Ratusan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surabaya mencoba kaca mata virtual reality saat pengenalan kampus pada Mox 2018 di halaman kampus mereka, Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. | ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Opini

Metaverse dan Perbankan Syariah

Bank syariah tak perlu berinvestasi menyediakan kantor cabang karena layanan metaverse dapat menggantikannya.

SAFRI HALIDING, Pengurus DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

Metaverse mengundang banyak perhatian publik setelah pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, menyampaikan niat mengubah identitas perusahaannya menjadi Meta Platforms Inc. Namun, kemunculan tren dan konsep metaverse sebenarnya sudah lama.

Penggunaan metaverse muncul dari novel fiksi ilmiah Snow Crash karya Neal Stephenson (1992) dan Ready Player One karya Ernest Cline (2011). Metaverse digambarkan sebagai ruang yang menghubungkan dunia virtual dan augmented reality (AR).

Metaverse dari kata meta dan universal. 'Meta' berarti melampaui dan 'universe' berarti semesta.

 
Metaverse akan menjadi teknologi paling populer dalam beberapa tahun ke depan dan berdampak pada berbagai industri, termasuk perbankan syariah dan jasa keuangan syariah lainnya.
 
 

Metaverse berarti ruang virtual, tempat seseorang menjelajah dengan pengguna lainnya yang tak berada di ruang fisik yang sama, melalui kombinasi elemen teknologi, seperti virtual reality (VR), AR, dan video sehingga pengguna seolah hidup di dunia digital.

Metaverse akan menjadi teknologi paling populer dalam beberapa tahun ke depan dan berdampak pada berbagai industri, termasuk perbankan syariah dan jasa keuangan syariah lainnya.

Melalui pengalaman imersif yang ditawarkan, metaverse bisa dikemas perbankan sebagai pengalaman baru bagi nasabahnya. Kajian kepuasan pelanggan mengungkapkan, pengalaman baru membuat pelanggan lebih bahagia daripada objek fisik.

Perusahaan yang lebih memprioritaskan pengalaman daripada produk, memiliki kemungkinan rujukan 200 persen lebih besar dan loyalitas pelanggan 25 persen lebih banyak, sehingga teknologi metaverse dapat menjadi pengalaman baru bagi pelanggan bank.

Selain itu, Digital Banking Report melaporkan, hampir setengah dari eksekutif layanan keuangan yang disurvei percaya, satu dari lima pelanggan akan menggunakan teknologi virtual atau AR untuk transaksi sehari-hari.

 
Ruang virtual sangat ideal untuk interaksi nasabah bank karena tidak dibatasi ruang fisik.
 
 

Melalui metaverse, bank syariah bisa mencoba menjangkau nasabah baru yang tidak dapat (atau tidak mau) pergi ke cabang dan masih menawarkan pengalaman imersif. Apalagi selama masa pandemi, kontak langsung dengan nasabah diimbau dikurangi.

Maka itu, metaverse menjadi solusi tepat melalui teknologi video dunia virtual tatap muka dengan nasabah, dan menggunakan mesin teller interaktif dengan menggunakan konektivitas video. Hal tersebut sekaligus menjadi pengalaman baru bagi nasabah. Ruang virtual sangat ideal untuk interaksi nasabah bank karena tidak dibatasi ruang fisik.

Dengan makin banyak penyedia, layanan keuangan secara bertahap bergerak ke arah perbankan digital. Gagasan tentang bank virtual dalam dunia metaverse akan menjadi masa depan industri perbankan syariah ke depan.

Di metaverse, nasabah bank syariah mendapatkan layanan yang dipersonalisasi. Mereka bisa melakulan aktivitas perbankannya sambil menikmati secangkir kopi atau teh di rumah dengan sentuhan personal. Pelanggan mendapatkan layanan kapan saja, di mana saja.

 
Jadi, bank syariah bisa efisien dengan mengurangi biaya karena tak perlu berinvestasi menyediakan kantor cabang atau perwakilan di berbagai wilayah karena layanan metaverse dapat menggantikannya.
 
 

Jadi, bank syariah bisa efisien dengan mengurangi biaya karena tak perlu berinvestasi menyediakan kantor cabang atau perwakilan di berbagai wilayah karena layanan metaverse dapat menggantikannya.

Metaverse sangat berguna karena membantu industri perbankan syariah meningkatkan inklusi keuangan syariah, akses keuangan masyarakat yang belum bersentuhan dengan lembaga keuangan syariah karena belum adanya kantor cabang di wilayahnya.

Permulaan uji coba penggunaan layanan metaverse sudah mulai diterapkan di beberapa bank di luar negeri, misalnya di Korea Selatan pada KB Kookmin Bank, Industrial Bank of Korea, NH Nonghyup, dan Hana Bank, dengan tujuan meningkatkan layanan pada nasabah.

Selain itu, di Bank of America, BNP Paribas, Bank of Kuwait, dan terakhir Mecrobank di Swedia.

 
Siap atau tidak siap, perkembangan metaverse akan hadir di hadapan kita. Kehadiran metaverse membawa berbagai kemudahan dan kecanggihan, juga tak lepas dari kekurangan, yakni terkait keamanan data.
 
 

Dukungan infrastruktur

Kehadiran metaverse harus dipersiapkan melalui pelatihan peningkatan keterampilan SDM perbankan syariah. Di sisi lain, metaverse dapat mengancam dan mengurangi SDM sehingga harus direncanakan matang agar tak terjadi gelombang PHK.

Perkembangan metaverse optimal jika didukung infrastruktur seperti persiapan layanan koneksi internet yang cepat. Pemerintah harus mempercepat peta jaringan 5G di Indonesia agar dapat mendukung transformasi industri perbankan syariah.

Siap atau tidak siap, perkembangan metaverse akan hadir di hadapan kita. Kehadiran metaverse membawa berbagai kemudahan dan kecanggihan, juga tak lepas dari kekurangan, yakni terkait keamanan data.

Karena itu, prinsip kehatian-hatian dan perlindungan konsumen yang sejalan dengan prinsip syariah harus tetap diutamakan, dengan antisipasi regulasi dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memadai sehingga masalah dapat diminimalisasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat