Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengenakan alat pelindung diri (APD) beraktivitas di dekat ambulans di Gedung UPT P2KT, Kota Bandung, Senin (14/2/2022). Sejak awal Februari 2022 PSC 119 mengalami peningkatan sebanyak 5 hingga 25 pasien per hari dib | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kabar Utama

Pemerintah Izinkan WFO 50 Persen

Terlalu dini untuk menyimpulkan DKI Jakarta sudah melewati puncak gelombang omikron.

JAKARTA – Pemerintah kembali menyesuaikan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 pada pekan ini. Penyesuaian aturan tersebut, di antaranya berlaku pada kebijakan bekerja dari kantor atau work from office (WFO) yang sebelumnya 25 persen, kini menjadi 50 persen.

“Periode PPKM pekan ini, pemerintah akan menyesuaikan kembali batas maksimum WFO di Level 3, yang sebelumnya 25 persen menjadi 50 persen atau lebih,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM bersama Presiden Jokowi, Senin (14/2).

Luhut mengatakan, perubahan aturan PPKM Level 3 ini dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik varian omikron yang berbeda dengan varian delta. Pemerintah juga melihat perkembangan situasi di rumah sakit yang dinilai masih rendah jika dibandingkan gelombang delta pada pertengahan tahun lalu. Pemerintah memutuskan untuk tidak melakukan pengetatan aktivitas karena jumlah kasus Covid-19 di beberapa daerah diklaim mulai melandai.

“Dengan tetap mengedepankan aspek kesehatan, pemerintah masih melihat adanya ruang bagi kita untuk tidak menginjak rem terhadap ekonomi terlalu dalam. Ini dilakukan semata-mata untuk menjaga keseimbangan sektor kesehatan dan ekonomi tetap baik. Kita belum lihat untuk ada pengetatan lagi, tidak. Justru pelonggaran-pelonggaran yang kita lakukan, tetapi dengan monitoring yang ketat,” ujar Luhut.

Luhut mengeklaim, tren kasus Covid-19 di DKI Jakarta kini mulai menunjukkan tanda-tanda telah melewati puncak kasus, baik pada kasus harian, kasus aktif, maupun rawat inap. Namun, pemerintah mencatat terjadinya peningkatan kasus di daerah lain, yakni DIY, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Peningkatan jumlah kasus di daerah-daerah ini juga tercatat masih di bawah dari puncak delta.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meyakini angka kematian harian akibat varian omikron tak akan melebihi 500 kasus. Tingkat kefatalan akibat varian omikron, menurut dia, jauh lebih rendah jika dibandingkan varian delta.

Budi menyebut, puncak kasus Covid-19 akibat varian omikron sudah terlewati, yaitu 55 ribu kasus pada Sabtu (12/2). Sudah ada enam provinsi yang kasus Covid-19 di daerahnya telah melampaui saat puncak varian delta pada Juli 2021.

Keenam Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Setelah melewati puncak kasus, kasus harian Covid-19 di DKI diprediksi segera melandai.

“DKI kemungkinan besar, kami mengamati bahwa pekan ini, akan sampai puncaknya dan akan mulai bergerak turun, dan rumah sakitnya berhenti di level 40-50 persen dibandingkan puncak delta,” kata Budi.

photo
Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengenakan alat pelindung diri (APD) menyiapkan tempat tidur pasien di dekat ambulans di Gedung UPT P2KT, Kota Bandung, Senin (14/2/2022). Sejak awal Februari 2022 PSC 119 mengalami peningkatan sebanyak 5 hingga 25 pasien per hari dibandingkan bulan lalu yang sama sekali tidak ada permintaan pelayanan.  - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Penyebab akan melandainya kasus karena jumlah keterisian tempat tidur di enam provinsi tersebut hanya berkisar 30 persen jika dibandingkan saat puncak varian delta. Setelah enam provinsi tersebut mencapai puncak kasus, barulah nanti akan bergeser ke provinsi-provinsi, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan di luar Jawa.

Pada Senin (14/2), terkonfirmasi positif 36.501 kasus baru. Sementara pada Ahad (13/2), kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 44.526 orang. Dua hari terakhir tersebut turun dari kasus pada Sabtu (12/2) yang mencapai 55.209 kasus baru. Penurunan ini terjadi semenjak Indonesia menyatakan masuk dominasi penyebaran varian omikron akhir Januari 2022. 

Namun, penurunan kasus dalam dua hari terakhir belum bisa disimpulkan bahwa kasus varian omikron telah melewati puncak. Setidaknya hal ini terlihat dari kasus di Ibu Kota dalam sepekan terakhir, yang masih selalu berada di atas 10 ribu kasus. Akan tetapi, angka kesembuhan memang selalu berada di atas kasus harian dalam tiga hari terakhir. 

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, masih terlalu dini untuk menyimpulkan DKI sudah melewati puncak gelombang, mengingat cakupan testing dan tracing saat ini jauh lebih menantang sulitnya dari gelombang delta. Salah satu tantangan dalam tracing di gelombang varian omikron ini karena mayoritas pasien tidak bergejala.

“Selain itu, tren kasus di kelompok berisiko cenderung masih ada potensi meningkat. Memang ada kecenderungan gelombang omikron ini membuat ada beda puncak di antara berbagai daerah meski satu pulau,” kata Dicky.

Fenomena ini terjadi juga di berbagai negara. Terkait angka kematian sebagai indikator telat atau lagging indicator memang akan timbul terlambat dan cenderung baru mulai terlihat empat pekan pascakasus pertama terdeteksi. “Dan ini bisa bertahan dua atau tiga pekan pascapuncak terlewati,” ujar dia.

