Seorang ibu mengendong untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di desa Bokong, Kabupaten Kupang, NTT, Kamis (2/12/2021). Kelompok Kerja (Pokja) pencegahan dan penanganan stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, tren prosentasi balita stunting d | ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/foc.

Nasional

Angka Stunting Turun 3,3 Persen Sepanjang 2019-2021

Permasalahan stunting harus ditangani secara serius.

JAKARTA -- Angka stunting di Indonesia mengalami penurunan 3,3 persen dalam kurun waktu dua tahun. Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), angka stunting menjadi 24,4 persen pada 2021 atau turun dari 27,67 persen pada 2019.

"Hasilnya tentu kita sambut bersyukur alhamdulillah karena angka stunting yang tadinya 27,67 persen pada 2019 menjadi 24,40 persen pada 2021," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, ketika membuka Rakernas Program Bangga kencana Tahun 2022 secara virtual, Selasa (22/2). 

Hasto menjelaskan, setiap tahun hampir dua juta pasangan yang menikah. Sekitar 1,6 juta di antaranya melahirkan pada tahun pertama pernikahan. Dari jumlah kelahiran tersebut dan angka stunting 24,4 persen, sekitar 400 ribu di antaranya berpotensi lahir stunting

Hasto melihat upaya screening dan pemeriksaan pranikah akan sangat berpeluang dalam menurunkan potensi tersebut. Atas dasar itu, dalam waktu dekat BKKBN akan meluncurkan program screening yang bisa dilakukan oleh pasangan tiga bulan sebelum mereka melangsungkan pernikahan. 

"Di mana calon-calon pasangan usia subur tiga bulan sebelum nikah harus sudah dilakukan pemeriksaan agar pada saat hamil nanti tidak membawa faktor risiko kehamilan dengan anak yang stunting," kata Handoko. 

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, angka stunting merupakan masalah serius dalam pembangunan Indonesia. Wapres mengatakan, kerugian ekonomi negara yang ditimbulkan akibat angka stunting sekitar 2-3 persen dari produk domestik bruto (PDB) per tahun.

photo
Petugas kesehatan mengukur lingkar kepala bayi saat pelaksanaan imunisasi di salah satu Posyandu di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (5/1/2022). - (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

"Dengan jumlah PDB Indonesia tahun 2020 sekitar Rp15 ribu triliun, potensi kerugian akibat stunting mencapai Rp 450 triliun per tahun," ujar dia.

Kiai Ma'ruf mengatakan, permasalahan stunting harus ditangani secara serius karena stunting bukan hanya tentang masalah gagal tumbuh secara fisik. Menurutnya, stunting dapat mematikan masa depan seorang anak sebelum tumbuh dewasa karena mengindikasikan kemampuan kognitifnya. 

Padahal, human capital sangat menentukan keberhasilan pembangunan. "Bila nyaris 30 persen anak Indonesia stunting, artinya 30 persen kekuatan pembangunan Indonesia pada masa depan terancam hilang," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat