Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Gagalnya Tipu Daya Firaun (Bagian I)

Ini juga cara Allah untuk untuk menundukkan tipu daya Firaun.

 

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Sejarah Mesir berkaitan dengan kisah para nabi. Dalam Alquran, Mesir menjadi latar tempat cerita tentang Nabi Yusuf AS, Nabi Musa AS, dan Firaun.

Pada zaman Nabi Musa, penguasa Mesir bernama Ramses II. Raja dari dinasti ke-19 itu memimpin Mesir Kuno hingga berjaya. Sayangnya, pemimpin yang bergelar firaun itu sangat sombong dengan kekuasaannya.

Pada puncak keangkuhannya, Firaun bahkan mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan. Klaim yang takabur itu diabadikan dalam Alquran surah an-Nazi’at ayat 24, “Faqaala anaa rabbukumul a’laa”. Artinya, “(Firaun seraya) berkata, ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi’.”

Allah tidak kehilangan cara untuk menundukkan penguasa Mesir itu. Cukuplah dikirim kepadanya sebuah mimpi. Dalam mimpi itu, Firaun melihat api berkobar keluar dari Baitul Maqdis. Api tersebut kemudian memasuki rumah-rumah warga Qibti di Mesir kecuali kediaman orang-orang Bani Israil. 

Dengan cemas, Firaun lantas meminta tafsiran kepada para juru ramal. Mereka menakwilkan mimpi itu bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil. Kelak, anak tersebut akan menghancurkan kekuasannya. Firaun seketika merasa terancam.

Semua pasukan lalu dikerahkannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. “Yudzabbihuuna abnaa akum wa yastahyuuna nisaa akum.” (QS al-Baqarah: 49). Semua ibu dari Bani israil yang sedang hamil ketakutan. Tak terkecuali ibunda yang sedang mengandung Nabi Musa AS.

Namun, Allah berbuat apa saja yang dikendaki-Nya. “Kun fayakuun.”(QS Yasin: 82). Kehebatan Firaun tidak akan pernah sama sekali bisa menghalangi kehendak-Nya. 

Dialah Allah yang telah menjaga keselamatan janin dalam perut wanita itu. Anak yang begitu lahir diberi nama Musa itu kelak menjadi utusan Allah. “Wa jaa’iluuhu minal mursaliin.” (QS al-Qashash: 7). 

Karena itu, Allah turun tangan langsung untuk menyelamatkan sang bayi. Caranya sangat menantang. Allah memberikan ilham kepada ibu bayi tersebut agar menyusui lalu melepaskan putranya itu ke Sungai Nil. “Wa awhainaa ilaa ummi Muusaa an ardhi ’iihi faidzaa khifti ‘alaihi fa alqiihi fil yammi.”

Supaya sang ibu tidak tercekam rasa khawatir, Allah memberikannya garansi bahwa nanti sang bayi akan dikembalikan lagi kepadanya. “Walaa takhaafii wa laa tahzanii, inaa raadduuhu ilaiik.” 

Jauh sebelum Nabi Musa lahir, semua situasi sudah Allah persiapkan. Di antaranya, Ibunda Asiah. Istri Firaun itu adalah seorang yang beriman kepada Allah. Wanita ini sangat merindukan lahirnya seorang anak.

Karena itu, ketika melihat Musa kecil hanyut di Sungai Nil di tepian istana, Asiah sangat bahagia. Seketika, tampak Firaun akan membunuhnya. Namun, istrinya itu segera membela bayi tersebut dan berkata, “Qurratu ‘ainillii walaka, laa taqtuluuhu, ‘asaa ayyanfa’anaa aw nattakhidzahuu waladaa.” Arti surah al-Qashash ayat sembilan itu, “Anak ini adalah penyejuk mata hati bagiku (istri Firaun) dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak.” 

Pada saat yang sama, Allah menenangkan hati ibu kandung Nabi Musa agar tidak sedikit pun risau. Bahwa semua tetap aman dalam kendali-Nya. “Wa ashbaha fu aadu ummi Muusaa faarighaa.” (QS al-Qashash: 10).

Kata faarigha menunjukkan sesuatu yang hampa. Maksudnya, plong. Tidak ada beban sama sekali. Artinya, perempuan tersebut benar-benar tenang. Ini juga cara Allah untuk untuk menundukkan tipu daya Firaun.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat