengokohkan persatuan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan, umat beragama, para tokoh agama, dan organisasi keagamaan harus bisa menunjukkan bukti sebagaimana Nabi SAW yang menjadi teladan yang baik atau uswah hasanah. Pilihan tentang kebaikan, kebenaran, dan kepatutan hidup harus menjadi pancaran keberagamaan.

“Sebaliknya, jangan sampai, atas nama agama kita menebar permusuhan dan ujaran-ujaran yang menimbulkan mafsadah (kerusakan) dan kontroversi bagi kehidupan. Di sinilah sikap hidup yang bijaksana dari setiap tokoh dan umat beragama di negeri tercinta sehingga Islam menjadi rahmat bagi semesta alam,” kata Prof Haedar kepada Republika, Senin (28/2).

Menurut Haedar, setiap Muslim dalam segala kebijakan, langkah, dan tindakan, harus membawa rahmat bagi lingkungan dan semesta kehidupan. Dia mengimbau siapa pun untuk tidak melakukan kebijakan, langkah, dan tindakan yang membawa mudharat, terlebih atas nama agama.

“Agama harus difungsikan sebagai pencipta kebaikan bagi kehidupan, maka bagi umat beragama, lebih-lebih bagi tokoh dan organisasi keagamaan, bawalah Islam betul-betul menjadi rahmat bagi semesta alam, bukan hanya dalam retorika dan ucapan atau ujaran tetapi dalam tindakan dan keteladanan,” ujar dia.

Peristiwa Isra Mi’raj setiap 27 Rajab pada tahun ini bertepatan dengan Senin (28/2). Menurut Haedar, Isra Mi’raj memiliki nilai inklusif bagi kehidupan kemanusiaan dan alam semesta. Perjalanan Nabi Muhammad SAW menuju Sidratul Muntaha ini mengandung tiga makna penting dalam kehidupan.

Haedar mengatakan, makna pertama Isra Mi’raj adalah tentang kekuasaan. Ayat tersebut dan peristiwa Isra Mi’raj itu sendiri menunjukkan bahwa di balik kekuasaan manusia yang bersifat duniawi, ada kekuasaan Allah yang bersifat ruhaniah-ilahiah atau kekuasaan yang sakral.

Artinya, baik manusia, sekelompok manusia, bahkan negara atau lebih jauh lagi antarnegara yang memiliki kekuasan duniawi, jangan menyalahgunakan kekuasaan. Sebab, kata Haedar, di balik kekuasaan duniawi ada kekuasaan Ilahi dan ada kekuasaan yang suci, yakni Allah Yang Maha Pencipta.

“Maka manusia seharusnya dengan kekuasaan yang dimilikinya rendah hati dan tidak menyalahgunakan kekuasan. Perang penistaan kezaliman dan segala bentuk kesewenang-wenangan itu terjadi karena kekuasaan manusia lepas dari kekuasaan Ketuhanan,” kata Haedar.

photo
Peserta memainkan rebana saat mengikuti kirab pada Festival Hadrah 2022 di kawasan Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (28/2/2022). Kegiatan tersebut digelar untuk memperingati perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW sekaligus membangkitkan kembali seni budaya Islam di Indonesia. - (ANTARAFOTO/Maulana Surya)

Makna kedua dari Isra Mi’raj, yaitu membawa perintah shalat. Sedangkan makna ketiga, yaitu Nabi Muhammad SAW menjalankan kerisalahan setelah Isra Mi’raj. Risalah pertama, Nabi SAW hadir dengan Islam untuk menyempurnakan akhlak manusia. Risalah Islam membangun peradaban dan keadaban.

“Kita hidup di zaman sekarang, baik dalam kehidupan ekonomi, politik, budaya dan kehidupan sehari-hari termasuk dalam lingkup media sosial dan era digital, maka dibutuhkan keadaban. Tanda manusia berakhlak mulia adalah segala ujaran tindakan dan relasinya itu mengandung nilai-nilai keadaban yang luhur. Dan sebaliknya, jauhi hal yang buruk yang membuat peradaban menjadi rusak,” ujar dia.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan mengatakan, Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, khususnya terkait perintah untuk menunaikan shalat lima waktu. Umat diajak meningktkan kualitas spiritual karena Isra dan Mi’raj merupakan peristiwa penting dan menakjubkan.

Menurutnya, kemampuan akal sehat memahami Isra Mi’raj memang sangat terbatas. Butuh dasar spiritual untuk meyakininya. Menurut Amirsyah, momentum peringatan Isra Mi’raj juga agar umat Islam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

photo
Wisatawan beristirahat di jalur pedestrian Malioboro, Yogyakarta, Senin (28/2/2022). Wisatawan memadati kawasan Malioboro saat Libur panjang Isra Miraj. - (Wihdan Hidayat / Republika)

“Jadi dengan memahami peristiwa Isra dan Mi’raj, umat Islam dapat memperkuat iman dan takwa kepada Allah. Sedangkan dalam aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam harus menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai manusia,” ujar dia.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, Masyhuril Khamis, mengatakan, Isra Mi’raj selain menjadi pengingat dalam memperbaiki nilai shalat, juga mengingatkan tentang pertingnya persatuan. Saat ini umat Islam perlu selalu melakukan pembersihan hati, meluruskan fikrah atau gagasan pemikiran, dan melatih jiwa untuk tetap optimistis.