Pasien Isoman Meninggal

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah ada tiga pasien Covid-19 meninggal di Palembang, Sumatra Selatan, saat sedang isolasi mandiri (isoman). Ketiga pasien disebut meninggal di rumah sakit karena memiliki penyakit penyerta (komorbid).

“Ini sudah dicek bahwa ini data kematian yang dilaporkan bukan karena isoman. Kematiannya di rumah sakit karena komorbid,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi kepada Republika, Senin (14/2).

photo
Petugas pemikul jenazah tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) menggotong peti jenazah pasien Covid-19 di TPU Cikadut, Jalan Cikadut, Kota Bandung, Kamis (10/2/2022). Berdasarkan keterangan petugas pemikul jenazah, ketidaktersediaan alat pelindung diri (APD) tersebut lantaran belum turunnya stok bantuan dari pihak atau instansi terkait. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Sebanyak tiga pasien Covid-19, yang menjalani isoman karena bergejala atau kasus simtomatik di Sumatra Selatan, meninggal dunia. Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Dinas Kesehatan Kota Palembang, Yudhi Setiawan mengatakan, dari ketiga pasien tersebut, masing-masing tercatat meninggal dunia pada Senin (7/2), yakni seorang warga dari Kecamatan Sukarami, tempat kasus tersebut merupakan kematian pasien Covid-19 pertama tahun ini di daerah setempat.

Selain itu, pada Ahad (13/2), ada dua pasien meninggal dunia. Mereka merupakan warga Kecamatan Ilir Barat II dan Ilir Timur III Palembang. Selain tertular Covid-19, mereka juga memiliki komorbid sehingga memengaruhi kesehatan para pasien tersebut.

Ketua Subbid Dukungan Kesehatan Satgas Covid-19, Brigjen TNI Alexander K Ginting mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien yang sedang isoman meninggal dunia. Beberapa faktor tersebut adalah karena usia yang lanjut, memiliki komorbid, dan belum divaksin sama sekali.

photo
Petugas membawa makanan untuk pasien Covid-19 yang menjalani masa karantina di Shelter Tangguh Patmasuri, Bantul, Yogyakarta, Ahad (13/2/2022). Saat ini, ada 43 pasien Covid-19 menjalani karantina di Shelter Tangguh Patmasuri. - (Wihdan Hidayat / Republika)

“Ini yang membuat terjadi perburukan klinis yang cepat sehingga bisa berakibat fatal,” kata Alexander.

Seharusnya dalam menjalani isoman harus tetap berpedoman pada SE Menkes No HK 02.01/Menkes/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus Covid-19 Varian Omikron. Pedoman dan syarat tersebut, menurut dia, sangat penting agar tepat sasaran.

“Memang yang ringan dirawat di rumah, tetapi ada kriterianya. Syarat klinis, pasien usia 45 tahun ke bawah, tidak memiliki komorbid, dapat mengakses telemedisin atau telekonsultasi dengan layanan kesehatan lainnya dan bersedia untuk isoman,” kata dia.

Rumah yang dijadikan tempat isoman juga harus memiliki kamar terpisah serta kamar mandi terpisah, dengan penghuni rumah lainnya. Pasien juga dapat memeriksa alat saturasi digital serta ada alat pendukung yang cukup memadai.

“Jika tidak terpenuhi, pasien pindah ke isoter, karena di isoter ada tim medik yang memonitor dan mengawasi. Jika komorbid tidak terkontrol, dirujuk ke RS terdekat,” ujar dia.

photo
Petugas menata meja di dekat tempat tidur pasien di Rumah Sakit Lapangan Tembak, Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/2/2022). Pemkot Surabaya mengoperasikan kembali rumah sakit darurat Covid-19 tersebut sebagai isolasi terpusat bagi pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 untuk mengantisipasi kenaikan kasus penyakit tersebut di Kota Surabaya. - (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Epidemiolog dari Griffith University, Australia Dicky Budiman mengatakan, berdasarkan laporan yang ia dapat, pasien Covid-19 yang meninggal karena isoman juga terjadi di Malang, Jawa Timur. Sebagian besar dari para pasien tersebut berusia lanjut dan memiliki komorbid.

Dengan demikian, menurut dia, edukasi terkait isoman menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang tidak melakukan isoman dengan cara yang benar.

“Kematian saat isoman artinya skriningnya tidak kuat, berarti lolos kemungkinan dia lansia atau komorbid. Kriteria teknis harus dipastikan dan tentu orang yang merawat harus divaksin lengkap. Pasien harus dipastikan ada di tempat aman dan siap rujuk ketika ada apa-apa,” ujar Dicky.

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengharapkan, pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG) atau ringan dapat dirawat di rumah saja. Rumah sakit khusus diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan gejala sedang atau berat.

“Kami memang mengharapkan, kalau misalnya, tanpa gejala atau OTG atau ringan, dapat dirawat di rumah saja. Dari 27 ribu pasien Covid-19 di rumah sakit, lebih dari sekitar 15 ribu itu sebenarnya OTG atau ringan,” ujar Menkes Budi.

Menurut Menkes Budi, kalau saturasi masih di atas 95 persen, ada batuk sedikit, ada demam sedikit, dan pilek, masih bisa dirawat di rumah. Budi mengatakan, pemerintah juga telah melakukan pelayanan telemedisin ke lebih dari 350 ribu orang dan sekitar 100 ribu di antaranya sudah menerima obat.

“Selain di Jawa-Bali (layanan telemedisin), mulai pekan ini kita akan melakukan juga ke luar Jawa-Bali,” ujar Budi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat