Suasana Klenteng Pan Kho Bio Kota Bogor 1 | Shabrina Zakaria/Republika

Bodetabek

Sketsa Keberagaman di Kelenteng Pan Kho Bio

Kelenteng Pan Kho Bio ditemukan pada 1703, bersamaan dengan patung Dewa Pan Kho yang kini masih ada di dalamnya.

OLEH SHABRINA ZAKARIA

Kelenteng Pan Kho Bio atau yang saat ini dikenal sebagai Vihara Maha Brahma berdiri megah perkampungan penduduk Kampung Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor. Kawasan ini menetap warga yang didominasi Suku Sunda dan Tionghoa. Tak heran, di kampung ini terdapat kelenteng atau vihara dan merupakan yang tertua di Kota Bogor.

Pan Kho Bio ditemukan pada 1703, bersamaan dengan patung Dewa Pan Kho yang saat ini masih ada di dalamnya. Pada 2011, Pan Kho Bio resmi dijadikan cagar budaya. Saat ini, vihara berusia tiga abad ini menjadi ikon Kampung Wisata Pulo Geulis, yang tengah dikembangkan menjadi kampung etnik.

Vihara seluas 400 meter persegi ini, didominasi warna merah dan kuning keemasan. Dilengkapi dengan ornamen naga dan dua payung Sesundaan di pintu masuk yang melambangkan budaya Sunda. Tidak hanya umat Budha dan Konghucu yang bisa menggunakan vihara ini, Pan Kho Bio juga terbuka bagi umat Muslim.

Setiap Kamis malam, warga Muslim Kampung Pulo Geulis mendatangi Pan Kho Bio. Mereka menggelar pengajian bakda Maghrib. Pengajian dilaksanakan di ruangan yang terdapat peninggalan dua batu besar tempat petilasan dua tokoh penyebar agama Islam, yaitu Embah Sakee dan Eyang Jayaningkat.

Ruangan tersebut berbentuk segitiga, dengan luas sekitar 3,5 x 9 meter, dan terletak di bagian belakang vihara. Tak hanya digunakan untuk pengajian malam Jumat, umat Muslim juga bisa melaksanakan shalat di ruangan yang dimanfaatkan sebagai mushala ini. Pan Kho Bio juga menyediakan air untuk berwudhu dari air sumur ataupun PDAM.

Di ruangan lainnya, terdapat pula makam Mbah Imam yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di wilayah Bogor. Di bilik yang lain, terdapat dua patung harimau yang dibalut kain hitam yang dipercaya sebagai jelmaan Prabu Siliwangi.

Warga kampung Pulo Geulis, Abraham Halim (65 tahun), menjadi tokoh masyarakat dan pemerhati sejarah di sana. Bram, sapaannya, merupakan salah satu tokoh yang menghidupkan lagi semangat umat Muslim di Pulo Geulis untuk beraktivitas di vihara. 

Bram mengatakan, Pan Kho Bio kembali digunakan umat Muslim untuk beribadah sekitar 2007 lalu. Kebiasaan tersebut dimulai dari perayaan Maulid Nabi. Saat memasuki pandemi Covid-19, perayaan Maulid dengan terpaksa tidak bisa dilakukan karena khawatir menimbulkan kerumunan.

“Selama bulan puasa, pengelola vihara suka membagikan takjil dan menggelar acara buka bersama warga sekitar, tapi waktu pandemi, takjil hanya disebar ke masjid-masjid dan mushala terdekat,” kata Bram kepada Republika.

Bram menjelaskan, keberadaan vihara ini juga sebagai bukti Kerajaan Pajajaran telah mendirikan tempat peristirahatan pada 1482. Posisi Kampung Pulo Geulis cukup strategis di tepi Sungai Ciliwung, serta mudah dijangkau dengan alat transportasi utama pada saat itu.

Di ruangan utama vihara, terdapat batu besar yang sudah ada sejak zaman Megalithikum. Ketika Kerajaan Pajajaran berdiri, batu ini menjadi monolid, yaitu batu tunggal yang menjadi tanda kerajaan itu berdiri.

photo
Suasana Klenteng Pan Kho Bio Kota Bogor 2 - (Shabrina Zakaria/Republika)

“Jadi, berbagai macam ragam ada di sini. Dari dulu sudah ada makam petinggi Muslim, kampungnya jadi kampung strategis dan banyak dijadikan bahan penelitian dan penulisan,” ucap pria yang bekerja di pertambangan ini.

Bram kini dikenal pula sebagai sumber informasi dan referensi utama bagi warga sekitar dan para pengunjung yang ingin mengetahui seluk-beluk Pan Kho Bio. Berbagai kliping liputan media ihwal dirinya dan dokumentasi aktivitas keagamaan yang dilakukan di tempat ibadah ini juga terpampang di dinding vihara ini.

Melewati tahun pertama pandemi Covid-19, muncul Operator Wisata Kota Pertama di Bogor bernama Baik Heritage. Wisata kota dengan sepeda ini, menjadikan Kampung Pulo Geulis sebagai salah satu destinasinya pada wisata kota Seri I. Setibanya di Kampung Pulo Geulis, para tamu akan disambut di Pan Kho Bio, sambil menikmati produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) milik warga sekitar.

photo
Suasana Klenteng Pan Kho Bio Kota Bogor 3 - (Shabrina Zakaria/Republika)

Co-Founder Ekotifa.id (Ecotourism-Sustainable Tourism Concern), Afro Indayana, mengatakan, Pulo Geulis dijadikan destinasi karena memiliki keunikan geografis, sosiologis, dan antropologis. Secara sosiologis, Pulo Geulis terkenal sebagai landmark atau museum hidup tentang keberagaman. Warganya beragam dari berbagai suku dan agama, tinggal bersama, dan saling membantu.

Secara antropologi atau kebudayaan, warga Pulo Geulis masih cukup menjaga tradisi dan budaya leluhurnya yang telah terakulturasi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Pan Kho Bio selaku vihara tertua di Bogor. “Warga Pulo Geulis juga selalu saling mendukung untuk kegiatan kebudayaan. Contohnya, para pemuda pemain barongsai atau bahkan pembuat barongsainya adalah umat Muslim,” ujarnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BuddhaZine (buddhazine)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat