Pekerja membongkar muat logistik MotoGP dari atas pesawat kargo Boeing 777 Freighter Qatar Airways di Bandara Internasional Lombok (BIL), Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (7/2/2022). Pesawat dengan nomor penerbangan QR8496 dari Kuala Lumpur tersebut memba | ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Ekonomi

AP II Targetkan Seluruh Bandara Pakai PLTS

Operator bandara, seperti AP II harus berkomitmen menggunakan energi terbarukan.

JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) berkomitmen memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) di seluruh bandara yang dikelola perseroan. Bandara-bandara yang dikelola AP II di seluruh Indonesia ditargetkan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). 

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, pada 2025 ditargetkan ke 20 bandara AP II telah memiliki PLTS dengan kapasitas 26,34 MWp. Penggunaan EBT di bandara sejalan dengan kesepakatan antara Airport Council International (ACI) dan seluruh operator bandara di dunia. "Khususnya, untuk mendukung program global Net Zero Carbon Emission 2050," kata Awaluddin dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu (12/2) malam.

Awaluddin menjelaskan, bandara menyumbang sekitar dua persen emisi karbon dari total pangsa global. Karenanya, untuk mengurangi emisi karbon tersebut, operator bandara harus berkomitmen menggunakan EBT hampir di seluruh aspek operasional dan pelayanan.

AP II selalu menanamkan semangat kepedulian lingkungan di industri penerbangan nasional melalui pemanfaatan EBT. Terkait hal itu, AP II ingin terus berkontribusi terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan.

Awaluddin menambahkan, pemanfaatan EBT di lingkungan AP II sangat mendukung implementasi teknologi dalam mewujudkan smart airport. Dengan begitu, menurutnya, dapat meningkatkan daya saing bandara-bandara AP II di era industri 4.0.

“AP II telah memiliki masterplan pengembangan eco airport periode 2021-2030, di mana eco airport ini mendukung visi perusahaan menjadi smart and connected airport. Pemanfaatan EBT di bandara AP II akan menggunakan teknologi-teknologi baru yang bisa diintegrasikan dengan teknologi eksisting,” jelas Awaluddin.

Menurutnya, dalam masterplan eco airport 2021–2030 yang telah disiapkan AP II akan fokus pada pemanfaatan PLTS sebagai energi baru terbarukan. Awaluddin mengatakan, pada fase pertama, yakni 2021, sudah diimplementasikan pemanfaatan PLTS. 

“PLTS pada fase pertama dipasang di atap bangunan di sejumlah gedung di Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Kualanamu, dan Bandara Banyuwangi dengan kapasitas 1,83 MWp,” kata 

Selanjutnya, pada fase kedua 2022, AP II merencanakan penggunaan PLTS atap mencapai EBT 3,78 MWp. Untuk fase ketiga, yaitu 2023-2025, direncanakan pemanfaatan PLTS di atas tanah (ground mounted) berkapasitas 18,69 MWp dan PLTS terapung (floating) berkapasitas 1,8 MWp.

“Di dalam pemanfaatan EBT ini, AP II mempersiapkan tiga aspek penting, yakni SDM, proses, dan teknologi,” ujar Awaluddin.

Adapun terkait penggunaan teknologi kelistrikan, AP II saat ini juga telah membangun sistem yang dinamakan Monitoring System of Airport and Non-Airport Threshold Electrical Infrastructure. “Sistem ini dibuat untuk mengendalikan dan memonitor secara real time penggunaan energi di lingkungan AP II,” ujar Awaluddin.

Penggunaan EBT yang sangat efisien dari sisi biaya akan membantu bandara dalam menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19. Dia menuturkan, listrik merupakan salah satu kontributor biaya operasional terbesar di bandara.

“Penggunaan teknologi dan keunggulan dari sisi biaya membuat pemanfaatan EBT dapat meningkatkan daya saing bandara-bandara AP II di era Industri 4.0,” jelas Awaluddin.

Senior EVP Manajemen Risiko PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Chairani Rachmatullah mengatakan bahwa PLN juga sudah memasang target bauran EBT. “PLN menargetkan EBT sebesar 23 persen pada 2025,” tutur Chairani.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bob Saril mengatakan, transisi ke pemanfaatan EBT memerlukan dukungan seluruh pihak. Bob menilai, dalam transisi tersebut, membutuhkan kerja sama komponen masyarakat yang sangat penting.

“Adanya kerja sama dalam hal regulasi, masalah pendanaan, serta teknologi yang juga harus mendukung,” tutur Bob. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat