
Kabar Utama
'Pelarangan Hijab Langgar Konstitusi India'
Indonesia meminta toleransi diutamakan di India.
JAKARTA -- Polemik pelarangan pemakaian hijab di sekolah dan universitas di Negara Bagian Karnataka, India, masih terus bergulir. Pengadilan Tinggi Karnataka pada Rabu (9/2) mendengarkan petisi yang diajukan gadis-gadis Muslim. Dalam petisinya, mereka meminta pemerintah mengizinkan penggunaan hijab di lembaga pendidikan.
Di hadapan para hakim, seorang advokat senior yang menjadi pengacara para gadis Muslim tersebut, Devadatt Kamat, mengatakan, praktik mengenakan hijab dilindungi di bawah hak kebebasan beragama. Hal tersebut dijamin konstitusi India. Oleh karena itu, negara tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pelarangan.
Pengadilan Tinggi Karnataka memutuskan merujuk kasus itu ke panel hakim yang lebih besar. Ketua Menteri Karnataka Basavaraj Bommai telah memutuskan menutup seluruh lembaga pendidikan di wilayahnya selama tiga hari. "Saya mengimbau kepada semua siswa, guru, dan manajemen sekolah serta perguruan tinggi, termasuk masyarakat Karnataka, untuk menjaga perdamaian dan kerukunan," kata dia lewat akun Twitter pribadinya, Rabu (9/2)
Bommai adalah tokoh yang juga berasal dari partai Perdana Menteri India Narendra Modi, yakni Bharatiya Janata Party (BJP). Pekan lalu, pemerintahan Bommai menerbitkan arahan bahwa semua institusi pendidikan harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan manajemen.

Anggota dewan legislatif Karnataka dari partai oposisi Kongres, Kaneez Fathima, menyalahkan BJP atas ketegangan horizontal yang kini tengah berlangsung akibat pelarangan penggunaan hijab.
"Kami telah mengenakan hijab selama bertahun-tahun tanpa masalah. Tapi, sekarang isu ini tiba-tiba diangkat oleh kelompok BJP dan Hindutva untuk meningkatkan ketegangan komunal," ujarnya, dikutip dari laman Aljazirah, Kamis (10/2). Hindutva merupakan kelompok sayap kanan Hindu.
Di kampus-kampus yang ada di Karnataka, ketegangan meningkat antara mahasiswa Muslim dan Hindu. Kalangan mahasiswa Muslim mengutuk pelarangan penggunaan hijab. Sementara itu, kelompok mahasiswa Hindu menyebut pemakaian hijab oleh para pelajar dan mahasiswi di kelas telah mengganggu proses pembelajaran.
"Tiba-tiba mereka mengatakan Anda tidak seharusnya memakai jilbab. Mengapa mereka memulai sekarang?" kata Ayesha, mahasiswi Muslim di Mahatma Gandhi Memorial College yang berlokasi di kota pesisir Udupi.
Ayesha mengungkapkan, seorang dosen telah melarangnya mengikuti ujian kimia karena mengenakan hijab. "Kami tidak menentang agama apa pun. Kami tidak memprotes siapa pun. Ini hanya untuk hak kami sendiri," ucapnya.
Selama empat hari, 28 gadis Muslim melakukan aksi protes di depan kampus Junior Pre-University yang juga terletak di Distrik Udupi, Karnataka. Mereka telah dilarang masuk karena mengenakan hijab. "Dosen-dosen kami memberi tahu kami bahwa mereka tidak akan mengizinkan kami masuk ke ruang kelas atau mengajar kami tanpa perintah pemerintah," kata Farheen (bukan nama sesungguhnya), seorang mahasiswi perdagangan.
Farheen dan teman-temannya mengaku merasa sangat terluka dan terhina atas peraturan tersebut. Pada Senin (7/2) lalu, Farheen dan mahasiswi Muslim lainnya diizinkan memasuki kampus. Namun, mereka ditempatkan di ruang kelas terpisah.
Pada momen itu, seorang pejabat dari departemen pendidikan sempat menyambangi mereka. "Lepaskan hijab kalian. Jika kalian berpegang pada ini, kalian akan kehilangan pendidikan kalian," kata Farheen menirukan ucapan pejabat tersebut.
Farheen sama sekali tak mengerti alasan situasi seperti sekarang dapat terjadi. "Kami sudah duduk di kelas selama bertahun-tahun dengan hijab. Sekarang tiba-tiba mereka memperlakukan kami seperti penjahat dan menahan kami di ruang kelas terpisah. Kami terluka," ucapnya.

Keputusan kampus menempatkan mereka di ruang kelas terpisah telah memicu kemarahan di kalangan mahasiswa lain dan aktivis. Perbuatan itu dianggap sebagai "apartheid agama".
Kendati telah memicu pergolakan, BJP tetap membela peraturan larangan penggunaan hijab di ruang kelas. Menurut BJP, pemakaian hijab melanggar aturan tentang seragam.
"Lembaga pendidikan bukanlah tempat untuk mengamalkan agama seseorang. Gadis-gadis harus berfokus pada pendidikan dan datang ke perguruan tinggi untuk belajar, bukan untuk menegaskan identitas," kata juru bicara BJP Ganesh Karnik.
Mantan menteri utama Karnataka, Siddaramaiah, menyalahkan pemerintahan BJP karena dinilai mencoba menciptakan ketidakharmonisan atas nama hijab. "(Pemerintah) menolak pendidikan untuk gadis-gadis Muslim," ujarnya.
Bulan lalu, pemerintah Karnataka menerbitkan dekret yang melarang penggunaan hijab bagi siswi-siswi di sekolah menengah atas negeri. Dekret tersebut kemudian segera menyebar ke lembaga pendidikan lain di negara bagian tersebut.
Benih pergolakan terjadi ketika enam mahasiswi Muslim di sebuah perguruan tinggi di Udupi ditolak masuk ke ruang kelas. Mereka dianggap melanggar aturan pemerintah berkenaan dengan pemakaian hijab. Alih-alih melepaskan hijab, keenam mahasiswi itu justru menentang peraturan itu.
Mereka akhirnya dipaksa duduk di luar kelas, tepatnya di tangga. Sejak kejadian bulan lalu itu, polemik soal pelarangan hijab di Karnataka, yang 12 persen populasinya adalah Muslim, terus meluas.
Larangan berhijab di Udupi, Karnataka, India menuai protes berbagai kalangan. Dalam hal ini, Indonesia menekankan toleransi dalam menghadapi perbedaan.
Sementara pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia memandang India negara yang sama seperti Indonesia yang terdiri dari berbagai macam budaya dan kepercayaan. "Serupa dengan Indonesia, India adalah negara yang multikultural yang memiliki berbagai kelompok budaya dan kepercayaan yang berbeda-beda dan masalah-masalah hubungan toleransi antar masyarakat menjadi hal yang terus dijaga oleh pemerintah masing-masing," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah kepada Republika, Kamis (10/2/2022).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook