Sejumlah warga Muara Angke membawa jeriken kosong saat melakukan aksi di depan Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (22/2/2022). Para warga yang berasal dari Blok Limbah, Blok Eceng dan Blok Empang RW 22 Muara Angke menggelar aksi terkait krisis air bersih yang | Republika/Putra M. Akbar

Jakarta

Warga Penjaringan Jakut Minta Akses Air Bersih

Warga Penjaringan kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan harian.

JAKARTA — Puluhan orang yang mengatasnamakan Koperasi Konsumen Limbah Jaya, dan selaku warga dari beberapa wilayah di Penjaringan, Jakarta Utara, mendatangi Balai Kota DKI Jakarta pada Selasa (22/2). Kedatangan tersebut, untuk memberikan surat terbuka pada Gubernur DKI, Anies Baswedan, dan meminta layanan air minum bersih.

“Akses air bersih sejak saya lahir emang dikit. Sekarang pipa air pada mati,” kata Nur Weni, perwakilan warga dari Blok Eceng Muara Angke, yang ikut melakukan unjuk rasa di Balai Kota DKI, Selasa (22/2).

Untuk mandi, cuci, dan kakus, warga mengandalkan penjual air pikulan. Harga air dari penjual itu Rp 5.000 per jeriken. “Sehari butuh tiga (jeriken) biasanya. Sebulan bisa sampe Rp 400 ribu buat mandi doang. Belum untuk minumnya,” ujarnya mengeluh.

Weni menambahkan, untuk keperluan lainnya, warga masih mengandalkan air hujan. Padahal, kata dia, Muara Angke, termasuk bagian Ibu Kota yang dinilai lebih maju dibandingkan daerah lainnya.

“Baru sekarang kita bisa unjuk rasa, karena sebelumnya belum ngerti. Sekarang sadar, kok kita nggak kebagian hak air, padahal kebutuhan wajib harusnya itu,” tutur dia.

Koordinator warga, Bani Sadar, mengatakan, aspirasi warga sudah diterima oleh pihak Pemprov DKI melalui Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Afan Adriansyah. Menurut Bani, tuntutan itu berasal dari ribuan jiwa yang tinggal di Kampung Blok Limbah, Kampung Blok Eceng, dan Kampung Blok Empang, Penjaringan, Jakarta Utara.

“Saat ini jumlah warga di Blok Limbah ada 368 jiwa, Blok Eceng 678 orang, dan Blok Empang ada 3.922 jiwa,” tuturnya.

Menurut Bani, para warga meminta adanya pelayanan air bersih, utamanya untuk minum, kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan. Menurut Bani, sejak pertama kali kampung-kampung tersebut tumbuh di DKI, belum ada pelayanan air bersih hingga sekarang.

“Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan saya, kami semua, bisa diterima dan direalisasi,” ujarnya.

Bani mengatakan, selama ini para warga masih dapat memanfaatkan air kemasan dan isi ulang galon untuk minum. Namun, kebutuhan air untuk mandi, cuci, dan keperluan lain bisa mencapai 200 liter.

“Untuk minum rata-rata dua liter. Untuk yang lain sehari bisa 25 liter. Jika dirupiahkan, air minum sehari satu keluarga sekitar Rp 13 ribu. Belum termasuk biaya air harian cuci, mandi yang bisa mencapai Rp 25 ribu,” tutur Bani.

Dengan dasar itu, kata dia, pihaknya menuntut PAM Jaya untuk menyediakan pelayanan suplai air bersih kepada tiga blok kampung. Hal itu, katanya, sesuai dengan Pergub Nomor 16 Tahun 2020. Warga juga menuntut adanya kios air sebagai pelayanan sementara sambil menunggu pemasangan perpipaan.

Mendatangi para warga di depan gerbang Balai Kota, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Afan Adriansyah, mengatakan, pihaknya sedang merencanakan pemenuhan air warga melalui PDAM pada tahun ini. Menurut dia, perencanaan oleh PDAM itu juga telah dialokasikan sebanyak 100 kios air. “Itu ada tiga tahap, saya akan cek nanti,” katanya.

Ditanya target penyelesaiannya, Afan tak menjawab secara perinci. Menurut dia, hal itu akan diselesaikan secepatnya, karena ada penentuan pengelolaan, tarif, dan subsidi bagi masyarakat. “Tarif ada, tapi sangat murah kok, jangan khawatir,” ujarnya.

Afan mengatakan, upaya itu akan sesuai dengan Pergub 57 Tahun 2021 tentang perubahan keempat atas Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2007 tentang Penyesuaian Tarif Otomatis Air Minum Semester 1 Tahun 2007. Pergub ini, katanya, disiapkan untuk warga mendapatkan air dengan harga murah. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat