Ketua Umum Pengurus Besar Al Jami'yatul Washliyah, Mahsyuril Khamis. | Republika/Iman Firmansyah

Hiwar

'Masjid Kita Sudah Punya Pengalaman Tangani Covid'

KH Masyhuril Khamis menyebut perlu sosialisasi dan data valid zona Covid-19.

Kasus Covid-19 kembali mengalami peningkatan lewat varian omikron. Pemerintah pun telah mengeluarkan sejumlah aturan untuk mencegah penyebaran, termasuk pengetatan protokol kesehatan di rumah ibadah.

Untuk mengulas masalah tersebut, wartawan Republika Andrian Saputra mewawancarai Ketua Umum Pengurus Besar Al Jami'yatul Washliyah, KH Masyhuril Khamis. Berikut kutipannya.

Pemerintah telah mengeluarkan aturan baru terkait PPKM Level 3 termasuk mengatur penerapan protokol kesehatan di rumah ibadah. Mampukah masjid melakukannya? 

Secara umum masjid kita sudah punya pengalaman, kita sudah mengalami pada tahun lalu. Tapi kalau saya lihat, masjid-masjid di lingkungan perkantoran, pemerintahan khususnya, itu dapat melaksanakan imbauan pemerintah, karena memang mereka pun WFH sebagian besar.

Kemudian masjid-masjid di perumahan, bisa menerapkan itu. Mereka menjaga jarak, memakai masker, bahkan podium masjid pun sudah ada yang pasang kaca. Mungkin yang ada kendala itu masjid-masjid di luar yang saya sebutkan itu.

Memang perlu sosialisasi, dan data-data yang valid diberikan kepada masyarakat, mana daerah merah, hijau. Ketika ada pemetaan seperti itu masyarakat pun akan memahami.

Bagaimana mengantisipasi membeludaknya jamaah shalat Jumat?

Perlu data-data valid yang dihidangkan kepada masyarakat. Masalah masjid ini sensitif. Jadi solusinya sepakat lah pengurangan 50 persen. Kemudian kalau ada mushala di sekitar di situ, bagaimana kalau mushala itu dijadikan juga masjid.

Jamaah yang selama ini full di masjid yang 50 persen itu disebar lah ke mushala yang ada di daerah itu. Tahun lalu kita lakukan itu, ada beberapa mushala yang dia tidak dipakai Jumatan kita lakukan Jumatan, begitu sudah normal, kembali lagi ke masjid.

Atau ruangan sekolah yang sekarang tidak dipakai bisa kok kita desain ketika hari Jumat. Atau ruangan balai desa seperti itu. Saya lebih menyarankan seperti itu, mengingat ini kan masalah psikologis masyarakat. Apalagi mau Ramadhan. Bahkan ada istilah kenapa sih mau Ramadhan datang terus Covid? Nah ini kan harus kita luruskan. Solusinya harus ada.

Apa yang perlu dipersiapkan takmir?

Seperti tahun lalu, ada masjid yang menyiapkan hand sanitizer, masker, alat pengukur suhu. Malah ada masjid yang ketika jamaah mau masuk itu di uap dulu. Kemudian harus tegas dalam menjaga jarak.

Kalau di daerah Kuningan kita sama-sama mengerti untuk menjaga jarak. Kalau dinyatakan itu daerah merah, kita kembali ke fatwa MUI lebih baik shalat di rumah. Saya lihat takmir sudah siap asal mereka mendapat data dan fakta yang valid dari petugas dari pemangku kepentingan. 

Mungkinkah memberlakukan pendaftaran online bagi masyarakat yang ingin ikut shalat berjamaah sebagaimana dilakukan masjid-masjid di luar negeri?

Itu bisa dilakukan mereka karena mereka melek teknologi, ruangannya terbatas, sehingga perlu ada untuk itu. Tapi kalau di kita yang jumlah masjidnya luar biasa, sedangkan banyak orang kita belum melek teknologi, dan alatnya belum terpenuhi. Jadi resistensinya masih ada, sebab misalkan orang kita tahan di depan masjid karena usia.

Pendaftaran online itu kan untuk mengatur dan mendeteksi jamaah apakah terindikasi atau tidak. Kaitanya dengan sistem. Tapi kita belum bisa ke situ. Tetapi mungkin di tempat-tempat tertentu bisa sebagai prototipe.

Bagaimana tanggapan Anda tentang larangan mengedarkan kotak masjid?

Jadi ini kan ada dikhawatirkan oleh masjid-masjid nanti kas akan berkurang. Solusinya harus ada petugas yang jalan, jadi tidak disentuh jamaah. Atau kotak infak pindahkan ke pintu.

Apa imbauan Anda bagi umat Islam yang ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid?

Tentu kepada jamaah tetaplah memakai masker, bagi kita dari rumah itu pakai sajadah sendiri. Dan bagi mereka yang tidak enak badan, kurang fit, sebaiknya tidak ke masjid. Saya juga berharap masjid-masjid melakukan qunut nazilah. Pada Subuh atau jumat karena bagaimanapun ini bagian upaya untuk memohon pertolongan Allah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Terapkan Prokes Kala Berjamaah

Umat diminta disiplin menjalankan protokol kesehatan di rumah ibadah.

SELENGKAPNYA

Perhatikan Protokol Kesehatan di Rumah Ibadah

Butuh sosialisasi dan komitmen segenap umat agar jamaah sadar pentingnya prokes di rumah ibadah.

SELENGKAPNYA