Kunjungan HB Jassin ke Republika di gedung Republika Buncit Raya 37 Jakarta Selatan (21/1/1993). Hans Bague Jassin, atau lebih sering disingkat menjadi H.B. Jassin, adalah seorang pengarang, penyunting, dan kritikus sastra yang piawai. | Musiron/Republika

Nasional

Gelar Pahlawan HB Jassin Sejarah Baru Indonesia

HB Jassin adalah pengarang, penyunting, cendekiawan, dan kritikus sastra berdarah Gorontalo.

JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel mengatakan, pemberian gelar pahlawan nasional untuk Hans Bague (HB) Jassin akan menjadi sejarah baru bagi Indonesia. Gelar pahlawan itu tanda bahwa negara memberikan tempat yang tinggi pada kepahlawanan peradaban dan kebudayaan, khususnya di bidang sastra.

"Jika kemudian diluluskan pemerintah, InsyaAllah akan menjadi sejarah baru bagi Indonesia," ujar Rachmat di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (23/2).

Rachmat mengatakan, karya sastra menjadi cahaya dan cara pandang baru dalam melihat makna kepahlawanan. Itulah yang dilakukan oleh HB Jassin yang terus memperjuangkan kebudayaan dan peradaban lewat karya sastra.

"Kepahlawanan bukan hanya dalam makna perang dan politik, tapi juga perjuangan di bidang kebudayaan dan peradaban," ujar Rachmat. 

photo
Kunjungan HB Jassin ke Republika di gedung Republika Buncit Raya 37 Jakarta Selatan (21/1/1993). - (Musiron/Republika)

Gobel mengatakan, HB Jassin telah mengingatkan publik tentang nilai dan visi sastrawan yang berkontribusi untuk negara. Tak hanya saat ia hidup, tapi hingga masa depan ketika karyanya terus dinikmati oleh generasi yang akan datang.

Ia menambahkan, memang tak semua perbuatan dan karya sastrawan asal Gorontalo itu bisa diterima dan disetujui oleh semua orang. Namun, HB Jassin adalah manusia yang positif, lembut, tekun, dan teguh pada pendiriannya.

"Karakter itulah yang membuat karya-karyanya menjadi hujjah, seolah kata-kata seorang Paus," ujar Gobel.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mendukung langkah agar sastrawan HB Jassin mendapatkan gelar pahlawan nasional. Sumbangsihnya selama hidup telah membentuk peradaban Indonesia lewat karya-karyanya.

photo
Petugas merapikan buku sastra di Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB Jassin, Jakarta, Jumat (3/11/2018). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menyepakati agar Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB Jassin dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww/17. - (ANTARA FOTO)

"Kita mencatatnya bahwa HB Jassin dengan karya-karyanya telah memberikan sumbangan yang besar terhadap kekayaan, khazanah bahasa Indonesia dan pembentukan peradaban Indonesia," ujar Mahfud.

Karya milik HB Jassin telah lama menjadi bagian substansi pendidikan bahasa dan sastra di Indonesia. Menurutnya, pendidikan bahasa tak bahasa tak hanya sekedar memberikan pelajaran bahasa dengan baik, tetapi berbahasa dengan indah.

HB Jassin dinilai berhasil melakukan hal tersebut ketika bahasa menjadi penyalur rasa dalam menyampaikan keindonesiaan saat itu. Ia juga terus memperjuangkan kebudayaan dan peradaban lewat karya sastra.

"Karya sastra juga berfungsi mengembangkan kesadaran sosial dan nasional kita sebagai bangsa Indonesia, salah satu peran penting HB Jassin di bidang sastra," ujar Mahfud.

photo
Petugas merapikan buku sastra di Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB Jassin, Jakarta. - (ANTARA FOTO)

Mahfud mengatakan, HB Jassin telah berhasil mengembangkan kritik sastra yang lebih edukatif dan apresiatif pada masanya. Kritiknya lebih mengedepankan kepekaan dan perasaan, ketimbang teori ilmiah.

"HB Jassin ini kalau dari sudut riwayat hidup, catatan, reputasinya, menurut saya sudah pantas jadi pahlawan nasional," ujar dia.

HB Jassin adalah pengarang, penyunting, cendekiawan, dan kritikus sastra berdarah Gorontalo. Ia juga orang yang mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin pada 28 Juni 1976, yang dibantu oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki. 

Di tengah kiprah di bidang sastra, HB Jassin sempat dijatuhi hukuman bersyarat satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun pada 28 Oktober 1970. Ia dipenjara karena menolak mengungkap nama asli pengarang cerita pendek yang bertajuk "Langit Makin Mendung". 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat