
Internasional
Kapal Freedom Flotilla Menuju Gaza Diserang
Israel sempat membunuhi awak Freedom Flotilla pada 2010 lalu.
TEL AVIV – Sebuah pesawat tak berawak menyerang sebuah kapal yang membawa bantuan ke Gaza pada hari Jumat di lepas pantai Malta, kata sebuah pernyataan dari Codepink, sebuah gerakan perdamaian dan keadilan sosial akar rumput.
Kapal milik Gaza Freedom Flotilla sedang berusaha mendapatkan makanan dan pasokan untuk orang-orang di Gaza, kata pernyataan itu. Pemerintah Malta mengatakan 12 awak kapal dan empat warga sipil berada di kapal tersebut dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Selama dua bulan Israel telah memblokir bantuan kemanusiaan apa pun yang masuk ke Gaza, sehingga menjadikan Gaza terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan terburuk dalam hampir 19 bulan perang.
Saat armada bantuan yang berusaha memecahkan blokade Gaza pada 2010, pasukan Israel menyerbu kapal Turki Mavi Marmara, menewaskan sembilan orang di dalamnya. Insiden tersebut menyebabkan rusaknya hubungan Turki-Israel. Tentara Israel tidak menanggapi permintaan komentar.
Charlie Andreasson, yang telah terlibat dalam Freedom Flotilla selama lebih dari satu dekade, mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia telah berbicara dengan orang-orang di kapal yang mengatakan ada dua ledakan dan kebakaran terjadi. Meski penumpang selamat, dia mengatakan ada risiko perahu bisa tenggelam karena generator tertabrak dan perahu tidak bisa bergerak.
BREAKING: At 00:23 Maltese time, a #FreedomFlotilla ship was subjected to a drone attack. The front of the vessel was targeted twice, resulting in a fire and a breach in the hull. The ship is currently located in international waters near #Malta. An #SOS distress signal was sent. pic.twitter.com/J6oEQafuOb — Freedom Flotilla Coalition (GazaFFlotilla) May 2, 2025
Yasemin Acar, petugas media kelompok tersebut, kini mengatakan kepada CNN bahwa ada “lubang di kapal” dan “kapal itu mulai tenggelam”.
Acar mengatakan kapal itu diserang di lepas pantai Malta di perairan internasional, dan sekarang kapal tersebut berlabuh 17 km dari negara tersebut. Para kru telah “mengirimkan panggilan SOS ke negara-negara sekitar” dan “perahu kecil” dari Siprus telah dikirim untuk membantu, tambahnya.
“Kapal tidak dapat bergerak saat ini, karena jika bergerak… mereka tidak akan mampu menghentikan masuknya air, dan oleh karena itu, kapal akan tenggelam dengan sangat cepat,” kata Acar, kepada Aljazirah.
Dia terakhir kali berhubungan dengan 30 aktivis tersebut lebih dari dua jam yang lalu, tambahnya. “Kami berharap kapalnya baik-baik saja, dan kami sangat berharap kapal penyelamat segera dikirim,” kata Acar.
Dia menambahkan: "Tahun lalu, kami menghadapi banyak perang birokrasi, yang membuat kapal kami tertahan di pelabuhan di Istanbul selama berbulan-bulan. Kami memiliki 5.500 ton bantuan kemanusiaan, yang tidak dapat kami kirimkan ke Gaza.

"Jadi kami mencoba lagi tahun ini, dan sayangnya, mereka menghentikan kami lagi. Namun kali ini, mereka sengaja memulai serangan, karena mereka tahu betul bahwa kapal tersebut membawa aktivis dan bantuan kemanusiaan."
Acar mengatakan bahwa kelompok tersebut yakin serangan itu dilakukan oleh Israel atau salah satu sekutunya, namun mereka tidak dapat mengkonfirmasi informasi tersebut.
Pemerintah Malta telah mengatakan kepada media bahwa 16 orang yang berada di kapal aktivis yang diserang hari ini telah menolak untuk menaiki kapal tunda yang telah memadamkan api setelah melakukan kontak dengan Layanan Lalu Lintas Kapal Malta, Times of Malta melaporkan.
Namun, media tersebut berbicara kepada tim operasi kelompok aktivis di Malta, yang bersikeras bahwa ada 15 awak kapal dan 15 penumpang tambahan di kapal tersebut.Juru bicara Freedom Flotilla juga mengatakan kepada Aljazirah sebelumnya bahwa total ada 30 orang di dalam kapal tersebut.
Times of Malta menambahkan bahwa komunikasi dengan orang-orang di kapal kemudian menjadi “tidak mungkin” karena tembakan dari serangan drone merusak sistem kelistrikan kapal.
Times of Malta melaporkan bahwa para awak kapal memilih untuk tetap berada di kapal tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab untuk memastikan kapal tersebut tetap mengapung bersama dengan pasokan kemanusiaan yang dikandungnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tiga Bulan Gaza Berjuang Hadapi Blokade Israel
Bombardir Israel seperti gempa bumi di Gaza,
SELENGKAPNYA