“Khusus dalam konteks kebangsaan, kita harus bersatu, tidak berpecah belah, itulah makna jamaah dalam shalat,” ujar dia. 

Spirit Bangkit dari Pandemi

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat memaknai peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW sebagai spirit untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 harus dimaknai sebagai cobaan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah SWT.

photo
Badut dengan kostum superhero mengibur anak saat mengikuti khitanan massal di Venus Cimahi, Kota Cimahi, Rabu (23/2/2022). Khitanan massal yang diikuti oleh 34 anak yatim piatu dan dhufa tersebut digelar dalam rangka peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW sekaligus memperingati ulang tahun kedua kelompok Badut Nyentrik Cimahi Bandung Sauyunan (Necis). Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Sebagai Muslim, menurut dia, harus yakin bahwa apa pun yang terjadi sudah menjadi kehendak Allah SWT. Salah satu bentuk keyakinan terhadap-Nya dengan berhusnuzhan atau berbaik sangka. “Jangan berburuk sangka kepada Allah SWT. Justru ini kesempatan untuk kita semua meng-upgrade diri menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya,” kata Khofifah, Senin (28/2).

Khofifah mengatakan, banyak hikmah yang dapat menjadi renungan bersama dalam menangkap makna dan spirit Isra Mi’raj untuk kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik. Menurut dia,  peristiwa Isra Mi’raj sarat dengan hal-hal yang menakjubkan dan luar biasa karena menembus batas-batas nalar dan hukum kebiasaan manusia.

“Dalam konteks menghadapi pandemi Covid-19, marilah kita jadikan nilai-nilai ajaran shalat sebagai bekal untuk menanggulangi wabah ini. Salah satu caranya dengan disiplin prokes dan vaksinasi,” ujar dia.

Khofifah mengimbau kepada umat agar melakukan refleksi diri dengan memperbanyak zikir, memohon ampunan kepada Allah, dan berdoa. Ia pun berharap, semoga musibah yang melanda bangsa Indonesia serta seluruh warga dunia segera berlalu.

photo
Pengunjung saat berwisata di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, Senin (28/2/2022). Tempat wisata di Jakarta ramai dikunjungi warga saat libur Isra Miraj 2022. - (Republika/Putra M. Akbar)

“Nilai-nilai ibadah shalat harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena shalat diibaratkan sebagai tiang agama dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar,” kata dia.

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menilai, peringatan Isra Mi’raj merupakan bagian dari syiar Islam. Mengagungkan kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta merupakan bukti keimanan dan ketakwaan seseorang. “Siapa yang meninggikan kebesaran Allah SWT itulah bukti seseorang memiliki keimanan dan ketakwaan,” ujarnya.

Dia mengatakan, menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya sejalan dengan dasar negara Pancasila, yakni sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa. Pancasila merupakan sumber hukum, sumber kekuatan yang utama di negeri ini. Dengan menggelorakan spirit keagamaan sekaligus menjalankan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Persyarikatan Muhammadiyah (lensamu)

Maka itu, Uu mengatakan, peran ulama dan mubaligh dalam menjaga kedaulatan NKRI menjadi strategis. Dengan spirit keagamaan yang merupakan sila pertama Pancasila, pemerintah di berbagai tingkatan tidak boleh membuat keputusan tanpa dinaungi dasar Pancasila.

“Pancasila hukum yang tertinggi, Ketuhanan yang Maha Esa, sila pertama. Tidak boleh membuat keputusan tanpa dibingkai Pancasila, tentunya harus dibingkai keimanan dan ketakwaan. Pancasilais sejati, mereka yang mengamalkan agamanya. Pancasilais sejati, di antaranya karena melaksanakan Ketuhanan yang Maha Esa,” katanya.

Mantan mufti Mesir, Syekh Dr Ali Jum’ah mengatakan, Isra Mi’raj memiliki kaitan yang erat dengan makna persatuan bagi umat manusia. Hal ini menjadi puncak dari makna Isra Mi’raj.

“Umat manusia adalah satu bangsa. Dan ini adalah puncak makna dari peristiwa Isra Mi’raj ketika Rasul kita bertemu saudara-saudaranya dari para Nabi yang lain. Mereka melakukan shalat di mana Nabi SAW memimpinnya,” ujar dia seperti dilansir laman Elbalad.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

WNI yang Dievakuasi Terus Bertambah

Total sebanyak 31 WNI telah meninggalkan Ukraina seiring invasi Rusia yang semakin memburuk.

SELENGKAPNYA

Penyintas Erupsi Semeru Masih Butuh Uluran Tangan

Republika menyampaikan terima kasih kepada pembaca atas donasi warga terdampak erupsi Gunung Semeru.

SELENGKAPNYA