Kuil Ptolemy II di Athribis, Mesir, lokasi ditemukannya tablet kuno. | https://uni-tuebingen.de

Kisah Mancanegara

Menguak Cerita Mayarakat Kuno Athribis

Fragmen tanah liat ini ditemukan dalam sebuah ekskavasi di situs daerah permukiman kuno Athribis.

OLEH LINTAR SATRIA

Banyak cerita masa lalu yang coba terus diungkap melalui berbagai penelitian ilmiah. Kehidupan prasejarah, tatanan sosial dari masyarakat dunia terdahulu, hingga berbagai barang peninggalan masa lalu, seolah menjadi mesin waktu bagi masyarakat modern untuk menguak misteri kehidupan para pendahulu.

Sedikit misteri tentang kehidupan masyarakat di Mesir ribuan tahun yang lalu, kini mulai terkuak melalui temuan lebih dari 18 ribu pecahan tanah liat yang digunakan sebagai alat tulis pada mesir kuno. Benda bersejarah ini pun sedikit memberi gambaran tentang seperti apa detail kehidupan masyarakat di Mesir, lebih kurang 2.000 tahun yang lalu.

Para peneliti dari Universitas Tübingen, Jerman mengatakan, pecahan tanah liat ini dikenal sebagai "ostraca". Di masa lalu, tanah liat ini digunakan untuk menulis daftar belanja, resep, tulisan sekolah dan lain-lain.

Ratusan fragmen ditemukan di sebuah sekolah kuno dan salah satunya terdapat simbol yang ditulis berulang-ulang dari depan hingga belakang. Peneliti yakin fragmen itu merupakan contoh hukuman bagi siswa "nakal" yang diperintah untuk menulis sebuah baris tulisan berulang-kali.

photo
Tablet-tablet yang di Athribis, Mesir, lokasi ditemukannya tablet kuno. - (https://uni-tuebingen.de)

Fragmen tanah liat ini ditemukan dalam sebuah ekskavasi di situs daerah permukiman kuno Athribis, sekitar 200 kilometer dari Luxor, Mesir. "Terdapat daftar bulanan, angka-angka, soal-soal aritmatika, latihan tata bahasa dan 'alfabet burung' yang mana setiap hurufnya diberi nama burung yang namanya dimulai dengan huruf itu," kata pemimpin ekskavasi Profesor Christian Leitz dari Universitas Tübingen dalam pernyataan yang dikutip dari Business Insider, Ahad (13/2).

Selain tulisan di beberapa fragmen juga terdapat gambar-gambar yang mencerminkan binatang, dewa-dewa dan angka geometri. Situs sains, Science Alert mengatakan, masyarakat Mesir Kuno kerap menggunakan sisa guci atau bejana pecah sebagai alat tulis karena lebih mudah didapatkan dibandingkan papirus.

Pecahan tanah liat itu kemudian ditorehkan tinta dan sebatang bulu atau tongkat berlubang. Para peneliti mengungkapkan, sekitar 80 persen fragmen-fragmen tanah liat itu ditulis dalam bahasa Demotik. Bahasa yang satu ini merupakan bahasa tulis administratif yang biasa dipakai pada zaman Ptolemeus dan Romawi.

Kemudian ada pula ostraca yang ditulis dengan bahasa Yunani, tapi tim peneliti juga menemukan aksara hieratik, hieroglif, dan yang lebih jarang, aksara Koptik dan Arab. Para peneliti mengatakan "sangat jarang" benda arkeologis ostraca ditemukan dalam kuantitas sebanyak ini.

Penemuan besar ini merupakan kerja sama antara Leitz dan krunya dengan bantuan Mohamed Abdelbadia dan tim dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir. Menurut Leitz, ostraca yang baru ditemukan akan dapat memberikan wawasan unik tentang kehidupan sehari-hari warga di pemukiman kuno Athribis, sekitar 120 mil di utara Luxor.

"Kami akan dapat membuat studi kasus tentang kehidupan sehari-hari pada akhir zaman Ptolemaic atau Romawi awal, setelah kami menganalisis semua teks atau setidaknya sebagian besar darinya, yang akan memakan waktu bertahun-tahun," ujarnya.

Penemuan dengan jumlah sebanyak ini hanya pernah dilakukan satu kali di dekat Lembah Para Raja di Luxor. Saat ini, ribuan ostraca tersebut sedang diteliti tim internasional yang dipimpin kepala peneliti Centre National de la Recherche Scientifique, Sandra Lippert. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat